BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

BAB III METODE PENELITIAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang menggunakan konsepsi logistis positivis. Konsepsi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama ini pengawasan dalam kegiatan keuangan di Indonesia dipegang

KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP GANTI KERUGIAN NASABAH BANK YANG BELUM DIBAYAR PIHAK BANK

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar Bank maupun Bank dengan Nasabah. Pembaruan sistem hukum Perbankan telah menghadirkan pembaruan pula terhadap perlindungan hukum Nasabah. Wujud nyata adalah dengan lahirnya lembagalembaga seperti Lembaga Penjamin Simpanan dan Otoritas Jasa Keuangan. Dengan adanya lembaga-lembaga yang erat dengan kepentingan Nasabah tersebut tentunya akan berimplikasi pada peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan. Usaha Perbankan bermula dari kemauan masyarakat itu sendiri untuk menyimpan dananya pada Bank dan semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada waktunya dan disertai imbalan bunga. Nasabah menempatkan dananya pada Bank dalam bentuk beberapa produk dan/atau layanan Bank yang ditawarkan beserta konsekuensi hukum yang mengikatnya. Produk dan/atau layanan Perbankan selain memeberikan manfaat juga berpotensi menimbulkan konflik atau sengketa (Pujiyono, 2012: 2). Sengketa Perbankan bermula dari adanya peristiwa hukum yaitu adanya pelayanan jasa Perbankan berupa produk Bank yang mengikat. Suatu Bank akan berhadapan dengan dua posisi Nasabah yaitu Nasabah penyimpan dana (Nasabah kreditur) dan Nasabah peminjam dana (Nasabah debitur). Hubungan hukum yang terjadi melalui layanan jasa Perbankan akan memunculkan hak dan kewajiban Bank maupun Nasabah. Keseimbangan kedudukan keduanya akan terlihat pada hubungan hukum tersebut. Setiap aktivitas layanan Bank harus berdasarkan pada standar operasional yang mengacu pada peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan. Beberapa sengketa Perbankan, dimana pihak Bank mengaku telah menerapkan standar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Di sisi lain, Nasabah merasa

2 dirugikan atau tidak puas dengan pelayanan Bank. Pada akhirnya terjadilah benturan-benturan kepentingan antara Bank dengan Nasabah yang membutuhkan peranan hukum. Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa bertentangan satu sama lain (M. Shidqon Prabowo, 2010: 93). Sengketa Perbankan membutuhkan penyelesaian baik melalui jalur peradilan (litigasi) maupun alternatif penyelesaian sengketa lainnya (non-litigasi). Bank Indonesia telah memfasilitasi penyelesaian sengketa melalui mekanisme Pengaduan Nasabah dan Alternatif Penyelesaian Sengeketa dengan mediasi. Berikut data Pengaduan Nasabah yang diterima oleh Bank Indonesia. Tabel 1. Jumlah Pengaduan Nasabah ke Bank Indonesia Sumber: BI: Pengaduan Nasabah Melonjak dalam 3 Tahun Terakhir. Dalam m.bisnis.com Bank Indonesia juga telah berperan dalam membantu penyelesaian sengketa Perbankan. Selama tahun 2012, jumlah sengketa yang diterima oleh Bank Indonesia sebanyak 521 sengketa. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 2% dibandingkan dengan tahun 2011 (510 sengketa). Kenaikan tersebut disebabkan oleh semakin beragamnya produk yang ditawarkan oleh Perbankan. Berikut sajian tabel jenis dan jumlah sengketa.

3 Jenis Produk Jumlah Sengketa 2010 2011 2012 Penghimpunan Dana 35 47 59 Penyaluran Dana 86 246 280 Sistem Pembayaran 149 206 165 Produk Kerjasama 2 4 0 Produk Lainnya 3 4 6 Di luar permasalahan produk Perbankan 3 3 11 Total 278 510 521 Tabel 2. Jumlah Sengketa yang Ditangani oleh Bank Indonesia Sumber: Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Laporan Pengawasan Perbankan 2012 Ketidakpuasan Nasabah dalam penyelesaian sengketa melalui mediasi Perbankan pada akhirnya juga akan bermuara ke lembaga peradilan dengan pengajuan gugatan perdata. Contoh kasus yang dilakukan oleh Nasabah kepada eks-bank Century (Bank Mutiara). Nasabah reksadana PT Antaboga Delta Sekuritas Cabang Solo merupakan Nasabah Bank Century. Sejumlah 27 Nasabah tersebut kehilangan dana sebesar Rp 35,437 miliar. Putusan kasasi Mahkamah Agung dalam perkara perdata dengan No. 2838 K/Pdt/2011 menghukum Bank Century membayar ganti rugi senilai Rp 5,675 miliar kepada para Nasabah secara tunai. Perjuangan perlindungan hukum Nasabah tersebut belum berakhir, Bank Mutiara mengajukan peninjauan kembali dengan bukti-bukti yang menguatkan. Ketidakjelasan mengenai produk reksadana dari PT Antaboga Delta Sekuritas menimbulkan kerugian Nasabah yang juga merupakan Nasabah eks- Bank Century. Pihak Bank mengaku reksadana Antaboga bukan produk Bank sehingga tidak tercatat di neraca Bank. Konsekuensinya ialah tidak masuk dalam kategori aset yang dikelola oleh Bank Mutiara. Pertimbangan hukum Mahkamah Agung antara lain, Bank Century telah menyalahi prosedur penjualan produk

