BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. purposive sampling yaitu sampel yang diambil apabila memenuhi kriteria kriteria

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan manufaktur

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Kinerja Lingkungan

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan (purposive sampling), dimana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling terhadap

: Josy N Tampubolo NPM : Dosen Pembimbing : FX Aji Sukarno, SE., MM

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. penelitian ini, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif GC

Oleh : Jessica Giea Utomo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. resmi pemerintahan daerah yang terdapat di internet. Horizon waktu yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sehingga analisis deskriptif dipisahkan dari variabel lain. Tabel 4.1. Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia periode Penelitian ini meggunakan data sekunder yaitu dari

Sandi Prianggoro / Pembimbing Sundari., SE.,MM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. manufaktur, perusahaan tersebut dipilih dengan menggunakan metode purposive. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 120 perusahaan. Sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laporan tahunan selama periode pengamatan yakni Selain itu,

Hasil Olah Data Tahun Hasil Olah Data Tahun 2009

Lampiran 1. Perhitungan Koefisien Laba Tahun

Nama : Farisah Hasniar NPM : Fakultas : Ekonomi Jurusa : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran singkat objek penelitian mengenai asumsi going concern: analisis

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB 4 PEMBAHASAN. beberapa kategori, sehingga dapat dilihat banyaknya elemen yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menunjukkan adanya financial distress pada perusahaan-perusahaan manufaktur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sektor perbankan dipilih karenakan perusahaan perbankan memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bursa Efek Indonesia pada periode diperoleh jumlah sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

Lampiran 1. Data Kecenderungan Kecurangan Akuntansi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan Non Financial yang listing

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

LAMPIRAN 1 PERUSAHAAN FARMASI (SAMPEL PERUSAHAAN)

BAB III METODE PENELITIAN

NET SALES SAMPEL PENELITIAN. Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri ( Di nyatakan dalam jutaan rupiah ) Net Sales (2008)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan tahun 2015 berdasarkan metode purposive sampling pada. TABEL 4. 1 Prosedur Pengambilan Sampel

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi variabel-variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun oleh: Nama : Ridwan Rifai NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Dr. Widyatmini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sidang Sarjana Strata 1 Riski Apriyani ( ) Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma 1 September 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan food and beverage

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui. menguji hipotesis dan kemudian diambil kesimpulan.

: Dian Lesmana NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Dionysia Kowanda, SE., MMSi

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di buku Indonesia Stock Exchange (IDX) yang mengeluarkan obligasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Indonesia berdasarkan hasil dari purposive sampling selama 3 tahun. Tabel 4.1

Data Kewajiban Pajak Tangguhan Bersih terkait dengan Komponen Akrual dan Pencadangan atas Pendapatan dan Beban (ND_ACC) Sampel Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan pembahasan tentang penelitian yang dilakukan. Pengujian dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. secara tidak langsung atau melalui media perantara, Sumber-sumber data dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut (Sugiyono, 2007) dilihat dari sumber perolehannya data dapat dibagi

BAB III METODE PENELITIAN. menerbitkan Annual Report dan Sustainability Report yang terdaftar di Bursa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia dan Singapore Exchange tahun Dari seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian asosiatif, yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. perusahaan perbankan yang mempunyai Unit Usaha Syariah (UUS) dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk ke dalam jenis penelitian asosiatif yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian. gterdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memilih sampel seluruh perusahaan di BEI periode adalah karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 5 periode, yaitu dari periode 2012 sampai dengan periode 2016. Pengambilan sampel data menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil apabila memenuhi kriteria kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan pada data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 terdapat sebanyak 153 perusahaan manufaktur, sedangkan perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai sampel sebanyak 40 perusahaan dalam masa periode 1 tahun. Penelitian ini menggunakan periode selama lima tahun, sehingga jumlah sampel untuk menganalisis data adalah sebanyak 200 perusahaan manufaktur. Berikut ini merupakan kriteria kriteria pengambilan sampel pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 2016. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan, sebagai berikut : 49

