BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamonangan (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Analisis EVA dan MVA antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi EVA PT. Semen Gresik memiliki kinerja keuangan yang lebih baik daripada PT. Indocement Tunggal Prakarsa karena selama lima tahun PT. Semen Gresik selalu memperoleh nilai EVA yang positif sedangkan dari segi MVA, kedua perusahaan memiliki kinerja yang baik karena selama lima tahun berturut-turut kedua perusahaan menghasilkan nilai MVA yang positif. Panjaitan (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode EVA Saham Tiga Emitten Terbaik 2008. Hasil penelitian menunjukkan nilai EVA dari ke tiga emiten terbaik 2008 (PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Astra Agro Lestari, Tbk, PT. United Tractors, Tbk) selama periode penelitian (2004-2007) selalu bernilai positif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan mempunyai kemampuan untuk menciptakan peningkatan nilai perusahaan. Artinya perusahaan telah menghasilkan return yang melebihi biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping karena Net Operating After Tax (NOPAT) yang dihasilkan tinggi, juga suku bunga pinjaman relatif rendah dan suku bunga SBI relatif tidak tinggi, sehingga biaya modalnya menjadi rendah
Analis sekuritas menemukan bahwa harga saham mengikuti EVA jauh lebih dekat dibanding faktor lainnya seperti laba saham, marjin operasi, atau pengembalian atas ekuitas (RoE). Korelasi ini benar-benar diperhatikan investor atau disebut pengembalian kas bersih atas modal. Oleh karena itu, semakin banyak analis sekuritas yang menghitung EVA perusahaan dan kemudian menggunakannya untuk membantu mengidentifikasi saham yang akan dibeli di pasar modal. Penulis meyakini bahwa di masa depan akan banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan pendekatakan EVA untuk mengukur kinerja perusahaan. Hal tersebut disebabkan semakin beratnya persaingan dalam bisnis. Perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang harus menciptakan return yang sesuai dengan yang diharapkan pemilik modal, bukan hanya asal mendapatkan laba. B. Economic Value Added (EVA) 1. Pengertian Economic Value Added Menurut Brigham dan Houston (2006:68) konsep EVA dikembangkan oleh Joel Stern Stewart, David Glassman, Gregory Milano dan Bennett Stewart. Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1989 oleh G.Bennet Steward, dalam bukunya yang berjudul The Quest For Value. Bennet Steward adalah seorang manajer dari Stern Steward & Co, perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat.
EVA merupakan suatu instrumen yang menunjukkan apakah manajemen dalam kegiatannya telah mampu menciptakan nilai tambah kepada perusahaan yang dimana nilai tambah tersebut berada diatas semua biaya modal yang dibebankan kepada perusahaan. Stern Stewart mengembangkan konsep EVA untuk membantu manajer menggabungkan dua prinsip dasar keuangan ke dalam pengambilan keputusan. Pertama adalah bahwa tujuan keuangan utama perusahaan haruslah memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Kedua adalah bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada sejauh mana investor berharap laba di masa depan melebihi atau kurang dari biaya modal.(young dan Byrne,2001:5). Peningkatan EVA secara berkelanjutan akan membawa peningkatan nilai pasar bagi perusahaan. Pendekatan ini terbukti efektif pada seluruh jenis organisasi. Kinerja saat ini sudah tercermin dalam harga saham. Ini merupakan perbaikan berkelanjutan dalam EVA yang selanjutnya akan memberi peningkatan pada kekayaan pemegang. Joel Stern dan G. Bennet Steward (Young dan Byrne,2001:17) menyebutkan Economic Value Added yang dihitung berbasis tahunan, mewakili selisih antara laba yang dihasilkan sebuah korporasi dengan biaya modalnya. EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. Biaya modal hutang (beban bunga) dikurangkan ketika menghitung laba bersih, tetapi biaya ini tidak dikurangkan pada saat menghitung biaya modal ekuitas. Oleh karena itu, EVA dikatakan sebagai laba ekonomis.yang merupakan kebalikan dari laba akunting.(young dan Byrne,2001:32).
