TITRASI PERMANGANOMETRI

dokumen-dokumen yang mirip
Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

Metodologi Penelitian

Sophie Damayanti / SF ITB

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

TITRASI PERMANGANOMETRI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

LOGO TEORI ASAM BASA

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

Sulistyani, M.Si.

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Titrasi Pengendapan. Titrasi yang hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

TITRASI POTENSIOMETRI

TES PRESTASI BELAJAR. Hari/tanggal : Senin/7 Mei 2012 Mata Pelajaran: Kimia Waktu : 90 menit

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PAKET UJIAN NASIONAL 17 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

Laporan Analisis Anion. Disusun Oleh : CHO MEITA BAB I PENDAHULUAN

Analisis Fisiko Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

KIMIA ELEKTROLISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Tinjauan Pustaka. Tabel II. 1 Hubungan oksidator, reduktor dan perubahan bilangan oksidasi. Oksidasi bertambah pelepasan elektron

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

REAKSI REDOKS dan ELEKTROKIMIA

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Kimia Analitik I (M. Situmorang) Halaman i

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

VOLUMETRI / TITRIMETRI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI

Analisis Kation Golongan III

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

Soal ini terdiri dari 25 soal PG (50 poin) dan 6 soal essay (88 poin)


Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

D. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

Transkripsi:

TITRASI PERMANGANOMETRI Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO 4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. - MnO 4 + 8H + + 5e Mn 2+ + 4H 2 O Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat. Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO 4 + 4H + + 3e MnO 4 +2H 2 O Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis : - 2- MnO 4 + 3e MnO 4 2- MnO 4 + 2H 2 O + 2e MnO 2 + 4OH - - MnO 4 + 2H 2 O + 3e MnO 2 +4OH - Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO 2 sesuai dengan persamaan 3Mn 2+ - + 2MnO 4 + 2H 2 O 5MnO 2 + 4H + Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO 2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO 2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.

Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk. Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi. Standarisasi Larutan KmnO4 Larutan KMnO 4 dapat distandarisasi dengan larutan standar denhgan larutan standar H 2 C 2 O 4 atau Na 2 C 2 O 4 dengan mereaksikan 10 ml H 2 C 2 O 4 0,05M dengan 0 ml larutan H 2 SO 4 1M ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan dengan kompor listrik dalam ruang asam hingga suhu 700C warna dari H 2 SO 4 dan H 2 C 2 O 4 mula-mula tidak berwarna kemudian dititrasi dengan KMnO 4 tetes demi tetes. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan permanganatt lambat pada suhu kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga suhu 700C. Setelah itu suhu dipertinggi rekasi memulai lambat tetapi kecepatan meningkat setelah Mn 2+ terbentuk. Mn 2+ bertindak sebagai katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan tersebut dititrasi dengan KMnO 4 hingga diperoleh warna merah muda permanen. Setelah itu menghitung jumlah KMnO 4 yang digunakan dan mengulangi percobaan 2x. Dan pada percobaan I diperoleh volume sebesar 10 ml dan berwarna coklat kemerahan. Disini bisa timbul warna coklat kemerahan karena sebelum dititasi dengan KMnO 4 larutan H 2 C 2 O 4 + H 2 SO 4 harus didinginkan setelah dipanaskan.berbeda dengan percobaan I, percobaan II diperoleh volume sebesar 8,3mL dan warna yang ditimbulkan adalah merah muda yang konstan (karena sudah didiamkan terlebih dahulu). Larutan standarisasiyang digunakan asam oksalat CH 2 C 2 O 4 0,05M yang oleh KMnO 4 akan dioksidasi menjadi CO 2 menurut reaksi sebagai berikut: 2MnO 4- (aq) + 6H + (aq)+5h 2 C 2 O 4 (aq) 2Mn 2+ (aq)+8h 2 O(l)+10CO 2 (g) Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H 2 SO 4 encer dan bukan larutan yang lain, misalnya HCl encer yang tidak boleh digunakan sebab fdapat dioksisdasi oleh KmnO 4 menjadi Cl 2 sebagai berikut: MnO 4- (aq) + 16H + (aq)+10cl - (aq) Mn 2+ (aq) + 5Cl 2 (g) + H 2 O(l) Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan reduksi: Oksidasi : H 2 C 2 O 4 CO 2 + 2H + +2e - Reduksi : MnO 4 - + 8 H + Mn 2+ + 4 H 2 O Dan dalam percobaan standarisasi larutan KMnO 4 diperoleh molaritasnya sebesar 0,021M. D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI

A. KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah - berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO 4 berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator. B. KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO 4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO 4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO 2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO 4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H 2 C 2 O 4 Pemberian KMnO 4 yang terlalu cepat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah ditambahkan H 2 SO 4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO 4 - dengan Mn2 +. MnO 4 - + 3Mn 2+ + 2H 2 O 5MnO 2 + 4H + Penambahan KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H 2 C 2 O 4 Pemberian KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah ditambahkan H 2 SO 4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H 2 C 2 O 4 + O 2 H 2 O 2 + 2CO 2 H 2 O 2 H 2 O + O 2 Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO 4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan. E. MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya. A. KESIMPULAN 1. Titrasi permanganometri merupakan titasi yang menggunkan KMnO 4 sebagai titan. 2. Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam lingkungan asam sehingga terjadi rekasi sebahgai berikut: MnO 4- (aq) + 6H + (aq)+5h 2 C 2 O 4 (aq) 2Mn 2+ (aq)+8h 2 O(l)+10CO 2 (g) 3. Standarisasi larutan KMnO 4 : larutan KMnO4 distandarisasi dengan larutan H 2 C 2 O 4, larutan H 2 C 2 O 4 dioksidasi oleh KMnO 4 menjadi CO 2 menurut reaksi: 2MnO 4- (aq) + 6H + (aq)+5h 2 C 2 O 4 (aq) 2Mn 2+ (aq)+8h 2 O(l)+10CO 2 (g) 4. Diperoleh molaritas KMnO 4 adalah 0,021M 5. Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator karena perubahan warna KMnO 4 telah menandakan titik akhir.

6. Titik akhir titrasi permanganometri ditandai dengan perubahan warna yaitu pada percobaan 1 dan 2 dari tidak berwarna menjadi merah muda. Sedangkan pada percobaan ke 3 dari kuning pucat menjadi orange pekat. B. SARAN Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam melihat dan mengukur volume KMnO 4 yang digunakan pada buret dan selalu menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permanganometri merupakan metode titrasi menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagi titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Analisa permanganometri ini merupakan salah satu dari banyak metode analisis kuantitatif lainnya, sehingga penggunaan analisa ini cukup erat hubungannya dengan disiplin ilmu keteknikkimiaan. Percobaan ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permenganometri yang didapat dikuliah, sehingga praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman mahasiswa. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. MnO4- + 8H+ + 5e Mn 2+ + 4H2O Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat. Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO4 + 4H+ + 3e MnO4 +2H2O Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis : MnO4- + 3e MnO42- MnO42- + 2H2 O + 2e MnO2 + 4OH- MnO4- + 2H2 O + 3e MnO2 +4OH- Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang

dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser. Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan 3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O 5MnO2 + 4H+ Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristalkristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk. Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna

kuning dari ion besi. URAIAN BAHAN 1.KMnO4 ( FI III,330 ) Nama resmi = KALII PERMANGANAS Nama lain = Kalium permanganate RM = KMnO4 BM = 158,03 Pemerian = Hablur mengkilap, ungu tua /hampir hitam, tidak berbau, rasa manis /sepat. Kelarutan = Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih. Kegunaan = Sebagai sampel Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat 2. Aquadest ( FI III,96 ) Nama resmi = AQUADESTILLATA Nama lain = Air suling RM = H2O BM = 18,02 Pemerian = Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. Kelarutan = Larut dalam etanol dan gliserol Kegunaan = Sebagai pelarut Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat 3. Asam oksalat (FI III,651) Nama lain = Asam oksalat RM = (CO2H)2.2H2O Pemerian = Hablur,tidak berwarna. Kelarutan = Larut dalam air dan etanol Kegunaan = Sebagai zat tambahan Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat 5. Asam sulfat (FI III,58) Nama resmi = ACIDUM SULFURICUM Nama lain = Asam sulfat RM = H2 SO4 BM = 98,07 Pemerian = Cairan kental, seperti minyak, korosif tidak berwarna, jika ditambahkan kedalam air menimbulkan panas. Kegunaan = Sebagai larutan titer. Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat. 1.2. Tujuan Percobaan a. Mengetahui Normalitas suatu zat dengan cara permanganometri. b. Mengetahui proses pembuatan larutan baku primer oxalat, c. Menetahui pengenceran larutan baku sekunder (KMnO 4 )

d. Mencari normalitas KMnO 4 yang sebenarnya e. Mengetahui perhitungan konsentrasi suatu sampel. f. Menentukan Nitrit 1.3. Prinsip Percobaan Prinsip praktikum ini yaitu berdasarkan titrasi redoks (reduksi-oksidasi), yaitu titrasi yang didasari oleh reaksi oksidasi dan reduksi. TINJAUAN PUSTAKA Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti: (1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan. (2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4. Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2 H2O2 H2O + O2 Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan. 2.1. Pengertian Oksidasi-Reduksi

