II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara 2.5-5 cm. Untuk tanah yang cukup lembab, kedalaman tanam lubang cukup 2.5 cm. Sedangkan untuk tanah yang agak kering, kedalaman lubang tanam adalah 5 cm (Martodireso dan Suryanto, 2002). Dosis pupuk buatan untuk jagung hibrida adalah urea sebanyak 250 kg/ha, SP-36 sebanyak 100 kg/ha, ZA sebanyak 100 kg/ha, dan KCl sebanyak 100 kg/ha. Sedangkan pupuk buatan untuk jagung non-hibrida adalah urea sebanyak 250 kg/ha, SP-36 sebanyak 75-100 kg/ha, dan KCl sebanyak 50 kg/ha (Sudadi dan Suryanto, 2002). Bulk density masing-masing jenis pupuk dan campurannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data bulk density pupuk Jenis Pupuk Bulk Density (g/cm 3 ) Urea 0.715 KCl 0.987 TSP 1.130 TSP+KCl (2:1) 1.076 TSP+Urea (2 : 1.5) 0.800 TSP+Urea +KCl (2 : 1.5 : 1) 0.863 Sumber: Syafri, 2010 2.2. Mesin Penanam dan Pemupuk Mesin penanam adalah peralatan tanam yang menempatkan benih dalam tanah pada suatu pekerjaan yang sama akan menghasilkan barisan yang teratur (Bainer et al., 1960). Sedangkan Smith dan Wilkes (1977) mengartikan alat penanam sebagai alat yang dioperasikan dengan daya yang digunakan untuk menempatkan biji atau bagian tanaman ke dalam atau di atas tanah untuk perkembangbiakan, produksi pangan, serat, dan pakan. Kinerja alat penanam jagung dipengaruhi oleh keseragaman benih, bentuk hopper bagian bawah, kecepatan piringan penjatah, bentuk dan ukuran lubang penyalur, serta volume hopper. Smith dan Wilkes (1977) mengklasifikasikan alat-alat tanam sebagai berikut: 1. Alat tanam larikan (barisan) Alat tanam gandengan. Alat tanam jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu alat tanam dengan benih dijatuhkan ke dalam lubang (drill), benih dijatuhkan di guludan (hill drop), dan benih dijatuhkan di larikan sempit (narrow row). 4
Terpasang di belakang traktor. Alat tanam jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu alat tanam dengan benih dijatuhkan ke dalam lubang (drill), benih dijatuhkan di guludan (hill drop), dan penanaman bibit (transplanter). 2. Alat tanam tabur Alat tanam tabur juga dibagi menjadi tiga, antara lain endgate seeder, narrow and widetrack dan weeder-mulcher, serta pesawat terbang. 3. Grain drill Alat tanam dan pemupuk memiliki beberapa bagian utama yaitu: pembuka alur, penjatah, penutup alur dan hopper. 2.3. Pembuka Alur Pembuka alur berfungsi untuk membuka alur tanah dengan bentuk dan ukuran tertentu sehingga benih atau pupuk dapat jatuh ke dalam alur tersebut. Menurut Bainer et al. (1960) ada empat tipe pembuka alur yang biasa digunakan pada alat tanam, yaitu pembuka alur lengkung (curverunner), pembuka alur lurus (stub-runner), piringan tunggal (single-disk) dan piringan ganda (doubledisk). Pada Gambar 3 ditunjukan keempat tipe pembuka alur tersebut. Dari keempat tipe pembuka alur, tipe pembuka alur lengkung merupakan tipe yang paling umum. Sedangkan tipe pembuka alur lurus cocok digunakan untuk tanah yang kasar. Pembukaan alur seperti pada Gambar 4.a dan Gambar 4.b digunakan untuk menghasilkan alur tanaman agar benih tidak terlempar ke luar. Gambar 3. Tipe pembuka alur (Bainer et al., 1960) 2.4. Penutup Alur Penutup alur berfungsi untuk menutup alur tanam setelah penjatuhan benih. Richey et al.(1961) menjelaskan bahwa penutup alur ini bisa berupa rantai yang diseret (drag chain), piringan penutup (Gambar 4.c), lempeng penutup, sekop penutup dan penutup dengan tekanan roda (Gambar 4.d). 5
Gambar 4. Mekanisme pembuka alur dan penutup alur (Srivastava et al., 1996) 2.5. Penjatah (Metering device) Benih Alat penjatah benih merupakan unit alat penanam yang menentukan hasil dari penanaman. Mekanisme penjatahan menurut Richey et al. (1961) seperti pada Gambar 5. Sedangkan tipe-tipe piringan penjatah benih jagung ada tiga jenis, yaitu edge drop, flat frop, dan full drop (Smith dan Wilkes, 1977). Bentuk dari ketiga jenis piringan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 5. Mekanisme penjatahan benih: fluted (a), vertical plate (b), inclined plate (c), doubel-run (d), cup (e), horizontal plate (f), dan belt feed (g) 6