50 Tabel 4.1 Kriteria Sampel Penelitian Periode 2012 2016 NO KETERANGAN JUMLAH 1 Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 2016 153 2 Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan laporan keuangan secara berturut turut periode 2012 2016 3 Perusahaan manufaktur yang tidak memperoleh laba secara berturut turut periode 2012 2016 4 Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang rupiah secara berturut turut periode 2012 2016 5 Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan annual report secara berturut turut periode 2012 2016 (43) (50) (8) (12) 6 Jumlah perusahaan yang sesuai kriteria 40 Tahun pengamatan 5 Jumlah Sampel 200 4.2 Analisis Data Analisis data pada penelitian ini meliputi statistik deskriptif, Analisis regresi logistik, dan uji hipotesis, proses pengelolaan data menggunakan program SPSS versi 20. 4.2.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran kondisi variabel dalam penelitian ini. Pada bagian tabel ini digambarkan dari tiap- tiap

51 varibel dan dilihat dari nilai minimum, nilai maximum, nilai mean dan standar deviasi. Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 200.0008.6572.103632.0895513 LEV 200.0181.8809.439814.1795078 UK 200 21.3009 33.1988 28.810006 1.7578776 KOM_IN 200.1429.6667.364862.0898576 CSR 200.0769.4066.194446.0706502 Valid N (listwise) 200 Sumber : Data sekunder yang telah diolah bahwa : Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.2 dapat dilihat Nilai terendah variabel Corporate Social Responsibility sebesar 0,0769 yang dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) pada tahun 2012, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) pada tahun 2016 sebesar 0,4066, nilai rata rata (mean) Corporate Social Responsibility sebesar 0,194446 dan standar deviasi dari Corporate Social Responsibility sebesar 0,0706502. Statistik deskriptif variabel Corporate Social Responsibility menunjukan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata rata nya (0,07 < 0,19 ), sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini variasi nilai Corporate Social Responsibility dari perusahaan sampel tergolong cukup relatif stabil dan penyimpangan data yang terjadi relatif kecil

52 Variabel Profitabilitas nilai terendah sebesar 0,0008 yang dimiliki oleh PT Indospring Tbk (INDS) pada tahun 2015, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun 2013 sebesar 0,6572, nilai rata rata (mean) Profitabilitas sebesar 0,103632 dan standar deviasi dari Profitabilitas sebesar 0,0895513. Statistik deskriptif variabel Profitabilitas menunjukan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata rata nya (0,09 < 0,10), sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini variasi nilai Profitabilitas dari perusahaan sampel tergolong cukup relatif stabil dan penyimpangan data yang terjadi relatif kecil. Nilai terendah variabel Leverage sebesar 0,0181 yang dimiliki oleh PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) pada tahun 2016, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) pada tahun 2013 sebesar 0,8809, nilai rata rata (mean) Leverage sebesar 0,439814 dan standar deviasi dari Leverage sebesar 0,1795078. Statistik deskriptif variabel Leverage menunjukan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata rata nya (0,18 < 0,43), sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini variasi nilai Leverage dari perusahaan sampel tergolong cukup relatif stabil dan penyimpangan data yang terjadi relatif kecil. Nilai terendah variabel Komisaris Independen sebesar 0,1429 yang dimiliki olehpt Trias Sentosa Tbk (TRST) pada tahun 2012, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (UTLJ) pada tahun 2012 sebesar 0,6667, nilai rata rata (mean) Komisaris Independen sebesar 0,364862 dan standar deviasi dari Komisaris Independen sebesar 0,0898576. Statistik deskriptif variabel Komisaris Independen menunjukan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata rata nya (0,09 < 0,37 ), sehingga dapat disimpulkan dalam

