BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. masakan guna menambahkan cita rasa dan kenikmatan makanan. Hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura termasuk komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Bawang Merah di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

PENDAHULUAN. bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

Kenaikan Konsumsi Bawang Putih(Ton)

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

I. PENDAHULUAN. bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas sayuran yang termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu masakan. Bawang merah kerap kali menjadi bumbu wajib pada masakan, karena bawang merah menjadi semacam penguat rasa bagi masakan. Selain itu, bawang merah adalah makanan padat nutrisi yang berarti yang rendah kalori dan tinggi nutrisi bermanfaat seperti vitamin, mineral dan antioksidan. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Balitbang Pertanian, 2005). Tanaman Bawang Merah Berasal dari Asia Tengah yaitu disekitar Palestina (Sunarjono Dan Soedarmo, 1989). Tanaman ini merupakan tanaman tertua dari silsilah budidaya tanaman oleh manusia. Hal ini ditunjukan pada zaman I dan II (3200-2700 sebelum masehi) bangsa Mesir sering melukiskan bawang merah pada patung dan tugu-tugu mereka. Di Israel tanaman bawang merah dikenal tahun 1500 sebelum masehi (Rukman Rahmat, 1994). Pada tahun 2100 sebelum masehi bawang merah telah dikembangkan di Yunani kuno sebagai sarana pengobatan (Sunarjono dan Soedarmono, 1989).

Tabel 1.1 Luas Panen,Produksi,Produktivitas bawang merah Di Sumatera Utara Tahun Luas Panen (Ha) Persentase (%) Produksi (Ton) Persentase (%) Produktivitas (Ton/Ha) 1986 2.763 3,3 17.850 2,6 6,5 1987 4.333 5,2 24.851 3,5 5,7 1988 3.552 4,4 26.552 3,7 7,5 1989 2.928 3,5 33.175 4,7 11,3 1990 2.824 3,4 29.957 4,3 10,6 1991 2.936 3,5 27.767 3,9 9,5 1992 2.6 3,1 13.151 1,8 4,9 1993 2.965 3,6 29.166 4,2 9,8 1994 4.635 5,6 34.321 4,8 7,4 1995 4.301 5,2 30.362 4,4 7,1 1996 4.551 5,5 38.708 5,4 4,5 1997 4.145 5,1 31.171 4,5 7,5 1998 5.994 7,3 53.741 7,5 8,9 1999 5.983 7,3 53.728 7,5 8,6 2000 3.015 3,6 35.725 5,1 11,8 2001 2.917 3,5 35.7 5,0 12,1 2002 4.521 5,5 36.760 5,3 8,1 2003 3.866 4,7 37.651 5,3 9,7 2004 1.3 1,7 16.079 2,3 12,1 2005 1.169 1,4 10.748 1,5 9,1 2006 1.029 1,2 8.369 1,2 8,1 2007 1.204 1,5 11.005 1,5 9,1 2008 1.238 1,5 12.071 1,7 9,8 2009 1.379 1,7 12.655 1,8 9,2 2010 1.360 1,6 9.413 1,4 6,9 2011 1.384 1,7 12.449 1,7 8,9 2012 1.581 1,9 14.156 1,9 8,9 2013 1.048 1,3 8.305 1,3 7,9 2014 1.003 1,2 7.810 1,2 7,7 Jumlah 82.604-713.093 - - Sumber : Badan Pusat Statistik

14 12 10 8 6 4 2 0 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Gambar 1.1 Diagram Garis Produktivitas Bawang Merah di Sumatera Utara Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produktivitas tanaman bawang merah di Sumatera Utara mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Adapun produktivitas tanaman bawang merah di Sumatera Utara pada tahun 2011 adalah 8,9 ton/ha dengan produksi 12.449 ton dan luas panen 1384 ha. Pada tahun 2012 produktivitas tanaman bawang merah adalah 8,9 ton/ha dengan produksi 14.156 ton dan luas panen 1581 ha, sedangkan pada tahun 2013 produktivitas tanaman bawang merah adalah 7,9 ton/ha dengan produksi 8305 ton dan luas panen 1048 ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan produktivitas tanaman bawang merah di setiap tahunnya. Pada saat ini peningkatan produksi bawang merah umumnya sangat tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil yang tinggi tetapi ternyata banyak menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Pupuk anorganik ini bisa mengganggu kehidupan dan keseimbangan tanah, meningkatkan

dekomposisi bahan organik, yang kemudian menyebabkan degradasi struktur tanah, kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekeringan dan keefektifan yang lebih rendah dalam menghasilkan panenan (Reijntjes et al., 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk tetap menjaga dan memperbaiki agregasi tanah, salah satu usaha yang penting adalah dengan memberikan pupuk organik pada tanah sehingga kecukupan unsur hara tergantikan dari yang diserap tanaman, komposisi tanah tidak mengalami pemadatan dengan adanya bahan organik serta pengikatan air lebih baik sehingga pengikisan air berkurang (Isnaini, 2006). Peningkatan produksi yang lambat sementara konsumsi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan menjadikan ketersediaan bawang merah untuk keperluan rumah tangga dan industri makanan seringkali kurang dari kebutuhan belum lagi seringnya menipis pasokan bawang merah menambah masalah dan hal ini mendorong naiknya harga komoditas tersebut. Sebagai tanaman musiman, puncak produksi bawang merah terjadi pada bulan-bulan tertentu, sementara konsumsi bawang merah hampir digunakan setiap hari dan bahkan pada hari-hari besar keragamaan permintaannya cenderung melonjak. Adanya perbedaan pola produksi dan permintaan menyebabkan terjadinya gejolak harga pada waktu tertentu, berupa lonjakan kenaikan harga ada saat permintaan lebih tinggi dari pasokan, atau harga merosot pada saat pasokan lebih tinggi dari permintaan (Bappenas, 2014).