4 reksadana, karena tidak memberikan informasi yang jelas dan jujur kepada Nasabah. Salah satu contoh kasus diatas menunjukkan bahwa masih diperlukan pembaruan terhadap peraturan-peraturan perlindungan hukum Nasabah. Pasal 29 ayat (4) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan untuk kepentingan Nasabah, Bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi Nasabah yang dilakukan melalui Bank. Perlindungan hukum Nasabah sebelumnya merupakan tugas Bank Indonesia yang berinduk pada salah satu fungsi utamanya yaitu pembinaan dan pengawasan Bank. Namun, pembaruan sistem Perbankan di Indonesia telah mengalihkan tugas pembinaan dan pengawasan tersebut kepada suatu otoritas keuangan yang terintergrasi. Pasal 34 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 1999 jo. Undangundang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia menyatakan Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-Undang. Kemudian pada tahun 2011 dibentuklah Lembaga Otoritas Jasa Keuangan dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011, sehingga tugas perlindungan hukum Nasabah juga beralih secara bertahap ke lembaga tersebut. Perlindungan hukum Nasabah juga tercermin dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Bank Indonesia telah mewajibkan setiap Bank untuk menyampaikan kepada calon Nasabah mengenai manfaat, risiko dan biaya yang terdapat dalam suatu produk keuangan. Seperti yang dikutip dalam Buletin Hukum dan KeBanksentralan: Maka tentu Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang dibentuk sebagai acuan Bank Indonesia dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri Perbankan, tentu menjadi tidak relevan lagi hal tersebut dikarenakan keenam pilar API telah menjadi tugas dan kewenangan dari Otoritas Jasa Keuangan, oleh karenanya perlu restrukturisasi lebih lanjut mengenai API, apabila API masih diberlakukan oleh Bank Indonesia, maka tentu pilar-pilar di dalamnya harus dirubah dan disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki Bank Indonesia pasca terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (Rio Fafen Ciptaswara, 2013: 36).

5 Beralihnya fungsi pengaturan dan pengawasan Perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan memiliki makna tersendiri khususnya Otoritas Jasa Keuangan selaku penerima mandat dalam memberikan perlindungan hukum Nasabah. Tugas Otoritas Jasa Keuangan untuk melindungi Nasabah sebenarnya merupakan salah satu keuntungan yang akan diperoleh masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan merupakan Otoritas Perbankan yang memiliki kewenangan untuk melakukan perlindungan hukum kepada Nasabah secara langsung dan partisipatif. Berdasarkan argumentasi dan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji pembaruan pengaturan perlindungan hukum Nsabah dalam penulisan hukum dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERBANKAN DAN TINJAUAN ASAS KEADILAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum kepada Nasabah berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan? 2. Apakah pengaturan perlindungan hukum Nasabah dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan telah memenuhi asas keadilan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang dikenal dalam suatu penelitian ada dua macam, yaitu tujuan subjektif dan tujuan objektif. Penelitian hukum ini mempunyai tujuan objektif dan tujuan subjektif sebagi berikut: 1. Tujuan objektif a. Untuk mengkaji peraturan perlindungan hukum kepada Nasabah berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

6 b. Untuk mengetahui pemenuhan salah satu asas perlindungan hukum yaitu asas keadilan dalam ketentuan-ketentuan perlindungan hukum Nasabah berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. 2. Tujuan subjektif a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dibidang ilmu hukum baik teori maupun praktek dalam hal ini lingkup Hukum Perdata, khususnya hukum Perbankan; b. Menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang telah penulis peroleh agar dapat member manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang bernilai positif. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan hukum ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Manfaat Teoritis dari penelitian hukum ini, bertalian dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: a. Hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya, hukum perdata dan hukum Perbankan pada khususnya; b. Hasil penelitian hukum ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang perlindungan hukum Nasabah; c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitianpenelitian sejenis untuk tahap berikutnya. 2. Manfaat Praktis Manfaat Praktis dari penelitian ini berkaitan dengan pemecahan suatu masalah. Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut: a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus mengetahui kemampuan peniliti dalam penerapan ilmu yang diperoleh;

7 b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu hukum, khususnya hukum Perbankan. E. Metode Penelitian Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005: 35). Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya (Bambang Waluyo, 1996: 6). Metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif ( normative legal research). Penelitian hukum adalah menemukan kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 47). Telaah terhadap unsur hukum yang dimaksud dalam penelitian hukum ini bertujuan untuk menemukan pengaturan perlindungan hukum Nasabah berdasarkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. Peneliti juga akan meneliti seberapa jauh penerapan asas keadilan dalam ketentuan-ketentuan perlindungan hukum Nasabah dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan.