Gambar 6. Piringan penjatah benih jagung: edge drop (atas), flat frop (tengah), dan full drop (bawah) 2.6. Penjatah (Metering device) Pupuk Berbagai jenis penjatah telah dikembangkan untuk menghasilkan penjatahan bahan yang konsisten dan seragam. Srivastava et al.(1996) membagi jenis-jenis penjatah pupuk seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 7. Penjatah pupuk: piringan berputar (a), sabuk berputar (b), gravitasi (c), ulir longgar (d), dan roda bintang (e) 7
Gambar 8. Penjatah pupuk: rotor bercelah (a), ulir rapat (b), dan rol berputar (c) 2.7. Kotak (hopper) Pupuk Mehring dan Cummings dalam Bainer et al., (1960) menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya keluaran pupuk adalah kemudahan pupuk untuk mengalir yang dipengaruhi oleh higroskopisitas, bentuk dan ukuran partikel, penggumpalan, berat spesifik pupuk, kelembaban relatif tempat menyimpan, dan kerapatan benda. Sehubungan dengan hal di atas, yang perlu diperhatikan pada pembuatan hopper pupuk adalah sudut repose (sudut curah) pupuk. Hopper pupuk sebaiknya memiliki sudut curah 40, pupuk campuran yang lolos pada ayakan 20 mesh akan lebih cocok beradaptasi dengan hopper pupuk (Mehring dan Cummings dalam Bainer et al., 1960). Mehring dan Cummings dalam Bainer et al. (1960) juga menemukan bahwa kedalaman pupuk pada hopper pupuk memiliki pengaruh kecil terhadap keluaran dosis pada penjatah tipe sabuk dan auger (kedalaman anara 2-14 inci). Sedangkan pada penjatah tipe star wheel revolving bottom terdapat sedikit variasi pada kedalaman 3 atau 4 inci, sedangkan pada kedalaman 2 inci dosis berkurang sebanyak 8-14%. Satu hal lagi yang penting pada pembuatan hopper pupuk adalah bahan pembuatannya, mengingat pupuk memiliki fase yang korosif. Sebaiknya hopper pupuk terbuat dari bahan plastik, karet, stainless steel, atau fiberglass (Champbell, 1990). 2.8. Sistem Transmisi Rantai Rol dan Sproket Menurut Sularso dan Suga (1987) Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungankeuntungan seperti: mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak 8
memerlukan tegangan awal, keausan kecil pada bantalan, dan mudah memasangnya. Karena keuntungan-keuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakaian yang luas seperti roda gigi dan sabuk. Gambar 9. Sistem transmisi rantai dan sproket Di pihak lain, transmisi rantai mempunyai kekurangan, yaitu variasi kecepatan yang tak dapat dihindari karenan lintasan busur pada sproket yang mengait mata rantai (Gambar 12), suara dan getaran karenan tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi sproket, dan perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatkan oleh gesekan dengan sproket. Karena kekurangankekurangan ini maka rantai tidak dapat dipakai untuk kecepatan tinggi, sampai ditemukan dan dikembangkannya rantai gigi (Sularso dan Suga, 1987). Rantai rol dipakai bila diperlukan transmisi positif (tanpa slip) dengan kecepatan sampai 600 m/min, tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganya (Sularso dan Suga, 1987). 2.9. Sistem Transmisi Roda Gigi Kerucut Lurus (Bevel Gear) Sistem roda gigi kerucut memungkinkan transmisi daya pada arah poros yang berbeda. Sumbu poros tersebut biasanya berpotongan 90. Roda gigi kerucut lurus (Gambar 13) adalah roda gigi kerucut yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. Juga konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung poros-porosnya (Sularso dan Suga, 1987) Gambar 10. Sistem transmisi roda gigi kerucut lurus 9