Stern Stewart & Co. menyebutkan bahwa EVA adalah faktor yang relevan dan menentukan dalam pembentukan nilai perusahaan. Menurut pandangan tradisional, perusahaan yang efektif dan efisien adalah perusahaan dengan profitabilitas yang besar. Sedangkan menurut pendekatan EVA, perusahaan yang efektif dan efisien adalah perusahaan yang mampu menghasilkan return yang sesuai atau melebihi yang diharapkan pemilik modal. Hal ini menunjukkan pada kita, bahwa pendekatan EVA lebih komprehensif dibandingkan pendekatan tradisional. Perusahaan yang mampu menghasilkan profit belum tentu memiliki EVA yang positif, sedangkan perusahaan yang memiliki EVA yang positif sudah pasti perusahaan yang menghasilkan profit. EVA memiliki keunggulan dibandingkan dengan instrumen perhitungan lainnya, karena selain memperhitungkan biaya utang, juga memperhitungkan biaya modal. Biaya yang timbul dari modal yang sudah tertanam menyebabkan investor kehilangan peluang memperoleh return terbaik di tempat lain, dengan tingkat risiko setara. Kedua, relatif terhadap pengukuran modern seperti penyesuaian tingkat pengembalian risiko modal dan nilai risiko, EVA lebih mudah dipahami dan diterima oleh pihak manajemen karena secara teknikal dan sistemnya lebih sederhana sehingga biayanya pun lebih murah, dan terakhir EVA mengarahkan pada satu tujuan bersama, yaitu menciptakan shareholder value, sehingga tujuan setiap fungsi divisional tidak lagi saling bertentangan. Hal ini dimungkinkan karena EVA mampu memberikan manajemen pandangan menyeluruh dalam menganalisis dan mengelola antara return, risiko dan pertumbuhan.
Menurut Young dan Byrne,(2001:32) tidak seperti pengukuran lainnya, EVA dapat dihitung pada setiap kesatuan perusahaan seperti bisnis secara geografis, divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis dan sebagainya sehingga EVA dapat memberikan dasar yang berguna dalam menentukan kompensasi manajemen pada semua tingkatan. Eksekutif perusahaan banyak yang tidak mengetahui berapa modal yang digunakan atau biaya modal yang dibebankan kepada perusahaan. Biaya modal hutang sangat mudah ditentukan karena ditunjukkan dalam laporan keuangan sebagai beban bunga. Namun, biaya modal ekuitas yang lebih besar daripada biaya modal hutang tidak tercantum dalam laporan keuangan. Akibatnya, manajer seringkali memandang ekuitas sebagai modal gratis, meskipun sesungguhnya memiliki biaya yang tinggi. Jadi, tim manajemen tidak dapat mengetahui apakah dapat menutup semua biaya dan dapat menambah nilai perusahaan, jika tidak dapat menentukan biaya modal. 2. Perhitungan EVA EVA merupakan perhitungan dari NOPAT dikurangi dengan biaya modal. NOPAT merupakan laba bersih setelah dikurangi dengan pajak. Biaya modal sendiri sama dengan modal yang diinvestasikan dikalikan rata-rata tertimbang dari biaya modal(wacc). Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston,2006:69) EVA = NOPAT (WACC x Capital Employed)
dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax atau laba operasi bersih sesudah pajak. WACC = Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan, yang umumnya terdiri atas hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri Capital Employed = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri a) Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Brigham dan Houston (2006:64) menyatakan bahwa NOPAT atau laba operasi bersih sesudah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aktiva nonoperasi. NOPAT dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : NOPAT = EBIT (1-Tarif Pajak) b) Menghitung biaya hutang (cost of debt) atau kd Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok hutang. Dengan kata lain, cost of debt sama dengan tingkat bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur. Rumus untuk menghitung cost of debt menurut Rosy (2009:5) adalah : Beban Bunga Total Utang x 100%