53 penelitian ini variasi nilai Komisaris Independen dari perusahaan sampel tergolong cukup relatif stabil dan penyimpangan data yang terjadi relatif kecil Nilai terendah variabel Ukuran Perusahaan sebesar 21,3009 yang dimiliki oleh PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) pada tahun 2012, sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT Astra Internasional Tbk (ASII) pada tahun 2016 sebesar 33,1988, nilai rata rata (mean) Ukuran Perusahaan sebesar 28,810006 dan standar deviasi dari Ukuran Perusahaan sebesar 1,7578776. Statistik deskriptif variabel Ukuran Perusahaan menunjukan nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rata rata nya (1,75 < 28,81), sehingga dapat disimpulkan dalam penelitian ini variasi nilai Ukuran Perusahaan dari perusahaan sampel tergolong cukup relatif stabil dan penyimpangan data yang terjadi relatif kecil. Tabel 4.3 Frekuensi Penghindaran Pajak ETR Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 0 73 36.5 36.5 36.5 Valid 1 127 63.5 63.5 100.0 Total 200 100.0 100.0 Untuk varibel penghindaran pajak diukur dengan menggunakan variabel dummy, dengan tolak ukur nilai mean dari data ETR periode penelitian. Jika nilai ETR < mean ETR periode penelitian, berarti perusahaan dapat dikatakan melakukan parktik penghindaran pajak, begitu pula sebaliknya, akan bernilai 1 apabila perusahaan melakukan praktik penghindaran pajak dan bernilai 0 apabila perusahaan

54 tidak melakukan pratik penghindaran pajak. Dilihat dari tabel frekuensi menunjukan sebesar 127 perusahaan melakukan penghindaran pajak, dengan tingkat presentase penghindaran sebesar 63,5 %. 4.2.2 Analisis Regresi Logistik teknik analisis regresi logistik yang sesuai digunakan untuk penelitian dengan vaiabel dependenya bernilai dummy dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal). Menurut Ghozali (2011), teknik analisis ini tidak lagi memerlukan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Regresi Logistik Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper ROA 15.970 4.096 15.204 1.000 8625009.1 63 2814.91 3 264273861 79.157 LEV.670 1.236.294 1.588 1.954.173 22.038 Step 1 a UK.228.114 3.985 1.046 1.256 1.004 1.570 KOM_I N -3.858 2.024 3.635 1.057.021.000 1.114 CSR 1.167 2.864.166 1.684 3.212.012 881.000 Consta nt -6.475 3.060 4.477 1.034.002 a. Variable(s) entered on step 1: ROA, LEV, UK, KOM_IN, CSR. Berdasarkan output yang dapat dilihat pada tabel 4.4 diatas persamaan regresi logistik dalam penelitian ini menggunakan beta dalam pada tabel Variables in the

55 Equation. Persamaan regresi logistik dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Dari persamaan regresi tersebut maka dapat diketahui : 1. Konstanta sebesar -6,475 menyatakan bahwa apabila CSR, Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan nilainya tetap, maka besarnya nilai penghindaran pajak adalah sebesar -6,475. 2. Koefisien regresi untuk Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar 1,167 dan bertanda positif, Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Corporate Social Responsibility dengan penghindaran pajak, jadi semakin tinggi CSR maka semakin meningkat pratik penghindaran pajak. setiap kenaikan satu satuan nilai CSR akan meningkatkan nilai penghindaran pajak sebesar 1,167 dengan asumsi variabel lainya konstan. 3. Koefisien regresi untuk Profitabilitas sebesar 15,970 dan bertanda positif, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Profitabilitas dengan penghindaran pajak, jadi semakin tinggi Profitabilitas maka semakin meningkat pratik penghindaran pajak. Setiap kenaikan satu satuan nilai Profitabilitas akan meningkatkan nilai penghindaran pajak sebesar 15,970 dengan asumsi variabel lainya konstan. 4. Koefisien regresi untuk Leverage sebesar 0,670 dan bertanda positif, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Leverage dengan penghindaran pajak, jadi semakin tinggi Leverage maka semakin meningkat pratik penghindaran pajak. Setiap kenaikan satu satuan nilai

