II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jagung

IV. ANALISA PERANCANGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

Pertemuan ke-10. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

Pertemuan ke-12. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

BAB II TEORI UMUM. Gambar 2.1 Gambar rantai transmisi daya

III. METODE PENELITIAN

ALAT DAN MESIN PENANAM

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

BAB III. Metode Rancang Bangun

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN Ahmad Tusi Jurusan Teknik Pertanian

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

PENGEMBANGAN MESIN PENANAM BENIH JAGUNG DENGAN PENGOLAHAN TANAH MINIMUM BERTENAGA TRAKTOR RODA DUA PRAKOSO ARI WIBOWO

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

ANALISIS KEBUTUHAN TORSI DAN DESAIN PENJATAH PUPUK BUTIRAN TIPE EDGE-CELL UNTUK MESIN PEMUPUK JAGUNG ANNISA NUR ICHNIARSYAH

PEMBUATAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea mays) OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER SKRIPSI YUNIUS GIRRY WIJAYA F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL...iii. DAFTAR GAMBAR...iv. DAFTAR LAMPIRAN...vi PENDAHULUAN...1

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah.

PENABUR PUPUK KANDANG

Banyak jenis dari seed metering devices, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi : - horizontal feed / rotor metering devices - vertical

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

DISAIN MESIN PENANAM DAN PEMUPUK JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN TENAGA PENGGERAK TRAKTOR RODA DUA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

Alat dan Mesin Penanam

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

Pertemuan ke-11. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

BAB II LANDASAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II LANDASAN TEORI

Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesin Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

2 perbedaan mendasar mesin tanam

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

Garu (harrow) 1. Garu piringan (disk harrow)

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

Modul ke: Studio Desain II 12FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

4 PENDEKATAN RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

METODOLOGI PENELITIAN

DISAIN MESIN PENANAM JAGUNG TERINTEGRASI DENGAN PENGGERAK TRAKTOR DUA-RODA EDI SYAFRI

TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar benar langsung diambil

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perbaikan Desain Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Bertenaga Traktor Tangan

PERENCANAAN PERHITUNGAN SABUK V-BELT, BEARING, GEARBOX DAN POROS PADA MESIN HOVERCRAFT

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci : Semi mekanis, alat Tanam, Pemupuk, Jagung, Pupuk.

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PEMBAHASAN MATERI

Pengembangan Mesin Penanam dan Pemupuk Jagung Terintegrasi dengan Pengolahan Tanah Alur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RAMGANG BANGUN ALAT PEWAMAM DAN PEMUPUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TIORI

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah

pembentukan material dengan model lingkaran penuh.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara 2.5-5 cm. Untuk tanah yang cukup lembab, kedalaman tanam lubang cukup 2.5 cm. Sedangkan untuk tanah yang agak kering, kedalaman lubang tanam adalah 5 cm (Martodireso dan Suryanto, 2002). Dosis pupuk buatan untuk jagung hibrida adalah urea sebanyak 250 kg/ha, SP-36 sebanyak 100 kg/ha, ZA sebanyak 100 kg/ha, dan KCl sebanyak 100 kg/ha. Sedangkan pupuk buatan untuk jagung non-hibrida adalah urea sebanyak 250 kg/ha, SP-36 sebanyak 75-100 kg/ha, dan KCl sebanyak 50 kg/ha (Sudadi dan Suryanto, 2002). Bulk density masing-masing jenis pupuk dan campurannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data bulk density pupuk Jenis Pupuk Bulk Density (g/cm 3 ) Urea 0.715 KCl 0.987 TSP 1.130 TSP+KCl (2:1) 1.076 TSP+Urea (2 : 1.5) 0.800 TSP+Urea +KCl (2 : 1.5 : 1) 0.863 Sumber: Syafri, 2010 2.2. Mesin Penanam dan Pemupuk Mesin penanam adalah peralatan tanam yang menempatkan benih dalam tanah pada suatu pekerjaan yang sama akan menghasilkan barisan yang teratur (Bainer et al., 1960). Sedangkan Smith dan Wilkes (1977) mengartikan alat penanam sebagai alat yang dioperasikan dengan daya yang digunakan untuk menempatkan biji atau bagian tanaman ke dalam atau di atas tanah untuk perkembangbiakan, produksi pangan, serat, dan pakan. Kinerja alat penanam jagung dipengaruhi oleh keseragaman benih, bentuk hopper bagian bawah, kecepatan piringan penjatah, bentuk dan ukuran lubang penyalur, serta volume hopper. Smith dan Wilkes (1977) mengklasifikasikan alat-alat tanam sebagai berikut: 1. Alat tanam larikan (barisan) Alat tanam gandengan. Alat tanam jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu alat tanam dengan benih dijatuhkan ke dalam lubang (drill), benih dijatuhkan di guludan (hill drop), dan benih dijatuhkan di larikan sempit (narrow row). 4