c) Menghitung biaya ekuitas (cost of equity) Biaya ekuitas atau cost of equity adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba. Kewajiban membayar bunga dan pokok hutang membuat laba bersih perusahaan lebih bervariasi (naik turun) daripada laba operasi sehingga menyebabkan timbulnya tambahan resiko. Jadi biaya ekuitas ini mencakup adanya resiko bisnis dan resiko finansial. Resiko bisnis adalah resiko yang berhubungan dengan tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan resiko finansial adalah resiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang. Rumus yang digunakan untuk menghitung cost of equity menurut Rosy (2009:5) adalah : Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas d) Menghitung Struktur Modal x 100% Perhitungan struktur modal perusahaan dapat dilakukan dengan cara membagi total ekuitas dengan total utang dan ekuitas dan hasil pembagian tersebut dikalikan 100%. Rumus untuk menghitung struktur modal menurut Rosy (2009:5) adalah Total Ekuitas x 100% Total Utang dan Ekuitas e) Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal seperti utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham yang
ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan.young dan O Byrne (2001:149) berpendapat bahwa biaya modal suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing komponen biaya modal itu dimiliki dalam struktur modal. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang weighted average cost of capital (WACC) yang dihitung dengan rumus (Brigham dan Houston, 2006 : 484) Debt Equity WACC = CostofDebt 1 Debt + Equity Debt + Equity WACC = Ke We + Ki Wi dimana : ( T ) + CostofEquity Ke We Ki Wi = Biaya ekuitas = Persentase ekuitas dalam struktur modal = Biaya hutang setelah pajak = Persentase hutang dalam struktur modal f) Menghitung Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lain. Modal yang diinvestasikan dapat dihitung dengan rumus : Total Utang dan Ekuitas Pinjaman Jangka Pendek Tanpa Bunga
3. Keunggulan dan Kelemahan EVA Menurut Nasser, (2003:12) EVA sebagai alternatif penilaian kinerja perusahaan yang relatif baru memiliki beberapa keunggulan maupun kelemahan sebagai berikut : 1. Keunggulan EVA : a. EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa perlu ukuran / angka yang lain. b. EVA fokus penilaian kinerja perusahaan pada penciptaan nilai : yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manajer akan berpikir dan bertindak sebagai halnya pemegang saham. Manajer memilih investasi yang memaksimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. c. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah. d. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.
2. Kelemahan EVA : a. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negatif. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA tahun tertentu untuk menilai, kurang tepat. b. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat. Menurut Amirullah dalam (Nasser,2003:12), pada internal perusahaan, konsep Economic Value Added bermanfaat diantaranya untuk mengukur : 1. Measurement (pengukuran), dalam hal ini adalah pengukuran tingkat kinerja perusahaan. Dengan mengaplikasikan konsep Economic Value Added, maka perusahaan dapat mengetahui kinerjanya secara nyata, sehingga perusahaan dapat menetapkan kebijakan yang dapat menambah nilai perusahaan dan menghilangkan kebijakan yang merusak atau mengurangi nilai perusahaan. 2. Management System (Sistem Manajemen), sistem manajemen dalam perusahaan akan berubah apabila perusahaan tersebut mengaplikasikan
Economic Value Added, karena dengan konsep EVA perusahaan atau unit bisnis dalam perusahaan akan menetapkan kebijakan, prosedur dan metode yang akan menambah nilai perusahaan. 3. Motivation (motivasi), dengan penerapan EVA, maka setiap stakeholders perusahaan akan termotivasi untuk berlomba menambah nilai perusahaan, karena dengan menambah nilai perusahaan akan mengakibatkan keuntungan yang diperoleh bagi para stakeholder perusahaan itu sendiri. 4. Mindset (Pola pikir), pola pikir para stakeholder juga akan mengalami pergeseran dari hanya mengandalkan laba yang akan diperoleh menjadi nilai yang bertambah dalam perusahaan atas aktivitas-aktivitas penambah nilai bagi perusahaannya.