DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

USULAN ATURAN BERSAMA

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

ruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB 2 LANDASAN TEORI

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

BAB IV PANDUAN KONSEP

Aturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Pengelolaan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

STRATEGI PENATAAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI MUSI DI KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Lingkungan Permukiman

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Transkripsi:

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung lingkungan Setiap rumah memperoleh akses menuju jalan lingkungan Harus ada ijin lingkungan dari RT maupun RW Setiap pembangunan harus menyisakan 20 % dari luas tanah Setiap mendirikan rumah baru supaya diberi sisa buat jalan (umum/lingkungan) serta adanya ijin lingkungan yang diketahui oleh RT dan RW setempat Kondisi jalan utama lingkungan dan penghubung lingkungan masih banyak yang rusak Jalan lingkungan maupun penghubung hendaknya sudah berupa jalan perkerasan untuk kemudahan sirkulasi Jaringan jalan wajib dibangun dengan perkerasan, dengan ketentuan : a. untuk jalan lingkungan dengan lebar antara 3,00 m sampai dengan 5,00 m b. untuk jalan setapak dengan lebar 0,80 m 2,00 m Lebar jalan khusus untuk perumahan : a. jalan utama dengan lebar minimal 10,00 m untuk lingkungan dengan penduduk lebih dari atau sama dengan 300 KK b. jalan utama dengan lebar minimal 7,00 m untuk lingkungan dengan penduduk kurang dari 101 atau sama dengan 299 KK c. jalan utama dengan lebar minimal 6,00 m untuk lingkungan dengan penduduk kurang dari 100 KK d. jalan utama dengan kuldesak lebar minimal 5,00 m e. jalan lingkungan dengan lebar minimal 4,00 m dan dapat diakses ke semua lingkungan permukiman serta mobil pemadam kebakaran f. jalan setapak kolektor dengan lebar minimal 2,00 m g. jalan setapak dengan lebar minimal 1,50 m h. tidak diperkenankan ada jalan yang mengecil dan atau jalan yang buntu pada satu ruas jalan Penerangan jalan lingkungan masih sangat kurang Penerangan jalan ada setiap titik pada jarak tertentu Setiap perencanaan dan pelaksanaan prasarana listrik untuk lingkungan, harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut : a. sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku b. sumber daya PLN atau diusahakan sendiri c. pada jarak atau tempat tertentu yang dipandang perlu harus diberik lampu penerangan jalan umum Jarak antar lampu sebagai penerangan yaitu sekitar 15 m. Tanggung jawab bagi yang ketempatan tiang lampu. Setiap rumah yang di depan ada akses jalan supaya memberikan lampu penerangan.

Saluran drainase yang belum ditata, bahkan ada beberapa kondisinya sudah rusak Saluran drainase berupa saluran tertutup dengan plat beton Penyediaan saluran pembuangan air limbah meliputi saluran pembuangan air limbah dari kakus, kamar mandi, dapur dan tempat cuci atau pengolahan industri Kerja bakti rutin 1 bulan sekali Masing-masing pemilik lahan yang memiliki saluran drainase wajib merawat saluran yang ada Dilarang mendirikan bangunan di atas sungai Banyak air sisa drainase yang tidak dikelola dan hilang ke sungai Ketentuan penyediaan saluran pembuangan air limbah adalah : a. air limbah dibuang ke jaringan pembuangan air limbah kota atau bila belum ada dibuang ke tangki septik komunal dengan ukuran minimal daya tampungnya untuk 2 tahun dengan ukuran minimal panjang 5,00 m, lebar 2,5 m dan tinggi 1,8 m b. air limbah untuk kegiatan industri, rumah sakit, catering, bengkel, salon mobil/cuci mobil harus melalui instalasi pengolahan air limbah terlebih dahulu c. air limbah dari tangki septik disalurkan ke sumur peresapan air limbah dengan jarak minimal 10,00 m dari sumur air bersih dengan ukuran minimal panjang 10,00 m, lebar 9,00 m dan tinggi 0,70 m d. air limbah dilarang dibuang ke saluran pembuangan air hujan, parit, sungai, jalan atau ke saluran air hujan kota Penyediaan saluran pembuangan air hujan harus disertai dengan sistem peresapannya. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan secara menyeluruh sehingga dapat mengalirkan air hujan secara lancar dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Ketentuan perencanaan pembuatan saluran pembuangan air hujan : a. limpasan air hujan dari daerah di atas lingkungan perencanaan, yaitu daerah yang mempunyai kontur lebih tinggi, harus dibuatkan saluran tersendiri menuju sungai namun tidak merusak lingkungan sungai, saluran irigasi primer, sekunder atau tersier yang tersedia b. dimensi dan kemiringan saluran harus diperhitungkan dapat menampung kapasitas air hujan yang ada c. saluran pembuangan air hujan harus dilengkapi dengan perencanaan resapan air hujan sebagai usaha konservasi air d. 1 (satu) resapan air hujan dengan diameter 0,80 m dan kedalaman 3,00 m minimal untuk setiap 60,00 m2 lahan tertutup e. Kemiringan aliran pada saluran drainase minimal 2% (dua persen), sehingga air dapat meresap ke tanah sebelum melimpah ke sungai, dengan kedalaman minimal 40 cm lebar 30 cm dengan bak kontrol setiap 50, 00 m f. Sebelum masuk ke tempat pembuangan akhir (sungai) harus melalui bak pengendapan terlebih Membuat lubang biopori Membuat sumur resapan