Terpasang di belakang traktor. Alat tanam jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu alat tanam dengan benih dijatuhkan ke dalam lubang (drill), benih dijatuhkan di guludan (hill drop), dan penanaman bibit (transplanter). 2. Alat tanam tabur Alat tanam tabur juga dibagi menjadi tiga, antara lain endgate seeder, narrow and widetrack dan weeder-mulcher, serta pesawat terbang. 3. Grain drill Alat tanam dan pemupuk memiliki beberapa bagian utama yaitu: pembuka alur, penjatah, penutup alur dan hopper. 2.3. Pembuka Alur Pembuka alur berfungsi untuk membuka alur tanah dengan bentuk dan ukuran tertentu sehingga benih atau pupuk dapat jatuh ke dalam alur tersebut. Menurut Bainer et al. (1960) ada empat tipe pembuka alur yang biasa digunakan pada alat tanam, yaitu pembuka alur lengkung (curverunner), pembuka alur lurus (stub-runner), piringan tunggal (single-disk) dan piringan ganda (doubledisk). Pada Gambar 3 ditunjukan keempat tipe pembuka alur tersebut. Dari keempat tipe pembuka alur, tipe pembuka alur lengkung merupakan tipe yang paling umum. Sedangkan tipe pembuka alur lurus cocok digunakan untuk tanah yang kasar. Pembukaan alur seperti pada Gambar 4.a dan Gambar 4.b digunakan untuk menghasilkan alur tanaman agar benih tidak terlempar ke luar. Gambar 3. Tipe pembuka alur (Bainer et al., 1960) 2.4. Penutup Alur Penutup alur berfungsi untuk menutup alur tanam setelah penjatuhan benih. Richey et al.(1961) menjelaskan bahwa penutup alur ini bisa berupa rantai yang diseret (drag chain), piringan penutup (Gambar 4.c), lempeng penutup, sekop penutup dan penutup dengan tekanan roda (Gambar 4.d). 5

Gambar 4. Mekanisme pembuka alur dan penutup alur (Srivastava et al., 1996) 2.5. Penjatah (Metering device) Benih Alat penjatah benih merupakan unit alat penanam yang menentukan hasil dari penanaman. Mekanisme penjatahan menurut Richey et al. (1961) seperti pada Gambar 5. Sedangkan tipe-tipe piringan penjatah benih jagung ada tiga jenis, yaitu edge drop, flat frop, dan full drop (Smith dan Wilkes, 1977). Bentuk dari ketiga jenis piringan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 5. Mekanisme penjatahan benih: fluted (a), vertical plate (b), inclined plate (c), doubel-run (d), cup (e), horizontal plate (f), dan belt feed (g) 6

Gambar 6. Piringan penjatah benih jagung: edge drop (atas), flat frop (tengah), dan full drop (bawah) 2.6. Penjatah (Metering device) Pupuk Berbagai jenis penjatah telah dikembangkan untuk menghasilkan penjatahan bahan yang konsisten dan seragam. Srivastava et al.(1996) membagi jenis-jenis penjatah pupuk seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 7. Penjatah pupuk: piringan berputar (a), sabuk berputar (b), gravitasi (c), ulir longgar (d), dan roda bintang (e) 7

Gambar 8. Penjatah pupuk: rotor bercelah (a), ulir rapat (b), dan rol berputar (c) 2.7. Kotak (hopper) Pupuk Mehring dan Cummings dalam Bainer et al., (1960) menyatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya keluaran pupuk adalah kemudahan pupuk untuk mengalir yang dipengaruhi oleh higroskopisitas, bentuk dan ukuran partikel, penggumpalan, berat spesifik pupuk, kelembaban relatif tempat menyimpan, dan kerapatan benda. Sehubungan dengan hal di atas, yang perlu diperhatikan pada pembuatan hopper pupuk adalah sudut repose (sudut curah) pupuk. Hopper pupuk sebaiknya memiliki sudut curah 40, pupuk campuran yang lolos pada ayakan 20 mesh akan lebih cocok beradaptasi dengan hopper pupuk (Mehring dan Cummings dalam Bainer et al., 1960). Mehring dan Cummings dalam Bainer et al. (1960) juga menemukan bahwa kedalaman pupuk pada hopper pupuk memiliki pengaruh kecil terhadap keluaran dosis pada penjatah tipe sabuk dan auger (kedalaman anara 2-14 inci). Sedangkan pada penjatah tipe star wheel revolving bottom terdapat sedikit variasi pada kedalaman 3 atau 4 inci, sedangkan pada kedalaman 2 inci dosis berkurang sebanyak 8-14%. Satu hal lagi yang penting pada pembuatan hopper pupuk adalah bahan pembuatannya, mengingat pupuk memiliki fase yang korosif. Sebaiknya hopper pupuk terbuat dari bahan plastik, karet, stainless steel, atau fiberglass (Champbell, 1990). 2.8. Sistem Transmisi Rantai Rol dan Sproket Menurut Sularso dan Suga (1987) Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungankeuntungan seperti: mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar, tidak 8

memerlukan tegangan awal, keausan kecil pada bantalan, dan mudah memasangnya. Karena keuntungan-keuntungan tersebut, rantai mempunyai pemakaian yang luas seperti roda gigi dan sabuk. Gambar 9. Sistem transmisi rantai dan sproket Di pihak lain, transmisi rantai mempunyai kekurangan, yaitu variasi kecepatan yang tak dapat dihindari karenan lintasan busur pada sproket yang mengait mata rantai (Gambar 12), suara dan getaran karenan tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi sproket, dan perpanjangan rantai karena keausan pena dan bus yang diakibatkan oleh gesekan dengan sproket. Karena kekurangankekurangan ini maka rantai tidak dapat dipakai untuk kecepatan tinggi, sampai ditemukan dan dikembangkannya rantai gigi (Sularso dan Suga, 1987). Rantai rol dipakai bila diperlukan transmisi positif (tanpa slip) dengan kecepatan sampai 600 m/min, tanpa pembatasan bunyi, dan murah harganya (Sularso dan Suga, 1987). 2.9. Sistem Transmisi Roda Gigi Kerucut Lurus (Bevel Gear) Sistem roda gigi kerucut memungkinkan transmisi daya pada arah poros yang berbeda. Sumbu poros tersebut biasanya berpotongan 90. Roda gigi kerucut lurus (Gambar 13) adalah roda gigi kerucut yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik karena perbandingan kontaknya yang kecil. Juga konstruksinya tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada kedua ujung poros-porosnya (Sularso dan Suga, 1987) Gambar 10. Sistem transmisi roda gigi kerucut lurus 9