MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

MEMAHAMI PERKEMBANGAN NILAI MORAL KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses

MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA, URGENSI DAN UPAYANYA

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL DAN KEMANDIRIAN ANAK. Dwi Retno Setiati Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

prestasi saat ini siswa cenderung dituntut oleh pihak sekolah untuk memenuhi target pencapaian prestasi, sehingga mereka cenderung jenuh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

Transkripsi:

Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab orangtua merupakan guru yang pertama dan utama bagi anak. Orangtua melalui fungsi sosialisasi dan pendidikan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama yang diterima anak, sekaligus sebagai pondasi bagi pengembangan pribadi anak. Orangtua yang menyadari peran dan fungsinya, akan mampu menempatkan diri secara lebih baik dan menerapkan pola asuh dan pembinaan secara lebih tepat. Secara lebih rinci, peran dan fungsi orang tua dalam pengasuhan dan pembinaan anak adalah sebagai berikut: Pertama, orangtua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Melalui orangtua, anak belajar kehidupan, dan melalui orangtua anak belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Pada masa kanak-kanak awal, orangtua memiliki otoritas penuh untuk memberi stimulasi dan layanan pendidikan bagi anaknya tanpa banyak diganggu oleh pihak lain. Sehingga apapun yang diterima anak, baik yang didengar, dilihat dan dirasakan merupakan pendidikan yang diterima anak untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan yang lebih luas. Kedua, orangtua adalah pelindung utama bagi anak. Anak bukanlah miniatur orang dewasa. Anak yang baru lahir dalam kondisi yang lemah baik fisik maupun mentalnya. Anak tidak akan mampu melawan otoritas orang dewasa. Oleh karena itu, merupakan salah satu hak anak untuk mendapatkan perlindungan. Orangtualah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap perlindungan anak. Ketiga, orangtua adalah sumber kehidupan bagi anak. Anak dapat hidup karena pemeliharaan dan dukungan orangtua. Orangtua yang tidak memberikan kehidupan bagi anak maka akan sulit baginya untuk bertahan hidup. Sebelum anak sampai pada tingkat kemandirian, maka orangtuanyalah yang bertanggung jawab terhadap kehidupan anak,

sekaligus menyiapkan anak untuk dapat mandiri baik secara fisik material maupun mental spiritual. Keempat, orangtua adalah tempat bergantung bagi anak. Kehidupan anak sangat tergantung pada orang lain. Semenjak dalam kandungan, kehidupan anak tergantung pada ibunya melalui plasenta. Setelah anak lahir ia masih tergantung pada orangtuanya. Akan menjadi bagaimana ia, tergantung pada bagaimana orangtua memberikan layanan dan memenuhi kebutuhan anak. Bagi anak, orangtua adalah tempat bergantung, baik secara fisik maupun mental. Kalaulah secara fisik anak telah lepas dari ketergantuangan terhadap orangtua, namun secara mental ketergantungan tersebut akan sulit di lepas. Kelima, orangtua merupakan sumber kebahagiaan bagi anak. Idealnya anak merasakan puncak kebahagiaan ketika berada di pangkuan orangtuanya. Tidak ada kebahagiaan lain yang melebihi kebahagiaan anak yang mendapatkan kasih sayang pebuh dari orangtuanya. Sesunungguhnya tidak ada alasan bagi orangtua untuk bersikap negatif terhadap anak. Sebab setiap anak lahir dalam kondisi bersih. Anak adalah fitrah, suci. Oleh karena itu anak berhak mendapatkan kasih sayang yang suci dan tulus dari orangtuanya. Memahami betapa pentingnya peranan orangtua bagi pengasuhan dan pembinaan terhadap tumbuh kembang anak serta betapa besar tanggung jawab orangtua terhadap pengembangan diri anak, maka belajar bagi orangtua mutlak diperlukan. Dengan terus belajar orangtua akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik. Selain itu orangtua juga mampu memerankan diri sebagai orangtua di mata anak secara lebih bijaksana. Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan pendidikan pada anak. Di tengah keluarga anak belajar mengenal makan, cinta kasih, simpati, bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak dan menjadi unit sosial terkecil yang memberi pondasi primer bagi perkembangan anak Hurlock membedakan tiga macam sikap (pola asuh) orang tua terhadap anaknya. Pertama, sikap (pola asuh) otoriter, dengan ciri : (1) Orangtua menentukan tentang apa yang perlu diperbuat oleh anak, tanpa memberikan penjelasan tentang alasannya, (2) Apabila anak telah melanggar ketentuan yang telah digariskan, anak tidak diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan, (3) Pada umumnya hukuman berbentuk hukuman badan., (4) Orangtua tidak dan jarang memberikan hadiah baik kata-kata atau bentuk lain.

