ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

dokumen-dokumen yang mirip
Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB II KERANGKA TEORI

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH HEAT TREATMENT

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

proses welding ( pengelasan )

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

Persentasi Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Velg Mobil Berbahan Aluminium terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan TIG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

Transkripsi:

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL Syawaluddin, Thifti Ardiyansyah Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAK Penelitian ini menggunakan bahan baja karbon rendah yang mengandung kadar C = 0,25%. Bahan diberi perlakuan kuat lentur tekan dan pengelasan dengan kecepatan las 80 m/s dengan menggunakan las MIG (metal Inert Gas) dan elektroda jenis kawat kontinu MG-51T berdiameter 1,2 mm. Benda uji dilakukan pengujian kekerasan, foto mikro untuk mengetahui kuat lentur dan penetrasi welding. Nilai kuat lentur pada base metal kekuatan lenturnya memiliki nilai 16,66 N/mm sedangkan untuk momen tahan lentur sebesar 27 mm dan pada momen lentur sendiri mempunyai nilai 450 kn/mm 2 dapat dilihat bahwa dari ketiga hal tersebut dapat kita mengetahui bahwa kekuatan lentur sebesar 16,66 dan momen lentur 450 kn/mm 2 sehingga base metal tersebut tidak terlalu getas sehingga tidak dapat mudah patah dan kecepatan las 80 m/s terhadap benda akan berpengaruh pada daerah base metal 139,9 HV lebih rendah nilainnya dari logam yang sudah ada perlakuan diarea bending sebesar 165,6 HV, sedangkan nilai kekerasan yang didapat dengan kecepatan las 80 m/s pada daerah HAZ area sebesar 251,0 HV lebih rendah dari pada nilai tertinggi yang telah dilakukan kekerasan dengan kecepatan 80 m/s terdapat pada daerah lasan area sebesar 254,8 HV, hal ini terlihat pada struktur mikronya yang banyak terdapat martensit dan bainit yang cendrung keras karena mengandung karbon dan dapat dilihat dari hasil bendingannya yang terdapat perubahan dari base metal tersebut sehingga menjadi nilainya lebih keras tetapi dibandingkan dari daerah lasan nilainya lebih baik didaerah lasan di karenakan dari hasil pemanasan dan nilai carbon yang lebih tinggi didaerah lasan sehingga cendrung lebih keras. penetrasi weldingnnya pada kecepatan las 80 m/s tembusan lasnya dangkal sebesar 0,473 mm, dikarnakan gerakan elektroda terlalu cepat. Seusai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan pengaruh bending, pengelasan maka didaerah HAZ dan lasannya terdapat suatu perbedaan nilai yang besar pengaruhnya terhadap material tersebut sehingga dari hasil foto struktur mikro tersebut dapat dilihat pengaruh antara base metal yang belum ada perlakuan dengan yang sudah ada perlakuan terhadap base metal tersebut menghasilkan perubahan struktur dari bahan tersebut sehingga berpengaruh terhadap kekuatan bahan tersebut. Kata kunci: pengaruh bending, las MIG, Kekerasan, penetrasi welding. 1. PENDAHULUAN FBED119 adalah komponen kaki untuk penyanggah terhadap bangku mobil yang akan menimbulkan tumpuan pada benda tersebut yaitu tumpuan tekan. FBED119 ini akan mempunyai kekuatan yang lebih apabila sudah melalui proses, proses yang akan dilakukan menentukan bahan yang akan digunakan yang sesuai fungsi yang akan dibuat ialah perlunya kekuatan oleh karena itu setelah bahan dipilih maka akan menjalani proses bending dengan beberapa tahap sesuai bentuk yang sudah ditentukan sehingga menimbulkan kekuatan pada material yang akan digunakan.karena fungsinya yang amat penting benda ini memubutuhkan 31