3. Penghijauan Lingkungan Banyaknya limbah rumah tangga dibuang langsung ke saluran irigasi maupun drainase tanpa melalui septik tank dan resapan Di prioritas tidak semua halaman dimanfaatkan secara produktif untuk penghijauan dahulu g. Apabila telah ada sistem jaringan pembuangan air hujan kota, maka saluran dapat dihubungkan dengan sistem jaringan tersebut Air limbah rumah tangga harus ditampung pada sumur peresapan yang kemudian dialirkan ke saluran Setiap rumah tangga menggunakan septik tank untuk penampungan limbah Untuk daerah yang padat penduduknya dibautkan septiktank komunal Halaman dijadikan sebagai lahan produktif yang dapat menambah penghasilan. Tidak membuang limbah ke sungai Pembuatan pengelolaan limbah komunal dan septik tank komunal. Pemanfataan lahansebagai lahan produktif Pemilik lahan wajib merawat Terdapat halaman rumah kosong yang dibiarkan apa adanya, tidak dikelola dengan baik Setiap rumah diharapkan memiliki tanaman hijau untuk membantu sirkulasi udara Pemanfaatan lahan kosong (pekarangan) B. PERTANIAN 1. Pertanian Hasil panen yang kurang maksimal Pelatihan tentang pertanian Pelatihan tentang padi organik, pelatihan pembuatan pupuk organik, pelatihan pengolahan lahan agar hasil padi meningkat. C. BANGUNAN 1. Pembangunan Perumahan Luas persawahan yang hampir ¾ luas desa Jarak antar rumah dan jarak rumah dengan jalan kurang dari 1m Dibutuhkan alat bantu untuk penunjang panen raya Jarak ideal antar rumah adalah ketika air dari tritisan tidak jatuh ke lahan milik orang lain Ketentuan kepadatan lingkungan pada fungsi perumahan dan kelompok rumah : a. perumahan dengan jumlah sampai dengan 50 rumah 1. prasarana dan sarana lingkungan minimal 30% (tiga puluh persen) dengan ketentuan sebagai berikut : lebar jalan minimal 4 m, tidak dibuat mengecil atau buntu open space komunal wajib dialokasikan di lingkungan lokasi tersebut dengan standar 1 kapling menyediakan seluas 5 m2 dengan luas minimal sama dengan 1 kapling 2. alokasi untuk kapling maksimal 70% (tujuh puluh persen) resapan menyesuaikan dengan fungsi b. perumahan dengan jumlah antara 51 sampai dengan 200 rumah 1. prasarana dan sarana lingkungan minimal 35% (tiga puluh lima persen) 2. alokasi untuk kapling maksimal 65% (enam puluh lima persen) resapan menyesuaikan dengan fungsi Alat/mesin tanam, mesin pengolah lahan,mesin panen dan mesin pengering padi

2. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Sampah Belum ada pembuangan dan pengelolaan sampah secara terpadu, sehingga masih banyak warga mengelola sampah dengan cara dibakar c. perumahan dan kelompok rumah dengan jumlah lebih dari 200 rumah 1. prasarana dan sarana lingkungan minimal 40% (empat puluh persen) 2. alokasi untuk kapling maksimal 60% (enam puluh persen) resapan menyesuaikan dengan fungsi Lingkungan sehat didukung oleh pengelolaan sampah yang zero waste. Penyediaan tempat pembuangan sampah dilakukan dengan menyediakan tanah sebagai fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) Ketentuan penyediaan fasilitas pembuangan sampah khusus untuk perumahan : a. satu bak sampah untuk setiap rumah tinggal dengan ukuran minimal 0,02 m3 b. satu tempat pembuangan sampah sementara (container) untuk setiap 200 KK yang letaknya diusahakan tidak mengganggu penghuni tetapi dapat dijangkau oleh truk pengangkut sampah denah ukuran minimal 2 m3 c. untuk jumlah penduduk kurang dari 200 KK menggunakan fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) di luar perumahan sepanjang belum melebihi kapasitas tampung desa tersebut dengan mendapat persetujuan dari kepala desa dengan diketahui Badan Perwakilan Desa d. pengambilan sampah diatur bersama penghuni dalam tersebut Untuk limbah rumah tangga yang punya pekarangan diharuskan membuat pupuk organik/ komposter Sampah an organik dikelola oleh pengelolaan sampah mandiri Pengadaan gerobak sampah dan pendistribusian Banyak rumah yang sudah memiliki KM tetapi belum memiliki jamban, dan masih banyak rumah yang belum mempunyai MCK Pembuangan air kotor yang berasal dari kotoran manusia pada dasarnya dibuang ke septictank dan dengan peresapan kecuali di lokasi tersebut ada fasilitas pembuangan yang tersedia D. BANGUNAN PUBLIK 1. Fasilitas Pendidikan Kegiatan PKBM belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Desa karangasem PAUD dan Taman Bacaan belum merata di setiap wilayah sehingga upaya pengenalan interaksi sosial di usia dini masih kurang 2. Bangunan Perdagangan dan Jasa Bangunan perdagangan yang ada sekarang berupa warung-warung atau toko kelontong kecil yang dan Taman Bacaan memiliki radius pencapaian 1.000 m dan berada di tengah kelompok warga sehingga tidak menyeberang jalan lingkungan (SNI 03-1733-2004, tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan) Hasil industri rumah tangga masyarakat setempat diharapkan mampu dipasarkan dalam satu area khusus pemasaran Adanya toleransi warga Desa Karangasem untuk masuk ke SMA Sosialisasi rutin kepada masyarakat Desa Karanagsem Keringanan biaya Mayarakat secara rutin memeriksakan air. Sosialisasi air bersih Perlu adanya kerjasama dengan pengelola yang ada dan pemilik wilayah. Setiap KK mempunyai jamunan kesehatan Setiap rumah wajib memiliki apotik hidup Adanya petugas jumantik Perlu di sosialisasikan Peningkatan ekonomi lokal Bina lingkungan dalam rangka peningkatan ekonomi

E. SOSIAL BUDAYA 1. Karakter Sosial Masyarakat F. EKONOMI 1. Pengembangan Potensi Lokal Pasar Desa menjual kebutuhan sehari-hari. Belum ada warung/toko yang menjual hasil industri rumah tangga. Karakter perilaku sosial masyarakat yang kurang peduli dengan perubahan lingkungan Pasar desa karangasem seluas 1200 m2 dengan kondisi kurang layak baik los pasar maupun dari segi sanitasi Potensi lokal belum banyak dikembangkan karena belum adanya identifikasi kebutuhan dan pengelolaan yang efektif Karakter lokal yang guyup, tepo sliro dan pakewuh tetap dijaga sebagai kekayaan aset budaya lokal rumah tangga dalam wadah masyarakat Pertemuan secara rutin Keaktifan antara RT dan RW Keterpihakan kelurahan dengan tokoh masyarakat etnis. Pertemuan RT rutin bagi pendatang baru, kegiatan gotong royong 1 bulan sekali Rehab pasar tradisional Perlu adanya pembinaan peraturan. Pendataan home industri Setiap warga yang mempunyai potensi yang baik supaya melaporkan ke RT dan RW Perlu diadakan pendataan ulang para pedagang pasar Pengaturan los diatur ulang Perbaikan sanitasi dan pembuangan ampah para pedagang dikelola secara baik Kawasan dapat mandiri dengan memaksimalkan potensi lokal yang ada 2. Sentra Ekonomi dan Industri Rumah Tangga Tata ruang bangunan perdagangan dan jasa yang masih tersebar dan tidak merata Area perdagangan dan jasa ditata dan mampu mendukung keberadaan permukiman yang ada Setiap warga yang mempunyai potensi yang baik supaya melaporkan ke RT dan RW Bahan baku untuk industri rumah tangga masih mendatangkan dari luar wilayah sehingga biaya produksi menjadi tinggi Industri rumah tangga mampu memaksimalkan SDA lokal yang ada Pembentukan Koperasi warga Kerja sama dengan pelaku usaha lain Industri rumah tangga yang berjalan masih bergantung pada pemesanan dari konsumen Intensitas produksi harus berkelanjutan dan mampu menghasilkan barang siap pakai Setiap produksi masyarakat harus ada ijin dari depkes 3. Pemasaran programprogram pembangunan Program-program pembangunan yang telah direncanakan belum memiliki strategi dan jaringan pemasaran yang kuat Adanya kelembagaan untuk pengelolaan pemasaran dan chanelling dengan para stake holders Adanya izin dari depkes dan royalti