Bilangan oksidasi (atau tingkat oksidasi) ialah berapa electron (muatan) dianggap ada/dipunyai oleh atom tersebut, seakan-akan dalam ikatan kimia, electron sepenuhnya pindah dari atom satu ke atom yang lain, tetapi sedemikian rupa, sehingga molekul secara keseluruhan tak bermuatan. Valensi dan bilangan oksidasi (BO) merupakan pengertian tidak sama. Valensi dalam perkembangan histories Ilmu Kimia diartikan sebagai daya ikat atau berapa banyak atom H diikat oleh satu atom unsure yang bersangkutan (atau, sebagai ganti atom H, berapa atom univalent lain atau 2x jumlah atom O). Maka valensi dalam arti sempitnya itu merupakan bilangan bulat dan harus positif dan punya akar dalam kenyataan, walaupun tidak mencerminkan teori. Valensi penting dalam pengertian rumus bagun. Sebaliknya bilangan oksidasi dapat positif maupun negative; umumnya nilainya sama dengan nilai valensi tetapi ada kalanya berbeda, malahan tidak selalu bulat, dapat juga pecahan. Perbedaan ini terjadi karena BO merupakan hasil perhitungan dan sebenarnya tidak punya dasar riil. Perbedaan nilai ini dengan valensi terjadi antara lain kalau dalam molekul terdapat ikatan antara atom-atom unsure sejenis (misalnya dalam ikatan organik). BO sangat membantu untuk mengerti reksi oksidasi-reduksi (redoks) dan perhitungan yang bersangkutan dengan redoks, misalnya dalam penentuan koefesien reaksi. Oksidasi ialah reksi yang menaikkan BO suatu unsure dalam zat yang mengalami oksidasi, dapat juga dilihat sebagai kenaikan muatan positif (penurunan muatan negatif) dan umumnya juga kenaikan valensi. Sebaliknya ialah reduksi, yaitu reaksi yang menurunkan BO atau muatan positif (menaikkan muatan negatif) dan umumnya menurunkan valensi unsure dalam zat yang direduksi. Jadi sekalipun kita mereduksi atau mengoksidasi suatu persenyawaan, sebenarnya yang dioksidasi atau reduksi itu ialah unsure tertentu yang terdapat di dalam pesenyawaan tersebut. Miasalnya: MnO 2 + 4 HCl MnCl 2 + Cl 2 + 2 H 2 O Dalam reaksi ini, MnO 2 ialah oksidator dan HCl, sedang HCL mereduksi atau dioksidasi oleh MnO 2. Tetapi, seperti disebut di atas, yang dioksidasi ataupun direduksi ialah suatu unsure dalam persenyawaan-persenyawaan yang bersangkutan. Dalam hal ini, yang dioksidasi ialah unsure Cl karena tampak berubah (naik muatan positifnya) dari Cl di dalam HCl, menjadi Cl dalam molekul Cl 2. Yang diredusi ialah unsure Mn karena berubah (turun) BO-nya dari +4 dalam MnO 2 menjadi +2 dalam MnCl 2. 2.2. Kemungkinan Terjadinya Suatu Reaksi Redoks Bila zat A direkasikan dengan zat B, bagaimana diketahui apakah akan terjadi reaksi redoks atau bukan redoks? Untuk menjawab pertanjaan ini harus diperhatiakan:

1. tingkat oksidasi/valensi unsure-unsur dalam A maupun B, apakah ada yang dapat naik dan ada yang turun BO-nya. 2. bila ada, apakah A oksidator cukup kuat dan B reduktor cukup kuat, ataupun sebaliknya; 3. hal-hal lain. A harus berisi unsure yang dapat dioksidasi dan B berisi unsure yang dapat direduksi atau sebaliknya. Misalnya reaksi antara asam nitrat dan ferrioksida HNO 3 + Fe 2 O 3? Bukan reaksi redoks karena H,N, dan Fe sudah mempunyai BO tertinggi sehingga kedua zat tidak dapat dioksidasi, hanya dapat direduksi (untuk reaksi redoks, satu harus dapat dioksidasi dan satu harus dapat direduksi). Juga reaksi antara asam nintrat dan kalium hidroksida HNO 3 + KOH Tidak mungkin redoks. Lain halnya dengan reaksi : FeSO 4 + I 2? Yang mungkin berlangsung sebagai reaksi redoks, karena Fe (+2) dapat naik BO menjadi Fe (+3), dan di pihak lain I (0) masih dapat turun menjadi I (-1). Maka mungkin terjadi reaksi redoks dengan FeSO 4 sebagai reduktor dan I 2 sebagai oksidator. Contoh lain yang mungki menghasilkan reaksi redoks ialah : MNO 2 + NaBr + H 2 SO 4? Karena Mn (+4) dapat menjadi (+2); Br (-1) dapat menjadi (0) atau lebih. 2.3. Kurva Titrasi Redoks Bahwa pada setiap titrasi selalu terbentuk kesetimbangan antara titrant yang sudah ditambahkan dan titrat. Ini merupakan dasar utama perhitungan titik-titik kurva titrant. Dalam hal ini, ordinat ialah potensial larutan, sebab inilah yang mencirikan keadaan larutan pada setiap saat titrant dan berubah bersama dengan penambahan titrant. Dalam membentuk kurva titrasi dengan titrasi redoks, biasanya diplot grafik E sel (terdapat SCE) dengan volume dari titrant. Seperti diketahui sebagaian besar indicator redoks redoks memang sensitive tetapi indicator ini sendiri merupakan oksidator atau reduktor, sehingga perubahan potensial sistem indicator juga perlu dipertimbangkan selama titrasi. Oleh karena itu pada titrasi potensiometri, dimana E sel (dibandingkan terhadap elektroda pembanding) dibaca selama titrasi, titik ekivalen ditentukan dari kurva

