BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ungkapan bahwa banyaknya pelajar yang tidak berpikir sering kita. yang diajarkan oleh guru mereka (Hassoubah, 2004:9).

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah siswa mempunyai aktivitas dalam bergaul dengan temantemannya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. tingkat tinggi, sedang, maupun rendah. Masalah (problem) didefinisikan sebagai

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tertuang dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. belajar siswa berada pada kategori sedang.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan dan konseling oleh siswa di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peranan pendidikan telah dicantumkan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Menurut UNESCO (United

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Membaca sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari karena membaca

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab tidak satupun dari keberhasilan manusia di dalam kehidupan ini tercipta tanpa melalui proses belajar. Proses belajar akan lebih baik jika seseorang memiliki konsep diri dalam kepribadiannya. Kepribadian seseorang ada dalam benak orang lain. Orang lain menafsirkan kepribadian seseorang merupakan kunci untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kepribadian diri sendiri. Kepribadian seseorang lebih terletak pada apa yang seseorang tampilkan dan bukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Pengenalan pada diri sendiri adalah salah satu panduan individu untuk mengembangkan kepribadian pada dirinya. Dalam bukunya yang terkenal Principle Of Psychology, William James (1890) mengemukakan diri (self) adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri, melainkan juga tentang anak, istri/suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia merasa senang dan bangga. Akan tetapi, kalau ada yang kurang baik, rusak, hilang, dan lain lain, ia akan merasa putus asa dan kecewa. Diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya yang melekat pada seseorang. Makin dewasa dan makin tinggi kecerdasan seseorang, makin mampu ia menggambarkan dirinya 1

2 sendiri, makin baik konsep dirinya. Lebih lanjut dijelaskan oleh James, bahwa ada dua jenis diri, yaitu diri dan aku. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berfikir, dan berkehendak. Eastwood (dalam Saad 2003:39), menyebutkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri, yang berpusat pada kesadaran diri dan pelakunya. Konsep diri ini menjadi dasar bagi penilaian pengalaman diri seseorang. Selanjutnya, menurut Luthans seorang ahli psikologi, konsep diri adalah bagaimana seseorang melihat kepribadiannya dari sudut pandangan dalam diri sendiri. Dewasa ini, diharapkan para siswa dapat mengetahui konsep dirinya agar dapat mengembangkan kepribadian dengan baik. Konsep diri yang diharapkan dapat dikembangkan oleh siswa adalah konsep diri positif. Dengan konsep diri yang baik, individu akan memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, mampu lebih menerima dan memberi pada orang lain, mampu menciptakan interaksi sosial yang saling mempercayai, saling terbuka, dan memiliki sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain. Memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk menanggulangi masalah bahkan dihadapkan dengan kegagalan sekalipun sanggup dihadapi dengan jiwa besar. Namun kenyataan di lapangan, siswa sangat sulit mengembangkan konsep dirinya dengan baik. Hal ini disebabkan karena siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri, malu dengan keadaan dirinya, dan tidak mampu mengutarakan pendapatnya. Padahal, hal tersebut sangat berpengaruh negatif pada perkembangan pembelajaran siswa di sekolah.

3 Berdasarkan obsevsi yang penulis lakukan pada SMA Swasta Budi Agung Medan (3 Februari 2014), terlihat bahwa masih adanya siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri, misalnya pada saat guru menerangkan siswa tidak ada yang mau bertanya padahal saat dilakukan evaluasi banyak siswa yang tidak paham akan pelajaran yang diberikan. Malu terhadap keadaan dirinya, tidak mampu menciptakan interaksi sosial yang saling mempercayai, saling terbuka, dan tidak mampu menerima dan memberi lebih pada orang lain, serta tidak memiliki sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain. Hal hal tersebut terjadi karena siswa tidak memiliki konsep diri yang baik. Berdasarkan wawancara penulis terhadap salah seorang konselor sekolah (guru BK) di SMA Swasta Budi Agung Medan (3 Februari 2014), masalah masalah yang sering terjadi sehubungan dengan konsep diri siswa disekolah menurut guru antara lain siswa tidak percaya diri dengan kemampuan dirinya sendiri dan malu terhadap keadaan dirinya. Berbagai usaha dapat dilakukan sekolah agar siswa memiliki konsep diri dalam kehidupan disekolah maupun diluar sekolah. Di antaranya melalui bimbingan pribadi maupun bimbingan kelompok yang dilakukan oleh konselor sekolah (guru BK) secara mandiri. Dalam mengembangkan konsep diri pada siswa di sekolah, peran aktif guru bimbingan konseling sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat digunakan dalam membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri. Bimbingan kelompok dilakukan secara berkelompok yang artinya pada waktu dan tempat yang sama diberikan layanan bimbingan kepada sejumlah orang (siswa) dengan topik atau materi masalah yang sama.

4 Willis (dalam Lubis, 2013:182) teknik sosiodrama yaitu sandiwara singkat yang menjelaskan masalah masalah di kehidupan sosial. Bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Diharapkan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan konsep diri positif dalam dirinya. Berdasarkan pemikiran di atas muncul pertanyaan dalam diri penulis, berkenaan dengan cara terbaik yang dapat dilakukan guru dalam membantu siswa dalam menumbuhkan konsep diri. Oleh karena itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Terhadap Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Swasta Budi Agung Medan Tahun Ajaran 2013 2014. B. Identifikasi Masalah Siswa SMA berada dalam tahap perkembangan yang secara emosional masih dalam masa peralihan dan sekaligus masa pembentukan karakter. Hal tersebut menyebabkan siswa kadang kadang kurang perhatian terhadap lingkungannya, termasuk termasuk dalam hal konsep diri. Dari kajian situasional atas fenomena sebagaimana dibahas pada latar belakang di atas, terdapat sejumlah masalah yang muncul kepermukaan. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sehuhungan dengan pengaruh penerapan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap konsep diri siswa di SMA Swasta Budi Agung Medan, antara lain : 1. Masih ada siswa yang memiliki konsep diri yang rendah.

5 2. Konsep diri yang dimiliki siswa belum mencapai hasil yang diharapkan. 3. Guru belum menggunakan teknik yang tepat dalam mengembangkan konsep diri pada siswa. C. Batasan Masalah Keterbatasan penulis dalam waktu dan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan pada Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Terhadap Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Swasta Budi Agung Medan tahun ajaran 2013-2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap peningkatan konsep diri siswa Kelas X SMA Swasta Budi Agung Medan tahun pelajaran 2013-2014? E. Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap konsep diri siswa Kelas X SMA Swasta Budi Agung Medan Tahun Ajaran 2013-2014.

6 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat tersebut antara lain : 1. Manfaat teoritis, secara teoritis penelitian ini dapat memperkaya khasana teori psikologi tentang konsep diri dan teknik sosiodrama dalam pelayanan bimbingan dan konseling dan menambah wawasan tentang teori bimbingan dan konseling. 2. Manfaat praktis, secara praktis penelitian ini dapat membantu siswa meningkatkan aktivitas belajar dan dapat mengembangkan konsep diri dan diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan konsep diri siswa melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama.