BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Menurut Jansen dan Meckling (1976) yang dikemukakan oleh januarti (2008:8) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik entitas (principal). Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen mempunyai lebih banyak informasi dibanding dengan pemilik. Kondisi tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya ketimpangan informasi. Ketimpangan informasi ini biasa disebut asymetri system. Baik pemilik maupun agen mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini akuntan publik. Tugas akuntan publik (auditor) dalam hal ini memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen dengan hasil akhir adalah opini audit. 2.1.2 Opini Audit Laporan audit merupakan hasil akhir dari pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor. Dalam (IAI,2001;SA Seksi 508, paragraf 24
03) dijelaskan bahwa pernyataan pendapat auditor harus didasarkan atas audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Auditor sebagai pihak yang independen dalam memeriksa dan memberikan pendapat atas laporan keuangan yang di auditnya. Menurut ( IAI,2001: SA seksi 110 paragraf 01) menjelaskan laporan auditor yang diterbitkan berkaitan dengan audit atas laporan keuangan historis yang ditujukan untuk menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia. Terdapat lima jenis pendapat yang dapat dikeluarkan oleh auditor (IAI,2001: SA Seksi 508 paragraf 10) yaitu : 4. Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan laporan auditor dalam bentuk baku. 5. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. 6. Pendapat wajar dengan pengecualian Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan meyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan, yaitu : a. Lingkup audit dibatasi oleh klien b. Auditor tidak dapat melaksanakan audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi di luar kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 7. Pendapat tidak wajar 25
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu dengan prinsip yang berlaku umum di indonesia. 8. Menolak memberikan pendapat Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Menurut Arens (2008:67) Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan perusahaan untuk terus Going, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan harus diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan. 2.1.3. Opini Audit Going Menurut Purba (2009:50) Asumsi going concern adalah asumsi kelangsungan hidup perusahaan sebagai suatu oknum yang terpisah dari pemiliknya. Menurut (IAI, 2001:SA Seksi 341, paragraf 02) Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Dalam (IAI, 2001:SA Seksi 341, paragraf 03) terdapat pedoman mengenai bagaimana mengevaluasi kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta 26
bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus : i. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan ii. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemapuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Dalam (IAI:2001. SA Seksi 341 paragraf 07) menyatakan bahwa Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu pantas. Dalam (IAI:2001. SA Seksi 341 paragraf 13) Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara efektif direncanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan mengenai sifat dan dampak kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup satuan usaha, mitigating factor dan rencana manajemen. Menurut Arens (2008:66) keberadaan satu atau lebih faktor-faktor berikut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan. 1) Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan 2) Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo 27
3) Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi atau banjir, atau,asalah ketenagakerjaan yang tak biasa 4) Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi. 2.1.4 Audit Quality Sesuai dengan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara hubungan prinsipal dan agen diperlukan. Pihak ketiga antara manajemen perusahaan dengan pengguna laporan keuangan adalah auditor independen. Investor akan cenderung yakin pada data angka akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi. Audit Quality dinilai dengan menggunakan reputasi KAP (Kantor Akuntan Publik). Ukuran KAP dibedakan menjadi 2 yaitu KAP yang berafiliasi dengan The BigFour dan KAP non BigFour. Hal ini dikarenakan auditor yang bekerja pada KAP yang berafiliasi dengan The BigFour memiliki karekteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Katagori KAP The BigFour terdiri dari : 1) Ernst & Young, yang berafiliasi dengan KAP Purwanto, Sarwoko, dan Sandjaja. 2) Dehloitte Touhce Tomatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio 3) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) internasional berafiliasi dengan KAP Siddharta dan Widjaja 28
4) Price Water House Coopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Haryanto Sahari dan Rekan. 2.1.5 Good Corporate Governance Bagi perusahaan go public, ketergantungan pada pembiayaan eksternal sudah menjadi hal biasa. Adanya hubungan antara pemangku kepentingan tersebut dikenal dengan istilah teory agency relationship. Kontribusi dari masing-masing pemangku kepentingan sebenarnya berdampak positif bagi perusahaan, namun adanya konflik kepentingan bagi masing-masing pihak sering menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan tata kelola yang baik dalam suatu perusahaan (good corporate governance) untuk meminimalisir resiko kegagalan perusahaan. Menurut Kaunang (2012;102) corporate governance yang baik adalah gabungan antara kekuatan keuangan dan sumber daya manusia (human resources) yang berada dalam satu perusahaan. Semua proses yang berhubungan dengan keputusan bisnis sepenuhnya bergantung pada manajemen yang menjalankan usaha. Selain komitmen pemegang saham kepada stakeholder, kesuksesan pelaksanaan good corporate governance dalam dunia usaha bergantung pada : Customer, Employee, Supplier, Civil Society. (Kaunang:2012:102) Elemen dalam corporate governance yang akan di teliti adalah sebagai berikut: (1). Komite Audit Menurut Areens (2005;112) komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termaksud membantu auditor agar 29
tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri dari tiga hingga lima atau paling banyak tujuh direktur yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan. 2.1.6 Audit Tahun Sebelumnya Opini audit going concern tahun sebelumnya dapat menjadi bahan pertimbangan auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit pada tahun berikutnya. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian dari auditor independen. Opini audit tersebut dapat dibedakan menjadi 2 yaitu opini audit going concern dan opini audit non going concern. 2.1.7 Ukuran Perusahaan Menurut Riyanto (2008:313) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Salah satu tolak ukur besar kecilnya suatu perusahaan adalah dari ukuran aset suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tingkat kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan dengan total aset perusahaan yang lebih kecil. 30
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu Peneliti/Tahun Judul Variabel Alat Hasil penelitian No Analitis 1 Monica Faktor-faktor Variabel Dependen Regresi Audit Tenure dan Pertumbuhan Krissindiastuti dan Ni yang : Logistik Perusahaan berpengaruh ketut rasmini mempengaruhi Opini Audit Going negatif. Reputasi KAP dan (2016) opini Audit Opinion Shopping berpengaruh Going Variabel positif. Ukuran perusahaan dan Independen : Audit opini audit tahun sebelumnya Tenure, tidak berpengaruh. Pertumbuhan Perusahaan, Reputasi KAP, Opinion Shopping, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya. 2 Justira Dura dan M. Pengaruh Debt Variabel Dependen Regresi Kualitas Audit dan Opini Audit Nuryatno (2015) Default, : Logistik Tahun Sebelumnya Kualitas Audit, Opini Audit Going berpengaruh positif. Audit Lag opini Audit tidak berpengaruh signifikan. Tahun Variabel Sebelumnya, Independen : Debt Audit Lag Default, Kualitas terhadap opini Audit, Opini Audit Audit Going Tahun Sebelumnya, pada Audit Lag. perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 3 Indira Januarti (2008) Analisis Varibel Dependen Regresi Debt Default, Ukuran Pengerauh : Logistik Perusahaan, Auditor Client faktor Opini Audit Going Tenure, Prior Opinion, Kualitas perusahaan, Audit berpengaruh signifikan. 31
kualitas Variabel Audit Lag, Opinion Shopping, Auditor, Independen : kepemilikan manajerial dan kepemilikan Debt Default, institusional tidak berpengaruh manajerial Ukuran Perusahaan, terhadap Auditor Clint penerimaan Tenure, Kualitas opini audit Audit, opinion going concern Shopping, (perusahaan kepemilikan manufaktur manajerial dan yang terdaftar di institusional. bursa efek) 4 Ronni G Silalahi Pengaruh Variabel Dependen Regresi Opini Tahun Sebelumnya (2014) ukuran : Logistik berpengaruh Signifikan. Ukuran perusahaan, Opini Audit Going perusahaan, kualitas audit, likuiditas, likuiditas dan leverage tidak leverage, Variabel berpengaruh signifikan. kualitas, dan Independen : opini audit Ukuran Perusahaan, tahun Likuiditas, sebelumnya Leverage, Kualitas terhadap Audit, Opini Audit penerimaan Tahun Sebelumnya. opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar pada bursa efek indonesia. 5 Jesicca margaretsa Pengaruh Variabel Dependen Regresi Komite audit, kepemilikan (2014) mekanisme : Logistik terpusat, kualitas audit memiliki corporate Opini Audit Going pengaruh negatif. Kepemilikan governance, manajerial dan opini audit tahun kualitas audit, Variabel sebelumnya memiliki pengaruh dan opini audit Independen : positif. tahun komite audit, sebelumnya kepemilikan terhadap manajerial, penerimaan kepemilikan opini audit terpusat, kualitas 32
going concern audit, opini audit tahun sebelumnya. 6 Miryam Pengaruh Variabel Dependen Regresi Opini audit Tahun Sebelumnya Ompungsungu (2014) likuiditas, : logistik memiliki pengaruh yang positif leverage, opini Audit Going dan signifikan. Likuiditas, profitabilitas, leverage profitabilitas, kualitas kualitas audit, Variabel audit tidak berpengaruh dan opini audit Independen : signifikan. Tahun likuiditas, leverage, Sebelumnya profitabilitas, terhadap kualitas audit, dan penerimaan opini audit tahun opini audit sebelumnya. going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 2.3 Kerangka Konseptual Hubungan antara Audit Quality, Good Corporate Governance, Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan terhadap penerimaan Opini Audit Going adalah sebagai berikut : 33
Audit Quality (X1) H1 Good Corporate Governance (X2) Audit TahunSebelumnya (X3) Ukuran Perusahaan (X4) H2 H3 H4 Opini Audit Going (Y) H5 Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Audit Quality atau kualitas audit dinilai dengan reputasi KAP (Kantor Akuntan Publik). Auditor yang memiliki reputasi yang baik cenderung akan menghasilkan opini audit yang berkualitas baik sehingga lebih dipercayai oleh pengguna laporan keuangan. Menurut De Angelo (1981) yang dikemukakan oleh miryam (2014:32) dalam penelitiannya menunjukan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Good Corporate Governance yang diproksikan dengan komite audit dinilai berpengaruh pada perusahaan karena laporan keuangan yang disajikan akan lebih berkualitas sehingga akan menerima opini yang wajar dan non going concern dari auditor. Menurut Purba (2009:43) tata kelola yang baik atas suatu 34
perusahaan atau biasa dikenal dengan good corporate governance, juga akan mempengaruhi rentan tidaknya suatu perusahaan terhadap resiko kegagalan.. Menurut Mutchler (1984) yang dikemukakan oleh silalahi (2014:39) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Apabila auditor memberikan opini audit going concern pada tahun sebelumnya maka perusahaan memiliki kemungkinan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan total asset perusahaan. Nilai asset perusahaan menunjukan seberapa besar kekayaan yang dimiki perusahaan dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Nilai asset akan memberikan sinyal tentang prospek kelangsungan hidup perusahaan. Pihak eksternal akan lebih percaya dengan perusahaan yang memiliki nilai asset yang besar akan lebih mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya dibandingkan dengan perusahaan kecil. 2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Sudjana (2005:219) Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah di uraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah : H1 = Audit Quality berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern 35
H2 = Good Corporate Governance berpengaruh terhadap penerimaan opini Audit Going H3 = Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadap Penerimaan Opini Audit Going H4 = Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Penerimaan Opini Audit Going H5 = Audit Quality, Good Corporate Governance, Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Penerimaan Opini Audit Going 36