titrasinya. Perubahan potensial akibat penambahan Nernst asalkan potensial elektroda standar diketahui. Misalnya pada suatu jenis kurva titrasi dengan mempertimbangkan potensial reduktor oksidasi pada titik kesetimbangan (E eg ). Persamaan Nernst menyatakan: E = E - log Untuk reaksi: Fe + Ce = Fe + Ce Pada kesetimbangan potensial elektroda untuk dua setengah reaksi adalah sama.e ce = E Fe = E sistem. Ini adalh potensialnya dari sistem. Untuk indicator redoks berlaku pula: E ce = E Fe = E sistem. 2.4. Jenis-jenis Titrasi Oksidasi-Reduksi Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasar pemakaiannya: 1. Na 2 S 2 O 3 sebagai titrant; dikenal sebagai yodometri tak langsung Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I 2. I 2 inilah dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 : OKs analat + I Red analat I 2 ( 1) 2 S 2 O 3 + I 2 S 4 O 6 + 2 I ( 2) Daya reduksi ion yodida cukup besar dan titrasi ini banyak diterapkan. Reaksi S 2 O 3 dengan I 2 berlangsung baik dari segi kesempurnaannya, berdasarkan potensial redoks masing-masing: S 4 O 6 + 2 e 2 S 2 O 3 E = 0,08 volt ( 3) I 2 + 2 e 2 I E = 0,536 volt ( 4) Selain itu, reaksi berjalan cepat dan bersifat unik karena oksidator lain tidak mengubah S 2 O 3 menjadi S 4 O 6 melainkan menjadi SO 3 seluruhmya atau sebagaian menjadi SO 4. Titrasi dapat dilakukan tanpa indicator dari luar karena warna I 2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai; warna itu mula-mula coklat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, samapai akhirnya lenyap. Bila diamati dengan cermat perubahan warna tersebut,

maka titik akhir dapat ditentukan dengn cukup jelas. Konsentrasi 5 x 10 M yod masih tepat dapat dilihat dengan mata dan memungkinkan penghentian titrasi dengan kelebihan hanya senilai 1 tetes yod 0,05 M. Namun lebih amudah dan lebioh tegas bila ditambahakan amilum kedalam larutan sebagai indicator. Amilum dengan I 2 membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I 2 sedikit sekali. Pada titik akhir, yod yang terikat itu pun hilang bereaksi dengan titrant sehingga warna biru lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi (bila yod sudah tinggal sedikit yang tanpa dari warnanya yang kuning-muda). Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkan sukar lepas kembali. Hal ini akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila yod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir. a. Larutan Na 2 S 2 O 3 Larutan ini biasanya dibuat dari garam, Na 2 S 2 O 3. 5 H 2 O. Karena BE = BM-nya (248,17) maka dari segi ketelitian penimbangan, hal ini menguntungkan. Larutan ini perlu distandardisasi. Kestabilan larutan mudah dipengaruhi oleh Ph rendah, sinar matahari, dan terutama adanya bakteri yang memanfaatkan S. Pada PH rendah (<5)> S 2 O 3 + H HSO 3 + S Tetapi karena reaksi ini berjalan lambat, kesalahan tidak perlu dikuartirkan walaupun larutan yang dititrasi cukup asam asal titrasi dilakukan dengan penambahan titrant yang tidak terlalu cepat. Bakteri dapat menyebabkan perubahan S 2 O 3 menjadi SO 3, SO 4 dan S. S ini tanpa sebagian endapan koloida yang membuat larutan menjadi keruh; ini pertanda larutan harus diganti. Untuk mencegah aktivitas bakteri, pada pembuatan larutan hendaknya dipakai air yang sudah dididihkan; selain itu dapat ditambahakan pengawet seperti misalnya klorofom, natrium benzoate, atau HgI 2. Kestabilan larutan Na2 S 2 O 3= dalam penyimpangan ternyata paling baik bila mempunyai ph antara 9 dan 10, mungkin karena aktivitas bakteri yang minimal. Untuk kebutuhan biasa, ph 7 sudah sangat memadai. Walupun demikian, larutan Na 2 S 2 O 3 harus sering distandardisasi ulang. b. Sumber kesalahan Titrasi Kesalahan Oksigen: Oksigen di udara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi ion yodida menjadi I 2 juga sebagai berikut : O 2 + 4 + 4 H 2 I 2 + 2 H 2 O