8 2. Sifat penelitian Sifat penelitian hukum ini adalah evaluatif dan terapan. Bersifat evaluatif maksudnya adalah penulis ingin mengetahui dan menilai proses atau program yang dijalankan (Soerjono Soekanto, 1986: 9). Sedangkan terapan adalah ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuanketentuan, rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum. Sifat evaluatif yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk menilai program-program perlindungan hukum Nasabah dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan sudahkah ketentuan-ketentuan perlindungan hukum Nasabah dalam Undang- Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan memenuhi prinsip keadilan. 3. Pendekatan penelitian Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 133). Sedangkan pendekatan konseptual dengan memperlajari pandanganpandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsepkonsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 135-136). Peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan, yaitu Undang- Undang Perbankan, Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai acuan analisis perlindungan hukum Nasabah. Penelitian ini juga didukung teori-teori, pandangan-pandangan, maupun doktrin-doktrin ilmu hukum terhadap konsep perlindungan hukum Nasabah.

9 4. Jenis bahan hukum Penelitian hukum ini menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Menurut Peter Mahmud Marzuki, bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim sedangkan bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 181). Adapun bahan hukum primer dan sekunder tersebut adalah sebagai berikut : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan hukum primer berupa: 1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan; 2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 jo Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia; 3) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; 4) Peraturan-Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK), terdiri dari; a) POJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen; b) POJK No. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa; 5) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK), terdiri dari; a) SEOJK No. 1/SEOJK.07/2014 tentang Pelaksanaan Edukasi Dalam Rangka Meningkatkan Literasi Keuangan Kepada Konsumen Dan/Atau Masyarakat; b) SEOJK No. 2/SEOJK.07/2014 tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan. b. Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum, dan jurnal-jurnal hukum. Disamping itu juga, kamus-kamus hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 195-196). Bahan

10 Hukum sekunder yang dipakai penulis dalam hal ini adalah jurnal-jurnal dan buku teks mengenai hukum Perbankan dan perlindungan hukum Nasabah. 5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian hukum ini adalah menggunakan teknik studi pustaka (library research). Berdasarkan pendekatan peraturan perundang-undangan pengumpulan bahan hukum yaitu peraturan perundang-undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu perlindungan hukum Nasabah dan Otoritas Jasa Keuangan. Penelitian hukum ini mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier diinventarisasi dan diklasifikasi dengan menyesuaikan masalah yang dibahas dipaparkan, disistemisasi, kemudian dianalisis untuk menginterpretasikan hukum yang berlaku (Johny Ibrahim, 2006 : 296). 6. Teknik Analisis Bahan Hukum Teknik analisis bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berfikir berpangkal pada prinsip-prinsip dasar, kemudian penelitian menghadirkan objek yang akan diteliti yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus. Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa untuk penalaran hukum yang merupakan premis mayor adalah aturan hukum, sedangkan premis minornya adalah fakta hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 90). Premis mayor yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perlindungan hukum Nasabah dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan dan premis minornya adalah program-program perlindungan hukum yang akan diberikan kepada nasabah serta pemenuhan asas keadilan pada ketentuan-ketentuan perlindungan hukum Nasabah dalam Undang- Undang Otoritas Jasa Keuangan..

11 F. Sistematika Penulisan Hukum Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yang tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian agar memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan hukum yang dimaksud adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian.metode penelitian terdiri atas jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian, sumber penelitian hukum, teknik pengumpulan bahan hukum, dan teknik analisis bahan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori terdiri dari teori-teori yang relevan dengan penelitian hukum ini yakni Tinjauan tentang Hukum Perbankan, Tinjauan tentang Perlindungan Hukum Nasabah, Tinjauan tentang Penyelesaian Sengketa, Tinjauan tentang Keadilan, dan Tinjauan tentang Otoritas Jasa Keuangan. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi hasil penelitian dan pembahasan guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang peraturan hukum dalam memberikan perlindungan hukum terhadap Nasabah setelah lahirnya Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga otoritas pengaturan dan pengawasan hukum di bidang Perbankan. Pada Bab ini juga akan dianalisis pemenuhan asas keadilan dalam ketentuan-ketentuan perlindungan hukum Nasabah dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan. BAB IV : PENUTUP Berisi simpulan yang merujuk dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang diajukan penulis terkait simpulan tersebut.

12 DAFTAR PUSTAKA Berisi berbagai sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum ini. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Berisi gambar, bagan, dan tabel yang digunakan untuk menjelaskan argumen dalam penulisan hukum ini.