Kedua, sikap (pola asuh) demokratis, dengan ciri: (1) Apabila anak harus melakukan sesuatu aktifitas, orangtua memberikan penjelasan tentang perlunya hal tersebut dilaksanakan.,(2) Anak diberi kesempatan untuk memberikan asalan mengapa ketentuan itu dilanggar sebelum menerima hukuman, (3) Hukuman diberikan berkaitan dengan perbuatannya berat ringannya hukuman tergantung pada pelanggarannya, (4) Hadiah atau pujian diberikan orangtua. Ketiga, sikap (pola asuh) permisif, dengan ciri: (1) Tidak ada aturan yang diberikan oleh orang tua anak diperkenankan berbuat sesuai apa yang dipikirkan anak, (2) Tidak ada hukuman, karena tidak ada ketentuan atau peraturan yang dilanggar, (3) Ada anggapan bahwa anak akan belajar dari tindakannya yang salah. Pola asuh dan contoh perilaku orang tua akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang yang terjadi pada seorang anak. Itulah sebabnya tumbuh kembang anak tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sosial dan kepribadian seseorang.pola asuh orangtua dan hubungan sosial antara anggota keluarga selanjutnya akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kejiwaan anak. Sebab lingkungan sosial sebagai faktor ekstern mempunyai peran yang penting dalam pembentukan pribadi anak disamping faktor intern anak. Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama di mana anak mulai mengembangkan dirinya sebagai makhluk sosial. Dengan demikian kondisi keluarga dan pola asuh orangtua akan sangat mempengaruhi cara pandang, cara sikap dan pola tingkah laku anak termasuk perkembangan kejiwaannya. Menurut Anik Rahmani Yudhastawa (2005), orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter akan menyebabkan terjadinya jarak antara orangtua dan anak karena hubungan yang tidak hangat. Anak akan menunjukkan rasa kurang puas, menarik diri dan susah percaya pada orang lain. Selanjutnya orangtua yang menerapkan pola asuh model permisif akan menyebabkan anak kurang mampu mengontrol diri dan berbuat semaunya serta sering mengabaikan/melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis akan menumbuhkan perkembangan jiwa yang matang pada anak. Anak akan menunjukkan perilaku yang baik dan bertanggung jawab, taat terhadap peraturan dan norma.

Sementara itu Pratiwi (2002), menyatakan bahwa anak dalam keluarga otoriter akan lebih banyak tergantung, lebih pasif, kurang penyesuaian sosial, kurang ketenangan diri dan kurang perhatian secara intelektual. Anak dalam keluarga permisif sering impulsif, lebih banyak terlibat dalam tingkah laku nakal, mencoba-coba seks, obat dan alkohol. Sedangkan anak dalam keluarga demokratis akan lebih bertanggungjawab, memiliki ketenangan diri, adaptif, kreatif, penuh perhatian terampil secara sosial dan berhasil di sekolah. Hasil penelitian Erny Trisusilaningsih (2006) tentang Pengaruh Pola Asuh Orangtua terhadap Perkembangan Moral Anak dengan sampel anak-anak di TK ABA Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo menunjukkan hasil sebagaimana terlihat pada tabel berikut: No Model Pola Perkembangan Moral Anak 1. Pola Otoriter - Anak kurang matang, kurang kreatif dan inisiatif karena takut salah, kurang tegas membedakan baik buruk, suka menyendiri, kurang supel dalam bergaul, dan raguragu/takut dalam bertindak/mengambil keputusan karena takut dimarahi. 2. Pola Permisif - Anak cenderung terlalu bebas dan sering tidak mengindahkan aturan, kurang rajin beribadah, cenderung tidak sopan, bersifat agresif, sering mengganggu orang lain, sulit diajak bekerjasama, sulit menyesuaikan diri dan emosi kurang stabil. 3. Pola Demokratis - Kematangan jiwa baik, emosi stabil, memiliki rasa tanggungjawab yang besar, mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah menerima saran orang lain, mudah di atur, dan taat peraturan atas kesadaran sendiri. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa model pola asuh orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan moral anak. Karena orangtua dengan model pola asuh otoriter akan cenderung menghasilkan anak dengan ciri kurang matang, kurang kreatif dan inisiatif, tidak tegas dalam menentukan baik buruk, benar salah, suka menyendiri, kurang supel dalam pergaulan, ragu-ragu dalam bertindak atau mengambil keputusan karena takut dimarahi. Sementara anak yang diasuh dengan pola permisif menunjukkan gejala cenderung terlalu bebas dan sering tidak mengindahkan aturan, kurang rajin beribadah, cenderung tidak

sopan, bersifat agresif, sering mengganggu orang lain, sulit diajak bekerjasama, sulit menyesuaikan diri dan emosi kurang stabil. Sedangkan anak yang diasuh dengan pola demokratis menunjukkan kematangan jiwa yang baik, emosi stabil, memiliki rasa tanggungjawab yang besar, mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah menerima saran dari orang lain, mudah diatur dan taat pada peraturan atas kesadaran sendiri. Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : (1) Pola asuh orangtua memiliki peranan yang cukup besar terhadap tumbuh kembang anak termasuk perkembangan moralnya, yang dapat diidentifikasi melalui tutur kata, sikap dan perbuatan mereka. (2) Anak yang dididik dengan model pola asuh otoriter menyebabkan anak kurang matang jiwanya, sering kesulitan membedakan perilaku baik buruk, benar salah, suka menyendiri, kurang bisa bergaul dan sulit mengambil keputusan. (3) Anak yang dididik dengan model pola asuh permisif cenderung terlalu bebas dalam bertutur kata, bersikap dan sering tidak mengindahkan aturan yang berlaku, emosi kurang stabil, kurang bertanggungjawab dan sulit diajak bekerjasama. (4) Anak yang diasuh dengan pola demokratis menunjukkan kematangan jiwa yang baik, emosi lebih stabil, mudah diatur, terbuka, supel dalam bergaul dan lebih bertanggungjawab. Agar anak memiliki perkembangan moral yang baik, maka orangtua dituntut untuk bisa memilih pola asuh yang baik untuk anak-anaknya yaitu pola asuh demokratis, sehingga perkembangan moral anak menjadi baik pula. Sementara itu ayah, ibu atau anggota keluarga lainnya sebagai pengasuh anak harus mampu melakukan bimbingan dan pembinaan yang intensif pada anak yang memiliki perkembangan moral kurang baik Drs. Mardiya, Ka Sub Bid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan KB dan Kesehatan Reproduksi pada BPMPDPKB Kabupaten Kulonprogo.