Pada Ph tinggi muncul bahan lain, yaitu bereaksinya I 2 yang berbentuk dengan air (hidrodisa) dan hasil reaksinya lanjut: I 2 + H 2 O HOI + I + H (a) 4 HOI + S 2 O 3 + H 2 O 2 SO 4 + 4 I + 6 H (b) Di atas sudah disebutkan bahaya kesalahan karena pemberian amilum terlalu awal. Banyak reaksi analat dengan KI yang berjalan agak lambat. Karena itu sering kali harus ditunggu sebelum titrasi; sebaliknya menunggu terlalu lama tidak baik karena kemungkinan yod menguap. C. Berat ekivalen Dalam titrasi ini, BE suatu zat dihitung dari banyaknya zat mol) yang menghasilkan atau membutuhkan satu mol atom yod (bukan ion yodida). BE = c. Bahan Baku Primer I 2 murni atau dimurnikan dengan jalan disublimasikan. BE cukup tinggi (126,9). Yod mudah menguap, maka bahan ini harus ditimbang dalam botol tertutup KIO 3 kemurnianya baik, tetapi Be agak terlalu rendah (35,67) K 2 Cr 2 O 7 juga mudah sekali diperoleh dalam keadaan murni, tetapi juga agak rendah BE-nya (49,03). Reaksinya dengan KI harus ditunggu beberapa lama senelumnya dititrasi. 2. I 2 sebagai titrant; dikenal sebagai titrasi yodometri langsung dan kadang-kadang dinamakan yodimetri Dalam metode ini, analat dioksidasi oleh I 2 sehingga I 2 tereduksi menjadi ion yodida: A red + I 2 A oks + I, Yod meruapakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan dari tak berwarna menjadi warna biru. a. Larutan Baku Yod

Yod (I 2 ) sebagai zat padat sukatr larut dalam air, yaitu hanya sekitar 0,0013 mol per liter pada 25 C, tetapi sangat mudah larut dalam larutan KI karena membentuk ion I 3 sebagai berikut: I 2 + I I 3 (ion triyodida) Maka larutan dibuat dengan KI sebagai pelarut. Larutan yod ini tidak stabil, sehingga standardisasi perlu dilakukan berulang kali. b. Kesempurnaan Reaksi Sebagai oksidator lemah, yod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna. Karena itu sering dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kea rah hasil reaksi antara lain dengan mengatur Ph atau menambahkan bahan pengkomleksan seperti yang dilakukan pada titrasi Fe dengan pemberian EDTA atau P 2 O 7. 3. Suatu oksidator kuat sebagai titrant. Diantaranya yang paling sering dipakai ialah: a. KMnO 4 b. K 2 Cr 2 O 7 c. Ce (IV) 4. Suatu reduktor kuat sebagai titrant Larutan bahan pereduksi sering penggunaanya karena sangat mudah teroksidasi oleh udara. Akibatnya, kadang-kadang titrasi harus dilakukan dalam atmosfer insert, misalnya dengan mengalirkan N 2 atau CO 2 ke dalam atau ke atas titrat. Juga penyimpangan larutan memerlukan lingkaran inert. Cara lain ialah menambahkan pereduksi berlebih, lalu menitrasikannya kembali dengan oksidator untuk menentukan kelebihannya; oksidator yang dipakai dapat misalnya kalium bikhromat baku. Disamping itu dilakuakan titrasi blangko atas pereduksi tersebut untuk menentukan konsentrasinya yang tepat. a. Pereduksi-pereduksi kuat yang dapat dipakai sebagai titrant antara lain ialah titrant (III) dan khrom (II) yang cepet sekali bereaksi dengan udara sehingga harus digunakan dengan gas inert N 2 atau CO 2. b. Natrium tiosulfat sebagai titrant untuk yodometri tak langsung sudah dibicarakan. c. Larutan Fe dengan mudah dapat dibuat dari garam Mohr, Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2.6 H 2 O atau garam Oesper, FeC 2 H 4 (NH 4 ) 2.4 H 2 O (ferro etilendiammonium sulfat). Dalam larutan netral, Fe (II) cepat teroksidasi oleh udara, tetapi hal itu dapat dicegah bila larutan diasami dan larutan paling stabil dibuat dengan H 2 SO 4 sekitar 0,5 M. Larutan demikian perlu distandarisasi setiap kali hendak dipakai.