56 leverage akan meningkatkan nilai penghindaran pajak sebesar 0,670 dengan asumsi variabel lainya konstan. 5. Koefisien regresi untuk Komisaris Indepeden sebesar -3,858 dan bertanda negatif, koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara Komisaris independen dengan penghindaran pajak, jadi semakin tinggi komisaris independen maka semakin menurun pratik penghindaran pajak. Setiap kenaikan satu satuan komisaris independen maka, penghindaran pajak akan mengalami penurunan sebesar 3,858 dengan asumsi variabel lainya konstan. 6. Koefisien regresi untuk Ukuran Perusahaan sebesar 0,228 dan bertanda positif, koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan penghindaran pajak, jadi semakin tinggi ukuran perusahaan maka semakin meningkat pratik penghindaran pajak. Setiap kenaikan satu satuan nilai ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai penghindaran pajak sebesar 0,228 dengan asumsi variabel lainya konstan. 4.2.2.1 Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test bertujuan untuk menguji bahwa data empiris sesuai dengan model atau tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan Fit. Model dapat diterima apabila tingkat signifikan > 0,05.

57 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 6.535 8.587 Berdasarkan hasil uji Hosmer and Lemeshow Test pada tabel 4.5 menunjukan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test menghasilkan nilai Chi-square sebesar 6,535 dengan nilai signifikan sebesar 0,587 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara model dengan data, hal ini berarti model regresi logistik yang dihasilkan pada penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya, sehingga model dapat diterima dan model regresi layak dipakai untuk analisis selanjutnya. 4.2.2.2 Menilai Keseluruhan Model Fit (Overall Model Fit) Pengujian dilakukan dengan melihat perbandingan nilai antara -2Log Likehood (-2LL) pada awal (block number = 0) dengan nilai -2Log Likehood (-2LL) pada akhir (block number = 1). Jika ada penurunan nilai antara -2LL awal dengan - 2LL akhir menunjukan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data sehingga penurunan Log Likehood menunjukan model regresi yang baik.

58 Tabel 4.6 Perbandingan Nilai -2Log Likehood -2Log Likehood (-2LL) pada awal (block number = 0) 262,496-2Log Likehood (-2LL) pada akhir (block number = 1) 213,474 Penururnan -2LL 49,022 Berdasarkan pada tabel 4.6 terlihat nilai -2 Log Likehood pada model awal (Block number = 0 ) sebesar 262,496. Sedangkan setelah dimasukkan lima variabel bebas kedalam model (Block number = 1) diperoleh nilai -2Log Likehood sebesar 213,474, dengan kata lain bahwa nilai -2LL mengalami penurunan nilai sebesar 49,022. Dengan demikian dapat disimpulkan penambahan variabel bebas/ independen ke dalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data, dan dapat disimpulkan bahwa lima variabel penelitian bersama sama berpengaruh terhadap penghindaran pajak. 4.2.3 Uji Hipotesis 4.2.3.1 Uji Simultan (Uji F) Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji F dengan melihat nilai sig. dari Model Coefficient pada Omnimbus Test, jika nilai signifikanya < 0,05 maka, bisa dikatakan adanya pengaruh signifikan antara variabel terkait dengan variabel bebas.

59 Begitu pula sebaliknya, jika nilai signifikanya > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara variabel terkait dengan variabel bebas. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Koefisien Secara Simultan Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 49.022 5.000 Step 1 Block 49.022 5.000 Model 49.022 5.000 Dalam tabel diatas, hasil output Omnimbus Test of Model Coefficients menyatakan bahwa hasil uji Chi-square sebesar 49,022 dan nilai sig < 0,05 maka hipotesis diterima artinya secara bersama sama variabel CSR, Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen dan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pratik penghindaran pajak. 4.2.3.2 Uji Parsial (Uji t) Uji t atau uji secara parsial digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen yaitu Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (penghindaran Pajak). Apabila probabilitas signifikansinya < 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut hasil dari uji t :