analisa kekuatan yang baik sehingga benda tersebut dapat berfungsi dengan optimal sesuai fungsi benda tersebut sebagai tumpuan dari kursi kendaraan karena perlunya kenyamanan pada setiap kendaraan maka dibuatlah kaki kursi kendaraan agar dapat membuat jarak antara jok kendaraan dengan lantai kendaraan sehingga dapat membuat kenyamanan penguna kendaraan yang dapat dibuat rel yang dapat memaju mundurkan jok kendaraan untuk menyesuaikan kenyamanan pengunanya kaki jok kendaraan ini selain sebagai penyangga kursi juga sebagai penopang kekuatan dari kursi itu oleh karena itu kaki kursi jok ini harus dibuat dengan bahan dan pembentukan yang baik agar membuat kenyamanan pada saat menopang kursi dengan baik dan mempunyai kekuatan pembentukan dari siku-siku yang dibuat karena disitu adalah sebagai pusat kekuatan tumpuan yang ditahan oleh FBED119 ini. 2. LANDASAN TEORI FBED 119 FBED119 adalah berfungsi sebagai kaki penopang terhadap jok mobil untuk membuat kenyamanan terhadap pemakai kendaraan tersebut menjadi lebih nyaman dengan adanya kaki jok membuat posisi duduk pengguna kendaraan menjadi rilelks agar pada saat penggunaanya menggunakannya tidak membuat cedera atau berefek ketidak nyamanan terhadap pengguna kendaraan. FBED 119 ini sendiri dibuat dengan beberapa cara yang memperhitungkan aspek posisi pada pengguna kendaraan ini sendiri sehingga posisi yang akan dirasakan pengguna kendaraan dapat menjadi lebih baik. FBED119/kaki jok kendaraan ini fungsinya sangat diperlukan walaupun keberadaanya tidak di perhatikan bila tidak ada kaki jok untuk jok kendaraan maka akan menimbulkan posisi yang dapat memposisikan pengguna kendaraan menjadi tidak nyaman. Gambar 1. FBED119/kaki kusi mobil Gambar 2. FBED119/kaki jok mobil bagian depan Pengertian Las Pengertian pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Pengelasan juga dapat diartikan dengan penyambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas pembakar) sehingga 32

kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan. Paling tidak saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan busur nyala listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene welding/oaw). Las MIG (Metal Inert Gas) Las MIG atau las logam gas mulia, adalah jenis pengelasan dimana gas dihembuskan ke daerah las untuk melindungi busur listrik yang terjadi antara kawat pengisi dan logam induk yang mencair, dan kawat las pengisi yang juga berfungsi sebagai elektroda diumpankan secara terus-menerus. 6) gas Gambar 3. Las MIG. Gas pelindung yang digunakan adalah gas argon, helium atau campuran dari keduanya. Untuk memantapkan busur kadang-kadang ditambahkan gas O 2 antar 2 sampai 5% atau CO 2 antara 5 sampai 20%. Besar Arus Listrik Besarnya arus pengelasan yang diperlukan tergantung pada diameter elektroda, tebal bahan yang dilas, jenis elektroda yang digunakan, geometri sambungan, diameter inti elektroda, posisi pengelasan. Daerah las mempunyai kapasitas panas tinggi maka diperlukan arus yang tinggi. Kecepatan Las Kualitas hasil pengelasan dipengaruhi oleh energi panas yang berarti dipengaruhi tiga parameter yaitu arus las, tegangan las dan kecepatan pengelasan. Hubungan antara ketiga parameter itu menghasilkan energi pengelasan yang sering disebut heat input. Bila kecepatan pengelasan bertambah maka panas yang dihasilkan akan berkurang. Masukan panas (H) adalah besarnya energi panas tiap satuan panjang las ketika sumber panas bergerak. Macam-macam cacat pada pengelasan Ada beberapa cacat pada pengelasan akibat panas yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom antara lain : a. Retak (Cracks) b.voids c. Inklusi d.kurangnya fusi atau penetrasi e. Bentuk yang tak sempurna 33