2.6. Penentuan Titik Akhir pada Titrasi Redoks Biasanya dua jenis indicator digunakan untuk menentukan titik akhir. Indikator tersebut adalah indicator eksternal maupun indicator internal. Biasanya indicator eksternal digunakan dalam uji bercak.contohnya : K 3 Fe(CN) 6 untuk Fe. UO 2 (NO 3 ) 2 untuk Zn. Indikator eksternal dapat digantikan oleh indicator redoks internal. Indikator terdiri dari jenis ini harus menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik ekivalen reaksi redoks. Yang terbaik adalah indicator 1.10-fenantrolin, indicator ini mempunyai potensi oksidasi pada harga antara potensial larutan yang titrasi dan penitrannya sehingga memberikan titik akhir yang jelas. (fen) 3 Fe + e (fen) 3 Fe E = 1,06 V 1,11 V Biru Merah Garam kompleks yang diperoleh dari pencampuran secara ekivalen 1.10-fenantrolin dan FeSO 4 membentuk kompleks khelat yang disebut ferroin. Pertukaran electron berlangsung melalui cincin aromatic. Kompleks Fe dengan 5-nitro-1, 10-fenantrolin dan 5-metil-1-10-fenantrolin masingmasing dikenal sebagai nitroferrolin (E = 1,25 V) dan metal-ferroin (E = 1,02 V). Kompleks Fe dengan 4-7 dimetil fenantrolin mempunyai harga E = 0,921 V dalam 0,5 M H 2 SO 4. Turunan-turunan lain yang sering digunakan adalah 5,6-dimetil; 3,5,7 trimetil; 3,4,6,7-tetrametil; 5 fenil; 5-khloroferroin. Kemudian indicator trimetil metana; turunan ini digunakan dalam suasan larutan alkalis dan netral. Misalnya saja eroglaucine A (0,98 V), erigren B (0,99 v), eriogren semuanya berubah warnanya dari kuning ke jingga pada peristiwa oksidasi. Pada keadaan tersebut titrasi kembali tidak mungkin dilakukan karena perubahan warnanya tidak reversible. Difenil amin dalam H 2 SO 4 juga merupakan indicator yang sering digunakan. 2.7.Pemakaian Iodium Sebagai Regen Redoks Karena harga E iodium berada pada daerah pertengahan maka sistem iodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor. Jika E tergantung pada ph (ph <> tidak I 2 + 2 e 2 I, E = 0,535 V I 2 adalah oksidator lemah sedangkan iodide secara relative merupakan reduktor lemah. Kelarutannya cukup baik dalam air dengan pembentukan triodida [KI 3 ]. Oleh karena itu I 2 + 2 e 2 I, E = 6,21 adalah reaksi pada permulaan reaksi. Iodium dapat dimurnikan dengan sublimasi. Ia larut dalam larutan KI dan harus disimpan dalam tempat yang dingin dan gelap. Dapat distandarisasi adalah As 2 O 3. Berkurangnya iodium akibat penguapan dan oksidasi udara

menyebabkan banyak kesalahan analisis. Cara lain standarisasi dengan Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O. Larutan thiosulfat distandarisasi lebih dahulu terhadap K 2 CrO 7. Reaksinya : Cr 2 O 7 + 14 H + 6 I 3 I 2 + 2Cr + 7H 2 O Biasanya indicator yang digunakan adalah kanji/amilum. Iodida pada konsentrasi < style="position: relative; top: 2pt;"> ditelan oleh amilum. M dapat dengan mudah Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan yang kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi. Dengan formamida penyerangan kanji oleh mikroorganisma paling sedikit. Kita akan membahas beberapa pilihan reaksi iodometrik. a. reaksi iodium-tiosulfat : Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi maka : I 3 + 2S 2 O 3 3 I + 2S 4 O 6 sealam reaksi zat antara S 2 O 3 I sebagai yang tidak berwarna adalah terbentuk S 2 O 3 + I 3 S 2 O 3 I + 2 I warna yang terus menjadi 2S 2 O 3 I + I S 4 O 6 + I 3 warna indicator muncul kembali pada S 2 O 3 I + S 2 O 3 S 4 O 6 + I Reaksi berlangsung baik dibawah ph = 5,0, sedangkan pada larutan alkali, larutan asam hpoiodus (HOI) terbentuk. b. Reaksi dengan tembaga : Kelebihan KI bereaksi dengan CU (II) untuk membentuk CuI dan melepaskan sejumlah ekivalen I 2. 2Cu + 4 I 2CuI + I 2 ; 2Cu + 3 I 2CuI + I 3 Iodida berperan sebagai reduktor. Reaksi dengan Cu Cu + e Cu E = 0,15 V; I 2 + 2 e = 21 E =0,54 V dan Cu + I + e CuI E = 0,86 V Hasil yang terbaik diperoleh dalam 4% KI. ph optimum adalah 4,0.Cu (II) pada medium alkali akan lebih sulit dioksidasi. Na 2 S 2 O 3 di tambahkan secara perlahan-lahan karena iodium yang teradsorbsi dilepaskan sedikit demi sedikit. Adanya ion klorida dapat mengganggu karena iodide tidak dapat mereduksi Cu (II) secara kuantitatif. c. Oksigen terlarut : Dengan menggunakan metode Winkler, oksigen terlarut (DO) dapat ditentukan. Dasarnya adalah reaksi antara O 2 dan Mn (II) hidroksida yang tersuspensi pada media alkali. Pada penambahan asam Mn (OH) 2 berubah menjadi Mn-iodida.

