BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

dokumen-dokumen yang mirip
Jenis-Jenis dan Prevalensi Ektoparasit Pada Anjing Peliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL PARASITOLOGI. Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016

EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU

PARASITOLOGI. Editor: SALIS SETYAWATI G1C PROGRAM STUDI DIPLOMAT IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyisihan Osteologi Sitologi Fisiologi Agen Penyakit (Protozoa) Biologi Molekuler (Genetika Umum) Kesehatan Masyarakat Veteriner

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI TENTANG PARASITOLOGI BIOLOGI. Editor : Nama : Supriyanti NIM : G1C015021

DEFINISI PARASITOLOGI

PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN

2 POLA TRANSMISI PENYAKIT PADA BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

DEFINISI PARASITOLOGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Proses Penularan Penyakit

STUDI INFESTASI EKTOPARASIT PADA ANJING DI PONDOK PENGAYOM SATWA JAKARTA GRADY PRIASDHIKA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

Menambah Pengetahuan Tentang Parasitologi. Editor : Atika Rahmalia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

SEBARAN INFESTASI EKTOPARASIT PADA ANJING DI BANDUNG CUCU SUTRISNA

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. PARASITOLOGI BIO 452 (3 SKS) Semester VI

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Jenis-Jenis Cacing Parasit Saluran Pencernaan pada Hamster Syria Mesocricetus auratus (Waterhause, 1839) di Kota Padang

PENGARUH FREKUENSI PENGGANTIAN SEKAM DENGAN KEHADIRAN EKTOPARASIT PADA MENCIT (Mus musculus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. peternakan skala besar saja, namun peternakan skala kecil atau tradisional pun

BAB IV. STADIUM-STADIUM DAN SIKLUS HIDUP PARASIT. A. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 1 Ayam kampung (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anjing merupakan salah satu hewan yang umum dijadikan peliharaan.

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

YANG DlTIMBULKANNYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh SUTIKNQ B

KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA ANJING DAN KUCING AKIBAT INFEKSI CENDAWAN DI BEBERAPA KLINIK HEWAN UMMI HANI TRISANDI

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN Penanganan Skabies di Rumah Sakit Hewan Jakarta

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Lalat adalah serangga jenis Arthropoda yang masuk dalam ordo Diptera.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

... sesungguhnya segala sesuatu yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat rnenciptakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PET CLINIC VETCARE. Deby Saputra, Uning Lestari, dan Edhy Sutanta Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

I. PENDAHULUAN. satu komoditi yang sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan anjing oleh manusia sebagai teman berburu (Hatmosrojo dan Nyuwan, 2003). Anjing mempunyai jumlah ras terbesar, dimana antara satu ras dengan ras yang lainnya ada perbedaan dari segi morfologi. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan anjing, diantaranya yang sering ditemukan infeksi atau infestasi parasit (Budiana, 2007). Parasit dibagi menjadi 2 golongan yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya pada permukaan tubuh bagian luar atau bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan dunia luar dari hospes. Seperti kulit, rongga telinga, hidung, bulu, ekor, dan mata (Suwandi, 2001). Endoparasit adalah parasit yang hidup dalam tubuh inang, misalnya anggota Trematoda, Nematoda dan Protozoa (Natadisastra dan Agus, 2009). Ektoparasit merupakan permasalahan klasik yang merugikan, namun kurang mendapat perhatian yang baik. Kerugian yang ditimbulkan ektoparasit antara lain penurunan bobot badan, penurunan produksi, kerontokan rambut atau bulu, trauma, iritasi, anemia sampai dengan kematian. Ektoparasit juga berperan sebagai vektor penyakit seperti Protozoa, bakteri, virus, Cestoda, dan Nematoda yang dapat ditularkan pada hewan peliharaan dan manusia ( zoonosis ). 1