Gambar 4. Macam-macam cacat pada pengelasan. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan disini adalah metode pemilihan material yang akan di uji lalu diadakan uji komposisi kimia dan dilanjutkan dengan pengujian vicker dan brinell 4. DATA DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Komposisi Kimia Baja ASTM G 3141 Tabel.1 Komposisi kimia baja ASTM G3141. C Si Mn P S 0,12% 0,35% 0,60% 0,035% 0,035% Hasil Uji Kekerasan Tabel 2. Hasil Uji Kekerasan Vickers (HV) kg/mm 2 Nilai Kekerasan Mikro Vickers (HV) No Uji Beban 200 gf, Indentor Intan Keterangan Area Kuat Area Base Metal Area HAZ Area Lasan Lentur 1 164,4 145,4 231,8 231,8 2 164,4 137,2 250,2 246,4 3 167,9 137,2 270,9 286,2 RATA- RATA 165,6 139,9 251,0 254,8 Beban 200 gf, Indentor Intan 120 0 34

HV (Kg/mm) HV (kg/mm2) Gambar 5. Area Bekas titik pengujian kekerasan Vickers Area kuat lentur Base Metal A. HAZ Area Lasan Gambar 6. Posisi titik pengujian kekerasan. Area Bending 169 168 167 166 165 164 163 162 1 2 3 Area kuat lentur 164.4 164.4 167.9 Titik Pengujian Gambar 7. Nilai kekerasan bending pada base metal yang telah di lakukan pembendingan 150 Area Base Metal 145 140 135 130 1 2 3 Area Base Metal 145.4 137.2 137.2 Titik pengujian Gambar 8. Nilai kekerasan base metal 35

HV (Kg/mm 2 ) HV (Kg/mm 2 ) HV (Kg/mm 2 ) Area HAZ 280 260 240 220 200 1 2 3 Area HAZ 231.8 250.2 270.9 Titik Pengujian Gambar 9. Nilai kekerasan kecepatan las 80m/s pada daerah HAZ Area Lasan 400 300 200 100 0 1 2 3 Area Lasan 231.8 246.4 286.2 Titik pengujian Gambar 10. Nilai kekerasan kecepatan las 80 m/s pada daerah lasan Nilai Rata-Rata 300 250 200 150 100 Nilai Rata-Rata 50 0 Area Bending Area Base Metal Area HAZ Area Lasan Letak posisi spesimen Gambar 11. Grafik nilai rata-rata kekerasan. 36

N/mm2 Hasil Perhitungan Kuat lentur Dari hasil yang didapatkan oleh hasil dari data yang diperoleh dari lapangan sehingga harus diolah untuk menjadi data yang bisa diperoleh yaitu Mb momen lentur itu sendiri, Wb momen tahanan untuk lenturan dan σdb kekuatan lenturnya dari ketiga perhitungan tersebut dapat dijelaskan: Mb = F. S Wb = = 150 kn. 3 mm = = 450 kn/mm = 27 mm σdb = = = 16,66 N/mm 2 kuat lentur 500 400 300 200 100 0 rdb WB MB kuat lentur 16.66 27 450 Kuat lentur Gambar 12. grafik kuat lentur dari hasil perhitungan Hasil Uji Foto Makro Pengujian foto makro dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penetrasi kedalaman cairan elektroda menembus logam induk. Berikut adalah hasil dari pengujian foto makrovisual dengan perbesara 8x dan nital 3%. Gambar 12. Foto Makrovisual kecepatan las 80 m/s. 37