60 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Koefisien Secara Parsial Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper ROA 15.970 4.096 15.204 1.000 8625009.1 63 2814.91 3 264273861 79.157 LEV.670 1.236.294 1.588 1.954.173 22.038 Step 1 a UK.228.114 3.985 1.046 1.256 1.004 1.570 KOM_I N -3.858 2.024 3.635 1.057.021.000 1.114 CSR 1.167 2.864.166 1.684 3.212.012 881.000 Consta nt -6.475 3.060 4.477 1.034.002 a. Variable(s) entered on step 1: ROA, LEV, UK, KOM_IN, CSR. berikut: Berdasarkan pengujian koefesien secara parsial diperoleh hasil sebgai 1. Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pengaruh CSR terhadap Penghindaran Pajak menunjukan hasil perhitungan nilai signifikansinya 0,684 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak, yang artinya variabel CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. 2. Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak menunjukan hasil perhitungan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima, yang artinya variabel Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

61 3. Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak menunjukan hasil perhitungan nilai signifikansinya 0,588 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak, yang artinya variabel Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. 4. Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pengaruh Komisaris Indepeden terhadap Penghindaran Pajak menunjukan hasil perhitungan nilai signifikansinya 0,057 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 ditolak, yang artinya variabel Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. 5. Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak menunjukan hasil perhitungan nilai signifikansinya 0,046 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 5 diterima, yang artinya variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. 4.2.3.3 Uji Koefesien Determinasi Koefisien determinasi (R 2 ) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary b dan tertulis R Square. Namun untuk regresi logistik sebaiknya menggunakan R Square yang sudah disesuaikan atau tertulis Nagelkerke R Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Jika koefisien determinasi (R 2 ) yang diperolehnya besarnya mendekati satu (1) maka dapat dikatakan semakin

62 kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat (Ghozali, 2011). Tabel 4.9 Koefisien Determinasi Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 213.474 a.217.297 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than.001. Dari output model summary diatas dapat dijelaskan bahwa besarnya Nagelkerke R Square adalah 0,297 hal ini berarti 29,7% variasi Penghindaran Pajak dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen (CSR, Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen dan Ukuran Perusahaan). Sedangkan sisanya (100% - 29,7% = 70,3%) dijelaskan oleh faktor faktor lain diluar model. 4.3 Pembahasan Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dari lima variabel yang digunakan dalam penlitian ini, tidak semua variabel berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Penjelasan dari masing masing variabel diperoleh sebagia berikut : 4.3.1 Pengaruh CSR terhadap penghindaran pajak Variabel Coporate Social Sesponsibility (CSR) menunjukan nilai signifikan sebesar 0,684. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 0,684 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Corporate Soscial Responsibility (CSR) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan

63 dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap pengindaran pajak tidak dapat diterima (ditolak). Hal ini menunjukkan bahwa CSR tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak. Dapat dilihat dari nilai CSR pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) pada tahun 2013 sebesar 0,2747 sedangkan nilai penghidaran pajak sebesar 0,2683, dapat juga dilihat dari PT Sepatu Bata Tbk (BATA) pada tahun 2012 nilai pengungkapan CSR sebesar 0,0879, nilai penghindaran pajaknya sebesar 0,3006. Hal ini menunjukan bahwa banyak atau sedikitnya pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan tidak mempunyai pengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. CSR memiliki landasan ekonomi yang salah satunya adalah ketaatan dalam membayar pajak dan landasan tersebut dapat menjadi acuan dalam mengukur tingkat kesadaran perusahaan menerapkan CSR. Perusahaan yang menjalankan kewajiban perpajakannya tidak sesuai dengan prinsip CSR justru akan menggangu sustainability dan image korporasi tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jessica (2014) yang menemukan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradipta (2015) yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh terhadap penghindaran pajak. 4.3.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap penghindaran pajak Variabel Profitabilitas menunjukan nilai signifikan sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi < 0,05 atau 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan

64 bahwa variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengindaran pajak dapat diterima. Profitabilitas perusahaan terhadap penghindaran pajak dapat dilihat dari perbandingan nilai tertinggi(max) dan terendah(min) pada tabel statistik despriktif dari tahun 2012 2016. Nilai tertinggi profitabilitas sebesar 0,6572 yang dimilki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun 2013, dengan nilai penghindaran pajaknya 0,2573 yang menunjukan bahwa jika nilai profitabilitas mengalami peningkatan maka tingkat penghindaran pajak juga mengalami kenaikan, begitu pula dengan nilai terendah profitabilitas sebesar 0,0008 pada PT Indospring Tbk (INDS) tahun 2015 dengan nilai pengindaran pajaknya 0,5322 menggambarkan jika nilai pofitabilitas perusahaan rendah maka tingkat penghindaran pajaknya semakin rendah. Dalam hubunganya dengan teori yang digunakan menyatakan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen yang secara tidak langsung membuat perusahaan melakukan pratik penghindaran pajak. Prinsipal menginginkan perusahaan mempunyai profit yang besar, dengan begitu agen sebagai manajemen perusahaan harus mengelola keuangan perusahaan agar mendapatkan pofit yang tinggi, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meminimalkan beban pajak perusahaan agar tidak banyak mengurangi laba bersih. Dapat juga dikatakan jika profit yang didapat perusahaan besar maka insentif yang diterima oleh agen pun tinggi.

65 Penelitian ini sejalan dengan Maharani (2014), Prakoso (2014) dan Pradipta (2015) dengan hasil ROA yang merupakan proksi dari profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Kurniasih dan Sari (2013), Waluyo (2015), dan Darmawan dan Sukartha (2014) dengan hasil penelitian profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak. Sedangkan penelitian penelitian Jessica (2014) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak 4.3.3 Pengaruh Leverage terhadap penghindaran pajak Variabel Leverage menunjukan nilai signifikan sebesar 0,588. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 0,588 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap pengindaran pajak tidak dapat diterima (ditolak). Berdasarkan hasil dari tabel statistik deskriptif dari tahun 2012 2016. Perbandingan Nilai tertinggi leverage sebesar 0,8809 yang dimilki oleh PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) pada tahun 2013, sedangkan nilai penghindaran pajaknya 0,2016 hal ini menunjukan jika leverage mengalami peningkatan maka tingkat penghindaran pajak juga meningkat, sama halnya dengan nilai terendah leverage sebesar 0,0181 pada PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tahun 2016 dengan nilai pengindaran pajaknya 0,2395 menggambarkan jika nilai leverage rendah maka tingkat penghindaran pajaknya juga meningkat. Jadi dapat ditarik kesimpulan, jika variabel Leverage tidak dapat mempengaruhi tingkat praktik penghindaran pajak.

66 Sesuai dengan teori keagenan yaitu hubungan agen dan prinsipal, hubungan pemilik/pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen) kaitanya adalah bagaimana manjer perusahaan menggunakan hutang dalam pembiayaan kegiatan oprasional perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan hutang pada komposisi pembiayaan, maka akan timbul beban bunga yang harus dibayar sehingga akan menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Hal ini menguntungkan bagi perusahaan karena pembayaran pajak lebih rendah sehingga laba bersih dapat meningkat, dengan meningkatnya laba bersih agen akan mendapatkan kompensasi dari prinsipal atas usaha yang telah dilakukan. Namun, dalam penelitian ini leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak sehingga dapat dikatakan adanya kemungkinan bahwa perusahaan dalam menggunakan hutang tidak semata mata untuk menciptakan pendapatan, mungkin hutang digunakan untuk berinvestasi jangka panjang, sehingga beban bunga tidak timbul perperiode pada laporan keuangan, jadi tidak dapat digunakan sebagi pengurang beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pradipta (2015) dan Prakosa (2015) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak,,namun bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan Swingly (2015) dan Dharma (2016) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak 4.3.4 Pengaruh Komisaris Independen terhadap penghindaran pajak Variabel Komisaris Independen menunjukan nilai signifikan sebesar 0,057 Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi > 0,05 atau 0,057 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh signifikan