2 Arthropoda mempunyai peranan yang cukup besar terhadap penyakit infekasi pada hewan dan manusia (Wall and Shearer, 2001). Ektoparasit banyak dijumpai di Indonesia karena kondisi iklim dan kelembaban yang menunjang kehidupan ektoparasit sepanjang tahun (Dharmojono, 2001). Ektoparasit yang sering ditemukan pada anjing adalah caplak, kutu, tungau dan pinjal. Caplak yang sering ditemukan pada anjing di Indonesia adalah Rhipicephalus sanguineus (Hadi dan Rusli, 2006).Caplak hidup di permukaan kulit hewan dan akan menghisap darah induk semangmelaui pembuluh darah perifer yang berada dibawah kulit. Caplak memiliki ukuran tubuh yang cukup besar yang melekat pada permukaan kulit sehingga sangat mudah ditemukan pada daerah tubuh anjing. Predileksi yang sering disukai caplak adalah leher, sela-sela jari, dan bagian dalam telinga (Hadi dan Soviana, 2010). Pinjal yang sering ditemukan pada anjing adalah Ctenocephalides canis dan Ctenocephalides felis. Pinjal berada pada permukaan tubuh inang pada saat membutuhkan makanan. Gigitan pinjal dapat mengakibatkan flea alergik dermatitis. Selain itu pinjal berperan sebagai vektor penyakit plague dan inang antara cacing Dypilidium caninum (Eisen et al, 2008; Hadi dan Soviana, 2010). Kutu yang sering ditemukan pada anjing adalah Trichodectes canis. Kutu ini sebagai inang antardypilidium caninum untuk menularkan ke manusia (Scott et al, 2001). Stadium yang bisa ditemukan pada ektoparasit ini adalah telur, larva, nimfa dan dewasa. Pasar anjing yang berada di Jl. RA Kartini, Rejosari, Semarang Timur, Kota Semarang merupakan pasar bebas yang tempat jual belinya di pinggir jalan.

3 Kondisi pasar yang kurang terawat tidak menutup kemungkinan hewan yang dijual kurang bersih. Peneliti ingin meneliti prevalensi ektoparasit pada anjing untuk mempelajari dan mengenali jenis-jenis ektoparasit dengan kondisi pasar yang kurang terawat dalam upaya pengendalian, pengobatan serta pencegahan penularan penyakit. Prevalensi merupakan jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah. Penelitian dari Kiki Martha Puri, Dahelmi, dan Mairawita pada tahun 2014 ditemukan lima jenis ektoparasit pada anjing peliharaan yaitu Ctenocephalides canis, Dermacentor sp., Haemaphysalis sp., Rhipicephalus sanguineus dan Laelapidae sp. Bagian tubuh yang paling banyak diinfestasi ektoparasit adalah pada bagian punggung, diikuti bagian telinga dan paling sedikit adalah bagian kaki. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah yaitu, apa saja jenis-jenis ektoparasit dan bagaimana prevalensinya pada anjing yang diperjual belikandi Jl.RA Kartini, Rejosari, Semarang Timur, Kota Semarang? C. Tujuan Mengidentifikasi jeni-jenis ektoparasit pada anjing yang diperjual belikan di Jl.RA Kartini, Rejosari, Semarang Timur, Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Untuk menambah pengetahuan tentang jenis-jenis ektoparasit pada anjing serta bahaya yang ditimbulkan.

4 2. Bagi Akademi Untuk menambah referensi kepustakaan di Universitas Muhammadiyah Semarang. 3. Bagi Masyarakat Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat lebih waspada terhadap kesehatan binatang peliharaannya serta menambah pengetahuan dan wawasam untuk menjaga kebersihan baik lingkunan maupun binatang peliharaannya. Dengan begitu masyarakat bisa menghindari atau mencegah penyakit yang sewaktu-waktu bisa ditularkannya. E. Original Penelitian / Keaslian Penelitian Tabel.1 Original Penelitian / Keaslian Penelitian Peneliti/ Tahun Kiki Martha Puri, Dahelmi, dan Mairawita / 2014 Cucu Sutrisna/ 2015 Judul Sampel Hasil Jenis-jenis dan Prevalensi Ektoparasit pada anjing Peliharaan Sebaran Infestasi Ektoparasit pada anjing di Bandung Penelitian ini dilakukan pada anjing di kota Padang Penelitian ini diambil dari data rekam medik dari 7 klinik hewan di wilayah Bandung Penelitian ini menemukan 5 jenis ektoparasit yaitu Ctenocephalides canis, Dermacentor sp., Haemaphysalis sp., Rhipicephalus sanguineus dan Laelapidae sp. Penelitian ini menemukan 3 jenis Ektoparasit yaitu Rhipicephalus sanguineus, Trichodectes canis dan Ctenocephalides felis Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objeknya yaitu penelitian dari Kiki Martha Puri, Dahelmi, dan Mairawita tahun 2014 menggunakan objek anjing peliharaan di kota Padang, dan penelitian dari Cucu Sutrisna tahun 2015 menggunakan objek yang diambil dari data rekam

5 medik dari 7 klinik hewan di wilayah Bandung, sedangkan penelitian ini objeknya adalah anjing yang diperjual belikan di Jl. RA Kartini, Rejosari, Semarang Timur, Kota Semarang.