Hasil Uji Foto Struktur Mikro Pengamatan yang dilakukan pada struktur mikro dilakukan dengan mengambil gambar pada logam induk, sedangkan untuk logam las dan daerah HAZ pada lasan dengan kecepatan 80 mm/menit. sehingga gambar yang diambil seluruhnya 5 buah. Berikut ini hasil uji foto struktur mikro dari benda uji daerah logam induk 1 dan logam induk 2 dengan perbesaran 800x dan etsa nital 3%. ferit Gambar 13. Foto Struktur mikro pada daerah bending perlit ferit perlit Gambar 14. Foto Struktur mikro pada daerah base metal. Foto mikro yang ditunjukkan pada gambar 4.10 adalah foto struktur mikro pada benda uji logam induk 1 dan logam induk 2. Struktur mikro pada logam induk 1 dan logam induk 2 didominasi kristal ferit yang nampak berwarna putih atau terang, banyaknya struktur ferit ini membuat bahan ini akan mempunyai kekerasan yang rendah dikarenakan butir ferit cenderung lunak. Sedangkan kristal perlit tidak dominan dalam material ini. Kristal perlit yang tampak berupa butiran berwarna hitam atau gelap, butir perlit ini cenderung keras karena mengandung karbon.struktur yang terjadi pada sambungan las, sangat ditentukan oleh temperatur pemanasan pada saat pengelasan dan laju pendinginan setelah pengelasan, selain itu juga tergantung pada komposisi kimia, logam induk, logam pengisi, cara pengelasan dan perlakuan panas yang dilakukan. Struktur mikro yang terjadi dan laju pendinginan akan menentukan sifat mekanis dari bahan tersebut. Adanya panas dari proses pengelasan mengakibatkan perbedaan struktur mikro antara daerah las, daerah HAZ dan logam induk.berikut akan ditampilkan foto struktur mikro logam las pada kecepatan las 80 m/s, dengan perbesaran 800x dan etsa nital 3%. 38

martensit widmanstatten bainit Gambar 15. Foto Struktur mikro daerah lasan. Logam las merupakan bagian yang mencair pada saat pengelasan, dimana bagian ini mendapatkan temperatur yang sangat tinggi. Strukturnya banyak dipengaruhi oleh komposisi kawat las dan laju pendinginannya. Strukturnya berupa martensit, bainit dan ferit widmanstatten dengan butiran yang halus. Ukuran yang lebih halus pada kecepatan las 80 m/s, semakin rendah kecepatan lasnya maka masukan panasnya semakin besar sehingga temperatur pemanasannya tinggi. Maka jumlah kandungan martensit dan bainitnya semakin banyak dan bentuk ferit widmanstattennya semakin halus. Dengan banyaknya jumlah kandungan martensit dan bainit yang cenderung keras karena mengandung karbon, maka akan membuat daerah ini memiliki kekerasan yang tinggi. Hal ini terbukti pada uji kekerasan yang telah dilakukan, bahwa daerah logam las memiliki nilai kekerasan tertinggi.dan berikut akan ditampilkan foto struktur mikro daerah HAZ (B) daerah HAZ (D) dengan kecepatan las 80 m/s dengan pembesaran 800x dan etsa nital 3%. ferit perlit Gambar 16 Foto struktur mikro daerah BM dan HAZ. Widmanstantten bainit ferit Gambar 17.Foto struktur mikro daerah HAZ dan Lasan. 39