67 terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis keempat yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengindaran pajak tidak dapat diterima (ditolak). Hal ini dapat dilihat dari hasil pada tabel statistik deskriptif dari tahun 2012 2016. Perbandingan Nilai tertinggi komisaris independen sebesar 0,6667 yang dimilki oleh PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) pada tahun 2012, sedangkan nilai penghindaran pajaknya 0,3507. Nilai terendah komisaris independen sebesar 0,1429 pada PT Trias Sentosa Tbk (TRST) tahun 2013 dengan nilai pengindaran pajaknya 0,5456. Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa komisaris independen dalam suatu perusahaan tidak efektif dalam upaya mencegah tindakan penghindaan pajak. Serupa juga dengan yang diungkapkan oleh Dewi dan Jati (2014). Sejalan dengan teori keagenan, keberadaan komisaris independen hanya sebagai pemenuh kebutuhan terhadap kepatuhan peraturan, selain itu, peran pemegang saham (prinsipal) mayoritas dalam perusahaan masih sangat kuat sehingga kinerja dewan komisaris tidak meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pradipta (2015) dan Wahyudi (2015) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prakosa (2014) menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak, hal ini berarti jika komisaris independen mengalami peningkatan maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan.

68 4.3.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap penghindaran pajak Variabel Ukuran Perusahaan menunjukan nilai signifikan sebesar 0,46. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi < 0,05 atau 0,46 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak yang diproksikan dengan Effective Tax Rate (ETR). Dengan demikian, hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengindaran pajak dapat diterima. Dapat dilihat dari nilai koefisien regresi ukuran perusahaan berarah Positif (0,228) berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka tingkat penghindaran pajak suatu perusahaan semakin tinggi begitu pula sebaliknya jika nilai ukuran perusahaan rendah maka tingkat penghindaran pajaknya semakin kecil hal ini terjadi karena perusahaan akan cenderung melakukan penghindaran pajak sebagai upaya untuk meminimalkan beban pajaknya. Berpengaruh posistifnya ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak dapat dilihat dari perbandingan nilai tertinggi(max) dan terendah(min) pada tabel statistik despriktif dari tahun 2012 2016. Nilai tertinggi ukuran perusahaan sebesar 33,1988 yang dimilki oleh PT Astra Internasional Tbk (ASII) pada tahun 2016, sedangkan nilai penghindaran pajaknya 0,1775 hal ini menunjukan jika ukuran perusahaan mengalami peningkatan maka tingkat penghindaran pajak juga ikut menigkat, begitu pula dengan nilai terendah ukuran perusahaan sebesar 25,5732 pada PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) tahun 2014 dengan nilai pengindaran pajaknya

69 0,3682 menggambarkan jika nilai ukuran perusahaan rendah maka tingkat penghindaran pajaknya semakin kecil. Hubungannya dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara agen dan prinsipal, pemilik atau pemegang saham (prinsipal) memberikan wewenang kepada manajer (agen) untuk mengelola sumber daya yang dimilki oleh perusahaan dengan baik. Sumber daya yang dimilki oleh perusahaan dapat dimanfaatkan oleh agen untuk memaksimalkan kompensasi kinerja agen yaitu dengan cara menekan beban pajak perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengelola aset perusahaan dengan melakukan suatu perencanaan pajak sehingga dapat meminimalkan beban pajak yang harus dibayar. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013), Waluyo (2015) berpendapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, sedangkan hasil penelitian Saifudin dan Yuananda (2016) dan Sari (2015) berpendapat bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik penghindaran pajak.