d. Air dengan metode Kerl Fischer : Ini meliputi titrasi sampel dalam methanol. Titik akhir titrasi sesuai dengan munculnya kelebihan I 2, yang dapat dideteksi secara manual maupun dengan cara-cara elektrokimia. Reaksi adalah : C 5 H 5 N.I 2 + C 5 H 5 N.SO 2 + C 5 H 5 N + H 2 O 2C 5 H 5 N H I + C 5 H 5 N. SO 2 (Piridin N asam sulfonat) C 5 H 5 N.SO 3 + CH 3 OH C 5 H 5 NO. SO 2 OCH 3 (Piridium metal sulfat) C 5 H 5 N.SO 3 + H 2 O C 5 H 5 NHO. SO 2 OH (Piridium hydrogen sulfat) Reaksi totalnya : I 2 + SO 2 + H 2 O + CH 3 OH + 3 pyh I 2 pyh I + pyhoso 2 OCH 3 Metode ini sangat untuk menentukan kelembapan dan kandungan H 2 O dari beberapa materi. Metode dua reagen lebih baik bila sampel dan piridin methanol serta SO 2 dititrasi dengan iodium dalam metanol. 2.8. Beberapa Sistem Redoks a. Ce (IV) sulfat adalah oksidator yang sangat baik dengan indicator o- fenantrolin. Pada reaksi Ce Ce + e electron orbital 4f-lah yang dibebaskan. Laju reaksi dipengaruhi oleh pelarut dan pembentukan kompleks. Ce (IV) selama reaksi dalam medium H 2 SO 4, HNO 3 dan HCLO 4 berada dalam bentuk kompeks. Potensial formal pasangan Ce (IV)-Ce (III) adalah 1,70 V dalam HCIO 4 ; 1,60 V dalam HNO 3 dan 1,42 V dalam larutan H 2 SO 4. b. Kalium permanganate : adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indicator. Kelemahanya adalah dalam medium HCI CI dapat teroksidasi. Demikian juga kelarutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1N; MnO 4 + 8 H + 5 e 4 H 2 O E = 1,51 V. Reaksi oksidasi terhadap H 2 C 2 O 4 berjalan lambat pada temperature ruang. c. Kalium dikromat : reaksi ini berproses seperti Cr 2 O 7 + 14 H + 6 e Cr + 7 H 2 O E = 1,33 V Zat ini mempunyai keterbatasan dibandingkan KMnO 4 atau Ce (IV), yaitu kekuatan oksidasinya lebih lemah dan reaksinya lambat. K 2 Cr 2 O 4 bersifat stabil dan inert terhadap HCI. Mudah diperoleh dalam kemurniaan tinggi dan merupakan standar primer. Biasanya indicator yang digunakan adalah asam difenilamin-sulfonat. Terutama digunakan untuk analisis besi (III) menurut reaksi : 6 Fe + Cr 2 O 7 + 14 H 6 Fe + 2 Cr + 7 H 2 O

d. Kalium bromate : ini adalah oksidator kuat. Reaksinya: BrO + 6 H Br + 3H 2 O E = 1,44 V. BrO 3 adalah standar primer dan sifatnya stabil. Methyl orange atau red digunakan sebagai indicator tetapi tidak sebaik nafthaflavon,quinoline yellow. Kalium Bromat banyak digunakan dalam kimia organic, missal titrasi dengan oksin. Sebagian besar titrasi meliputi titrasi kembali dengan asam arsenic. e. Kalium iodat : banyak dipakai dalam kimia analitik IO 3 + 5 I + 6 H 3 I 2 + 3 H 2 O dan reaksi dalam titrasi Adrew s: IO 3 + Cl + 6 H +4 e ICI + 3 H 2 O E = 1,20 V. titrasi Andrew dilakukan pada suasana asam HCI 6 M dalam CCI 4. Titik akhir ditetapkan pada saat earna unggu menghilang. Untuk mendapatkan warna titik akhir yang tepat perlu dilakukan pengocokan. 4.2. Pembahasan Pereaksi kalium permanganat ukan pereaksi aku primer. Sangat sukar untuk mendapatkan perekasi ini dalam keadaan murni, bebas dari mangan dioksida. Kalium permanganat merupakan zat pengoksid kuat yang berlainan menurut ph medium, kalium permanganat merupakan zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganat. Timbulnya mangan dioksida ini justru akan mempercepat reduksi pemanganat. Demikian juga adanya ion mangan (II) dalam larutan akan mempercepat reduksi permanganat menjadi mangan oksida. Reaksi tersebut berlangsung sangat cepat dalam suasana netral. Oleh karena itu larutan kalium permanganat harus dibakukan dahulu dengan menggunakan asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ) dan H 2 SO 4. Pembakuan larutan KMnO 4 ini dapat dilakukan dengan titrasi permanganometri secara langsung, biasanya dilakukan pada analit yang dapat langsung dioksida. Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat. Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator apapun dan langsung dititrasi dengan larutan KMnO 4. Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4 pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H 2 C 2 O 4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O