5.1 KESIMPULAN a. Kekuatan lentur dari σdb menghasilkan 16,66 Nmm sedangkan untuk hasil kuat lentur dari momen tahan lentur sendiri memiliki nilai 27 mm yang tidak terkena pelenturan proses tersebut dan yang memang dibutuhkan untuk kekuatan itu sendiri dari momen lentur dan dengan hasil yang tertinggi sebesar 450 kn/mm 2 sehingga dapat menghasilkan pengaruh kekuatan terhadap base metal tersebut menjadi lebih tinggi nilai kekuatannya. b. Kecepatan pengelasan cukup berpengaruh terhadap kekerasan penetrasi welding, dan struktur mikro. c. Gerakan elektroda sangat berpengaruh kepada penetrasi weldingnya makin cepat gerakan elektroda maka makin dangkal tembusan cairan lasnya pada material, dikarenakan kurangnya waktu pemanasan bahan dasar dan kurangnya waktu cairan elektroda menembus bahan dasar. d. Nilai kekerasan pada daerah Base metal 139,9 kg/mm 2 lebih rendah dibandingkan dengan area bending 165,6 kg/mm 2. begitu pula dengan daerah HAZ area 251,0 kg/mm 2 dengan kecepatan las 80m/s lebih rendah dibandingkan dengan daerah pada base metal, area bending, dan daerah HAZ dengan kecepatan las 80 m/s yang tertinggi adalah daerah lasan area sebesar 254,8 kg/mm 2 dikarenakan bila kecepatan pengelasan bertambah maka masukan panasnya kecil maka sambungan las akan menjadi besar. e. Struktur yang terdapat pada daerah logam las adalah bainit, martensit, dan ferit widmastatten.hal ini dikarenakan bainit mempunyai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan ferit, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan martensit dikarenakan martensit mempunyai sifat sangat keras dan getas sehingga ketangguhanya sangat rendah. Struktur pada daerah HAZ adalah ferit, perlit dan bainit. Hal ini kecepatan pendinginan tidak merata. Sedangakan struktur yang terdapat pada daerah logam induk adalah perlit dan ferit, banyak struktur ferit membuat bahan ini akan mempunyai kekerasan yang rendah, dikarenakan butir ferit cendrung lunak. Sedangkan Kristal perlit tidak dominan dalam material ini, hal ini cendrung keras dikarenakan mengandung karbon. 5.2.SARAN a. Pada saat pengelasan FBED119 saran penulis agar peletakan benda sesuaikan agar mudah dalam pengelasan dan jangan terlalu cepat dalam pergerakan busur elektroda, hal ini menyebabkan penetrasi welding dangkal. b. Jika mengelas dengan elektroda MG-51T sebaiknya kecepatan las jangan terlalu cepat, karena jika lebih cepat maka penembusan yang terjadi akan kecil dan jika kecepatan las tidak terlalu cepat maka akan menyebabkan busur listrik yang terjadi tinggi sekali sehingga akan menyebabkan pecairan logam induk. c. Sebaliknya dilakukan juga pengujian struktur mikro terhadap penampang las bagian atas, agar terlihat bentuk struktur butir (columnar grains) pada logam lasnnya. d. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan kecepatan las yang bervariasi dalam pengelasan FBED119 untuk mengetahui seberapa kuat lasan dikarenakan sangat berpengaruh dengan kekuatan material tersebut, dikarenakan FBED119 itu sendiri berfungsi sebagai penopang kursi pada mobil. e. Penelitian ini semoga dapat digunakan dalam bidang yang lebih luas dimasyarakat dan memudahkan pengguna atau yang memanfaatkan hasil penelitian ini untuk aplikasi di lapangan. 40

DAFTAR PUSTAKA 1. Adnyana, D. N. 1989. Metalurgi Las. Jakarta 2. Amstead, BH. 1997. Teknologi Mekanik jilid 1. Jakarta. Erlangga 3. Djafrie, Sriati, Teknologi Mekanik Jilid I, Erlangga, Jakarta 1992. 4. George E Dieter, Sriati Djafri. Metalurgi Mekanik, Erlangga, Jakarta 1993. 5. http://engineeringtown.com/kids/index.php/penemuan/94-sejarah ditemukannyamobil. 6. Http :// anggieferby.blog.com// Pengelasan 7. Http ://www.awandilangit.co.cc//2010 11 01 archive.html 8. PT. Abdi Metal Perkasa T. Prepare dan Dokumentasi.2014.Cibubur 9. Surdia. Ir. MS. Met. E. 1971. Ilmu Logam 1 Institut Teknologi Bandung. 10. Surdia, Tata Prof. Ir. MS. Met. E and Saito, Shiinroku 2005. Pengetahuan Bahan Teknik. 11. Wiryosumarto. Harsono. Prof. Dr. Ir. Okumura. Toshie. Prof. Dr. 2000. Teknologi Pengelasan logam. Jakarta. Paramita 41