5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H 2 C 2 O 4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H 2 C 2 O 4 yang telah ditambahkan H 2 SO 4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Raeksi antara permanganat dengan asam oksalat berjalan agak lambat pada suhu kamar. Tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan (II) terbentuk mangan (II) bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya diberi istilah otokatalitik karena katalis menghasilkan reaksinya sendiri. Kalium permanganat merupakan pengoksidasi yang kuat sehingga dapat memakainya tanpa penambahan indikator. Hal ini dikarenakan kalium permanganat dapat ertindak sebagai indikator atau autoindikator. Diperoleh volume yang menggunakan KMnO 4 sebesar 1 ml, dengan perubahan larutan menjadi warna ros. Reaksi yang terjadi adalah : 2MnO 4 - + 5H 2 C 2 O 4 + 6H + à 2Mn 2 +10 CO 2 + 8 H 2 O Berdasarkan reaksi diatas diperoleh sesuai dengan konsep awal bahwa normalitas KMnO 4 yang digunakan adalah 0,03 N maka untuk dihasilkan perhitungan sebagai berikut : V 1. N 1 = V 2. N 2 N asam oksalat. Vasam Oksalat = N KMnO 4. V KMnO 4 N 1 = N 2. V 2 V 1 = 0,03. 5,7 ml 25 ml = 0,171 25 = 0,00684 N = 6,84 X 10-3 Jadi N asam oksalat adalah 6,84 X 10-3 N Permanganat akan memberikan warna merah ros yang jelas pada volume larutan biasa dipergunakan dalam larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat berekasi secara cepat dengan banyak agen pereduksi, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Tabel Hasil Titrasi Asam Oksalat dengan H 2 SO 4 oleh KMnO 4 Percobaan Titik Ekivalen (ml) 1 5,7 ml 2 5,7 ml Rata-rata TE 5,7 ml Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO 2. Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO 2 tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titras-titrasi

permanganat. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO 2 yang semula ada dalam permanganat, atau terbentuk akiat dari reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah melakukan percobaan maka praktikan dapat menarik beberap kesimpulan yang penting, yaitu : a. Permanganometri adalah metode titrasi menggunakan larutan KMnO 4 sebagai titran b. Larutan KMnO 4 dibakukan dengan H 2 C 2 O 4. 2H 2 O dan diperoleh konsentrasi KMnO 4 standarisasi sebesar 0,03 N. Konsentrasi H 2 C 2 O 4. 2H 2 O adalah 6,84 X 10-3 N c. Reaksi titrasi kalium permanganat tidak memerlukan indikator d. Titrasi ini berjalan agak lambat pada temperatur ruangan e. Dilakukan pemanasan untuk mempercepat titrasi REAKSI REDUKSI - OKSIDASI Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak. Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat. Oksidator + KI I2 + 2e I2 + Na2 S2O3 NaI + Na2S4O6 Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat. Reduktor + I2 2I- Na2S2 O3 + I2 NaI +Na2S4 O6 Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direksikan secara sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji. Sedangkan bromometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar reaksi aksidasi dari ion bromat.

BrO3- + 6H+ + 6e Br- + 3H2O Adanya kelebihan KBrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat BrO3 + Br- + H+ Br2 +H2O Bromine yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi kuning pucat (warna merah ), jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka titrasi dapat secara langsung dilakukan. Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitu larutan bromine ditambah berlebih dan kelebihan bromine ditentukan secar iodometri. Bromin dapat diperoleh dari penambahan asam kedalam larutan yang mengandung kalium bromat dan kalium bromide. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin adalah tiosulfat, arseni dan entimon, sulfida dan ferosianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh dari beberapa substansi ini adalah tergantung dari pada konsentrasi ion hydrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian ph yang sulit. Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodin. Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya. Titrasi dengan arsenik membutuhakn larutan yang sedikit alkalin. Dalam larutan yang sedikit alkalin atau netral, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksid kuat, seperti garam permanganat, garam dikromat yang mengoksid tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif. Pada penentuan iodometrik ada banyak aplikasi proses iodometrik seperti tembaga banyak digunakan baik untuk biji maupun paduannya metode ini memberikan hasil yang lebih sempurna dan cepat daripada penentuan elektrolit tembaga. Pada metode bromometri, kalium bromat merupakan agen pengoksid yang kuat dengan potensial standar dari reaksinya BrO3 + 6H+ + 6e Br- + 3H2O Adalah +1,44 V. Reagen dapat digunakan dalam dua cara yaitu sebagai sebuah oksdasi langsung untuk agen-agen pereduksi tertentu dan untuk membangkitkan sejumlah bromin yang kuantitasnya diketahui.

Sejumlah agen pereduksi pada titrasi langsung metode bromometri sepertyi arsenik, besi (II) dan sulfida serta disulfida organik tertentu dapat dititrasi secara langsung dengan sebuah larutan kalium bromat. Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan perubahan warna. Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan kita harus hati-hati agar kita mendapatkan hasil yang lebih baik. Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium bromat dapat dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin tersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawa organik. Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawa organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya. Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisi. Dalam menganalisa suatu senyawa dalam hal ini adalah obat dapat digunakan analisis secara kuantitatif (penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel) dan analisis secara kualitatif (identifikasi zat-zat dalam suatu sampel). Intinya tujuan analisis secara kualitatif adalah memisahkan serta mengidentifikasi sejumlah unsur (Day & Underwood, 1981). ANALISA PERMANGANOMETRI Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah: 5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.

Penetapan kadar zat dalam praktek ini berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer.pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4 dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama, yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Day, 1980). Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida serta bukanlah suatu larutan standar primer (Basset, 1994). Kalium permangatat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Dalam larutan yang bersifat basa kuat, ion permanganat dapat tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna hijau (Rivai, 1995). Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada ph (Rivai, 1995). Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer (Basset, 1994).