Tabel 1.2 Luas panen,produksi dan Produktivitas bawang merah Di Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota. Kabupaten Luas panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Kw/Ha) Tapanuli Selatan 9 36 40 Tapanuli Utara 56 366 65,5 Toba Samosir 125 986 78,8 Dairi 316 2.714,72 85,9 Karo 97 953 98,25 Humbang Hasundutan 105 824 80,19 Simalungun 403 5.915 146,7 Samosir 217 1.358,40 62,6 Padang Lawas 7 5 7,1 Jumlah 1335 13.203,92 98,9 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012 Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan pusat Statistik tahun 2011 di Sumatera Utara terdapat 9 kabupaten yang memproduksi bawang merah yang paling luas panennya adalah kabupaten Simalungun 403 ha sedangkan Kabupaten Dairi merupakan penghasil bawang merah terbanyak sekitar 2.714 ton, diikuti Simalungun 5.915 ton, Samosir 1.358 ton. Bawang merah sudah lama dikembangkan di kabupaten Dairi khususnya di kecamatan Silahisabungan. Namun terjadi penurunan perluasan panen dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan jumlah luas panen inipun diikuti dibeberapa kabupatan/kota di Sumatera Utara. Penurunan jumlah luas panen bawang merah pada beberapa tahun terakhir di Sumatera Utara dikarenakan banyaknya lahan yang beralig fungsi.

Tabel 1.3 Perbedaan Produksi dan Konsumsi bawang merah di Sumatera Utara Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton) Kekurangan Produksi (Ton) 2007 11.005 30.952 19.947 2008 12.071 32.830 20.759 2009 12.655 33.434 20.779 2010 9.413 35.771 26.358 2011 12.449 38.681 26.232 Produksi bawang merah di Sumatera Utara tidak cukup untuk memenuhi konsumsi bawang merah di Sumatera Utara. Oleh karena itu impor bawang merah selalu harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ini. Tabel 1.4 Impor Bawang Merah Di Sumatera Utara Tahun Berat Bersih (Kg) Persentase (%) Nilai Impor (US $) 1999 11.710.306 6,1 2.833.085 2000 26.659.209 13,9 5.223.220 2001 17.308.234 8,9 4.712.123 2002 6.945.748 3,6 1.979.594 2003 3.590.611 1,9 949.437 2004 5.421.490 2,9 1.537.593 2005 5.132.412 2,7 1.281.3 2006 12.782.232 6,7 5.446.545 2007 35.150.430 18,3 15.479.980 2008 20.172.764 10,5 8.781.593 2009 190.800 0,1 101.756 2010 26.990 0,02 55.696 2011 734.362 0,4 310.684 2012 8.931.962 4,6 4.569.145 2013 21.876.509 11,4 10.793.794 2014 15.684.562 8,2 7.530.445 Jumlah 192.318.621 - - Sumber : Badan Pusat Penelitian Sumatera Utara

40000000 35000000 30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 Gambar 1.2 Diagram Garis Impor Bawang Merah di Sumatera Utara Kebutuhan bawang merah sangat begitu besar, Hampir semua masakan pada umumnya menggunakan bawang merah sebagai sebagai bumbu penyedap (Estu dan Nur Berlian 1996). Berdasarkan data pada tahun 2011, produksi bawang merah di Sumatera utara hanya 13.203,92 ton dengan konsumsi 38.681,51 Artinya, ada kekurangan produksi 25.477,59 ton. Untuk memenuhi kekurangan produksi tersebut maka mengharuskan pemerintah melakukan impor bawang merah. Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara, jumlah impor bawang merah yang masuk ke Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat Statistik Pada tahun 2012 impor bawang merah ke Sumatera Utara sebesar 8.931.962 kg namun pada Tahun 2013 impor bawang merah ke Sumatera Utara semakin meningkat sebesar 21.876.509 kg.

Dalam perdagangan internasional pemerintah perlu melakuan proteksionisme untuk menjaga produksi dalam negeri serta produk dalam negeri mampu bersaing secara domestik maupun global. Salah satu bentuk proteksionime tersebut ialah penentukan tarif impor. Ibrahim Pranoto K (1997:55) mendefinisikan tarif sebagai berikut: tarif disebut juga bea atau duty yaitu sejenis pajak yang dipungut atas barang-barang yang melewati batas negara. Bea yang dibebankan pada impor barang disebut bea impor atau bea masuk (import tarif, import duty) dan bea yang dibebankan pada ekspor disebut bea ekspor, sedangkan bea yang dikenakan pada barang-barang yang melewati daerah pabean negara pemungut disebut bea transitu atau transit duty. Tiap barang impor yang masuk maka akan dikenakan Bea Masuk serta Pajak Pertambahan Nilan (PPN) dan di atur dalam Buku Tarif kepabeanan Indonesia Tahun 2012 (BTKI). Dalam BTKI Bea Masuk bawang merah di tetapkan sebesar 20%. Keadaan ini di ikuti dengan keputusan direktur perdagangan dalam negeri No.118/2013 tentang penetapan harga Referensi produk Hortikultura. Harga referensi bawang merah di tetapkan Rp.25.700/kg. Pada tahun 2013 Komisi Pengawasan Persainggan Usaha (KPPU) menilai kenaikkan bea masuk lebih realistis ketimbang penerapan kuota impor bawang merah. Banyaknya petani yang tidak mau menanam bawang di karenakan bawang merupakan suatu komoditas yang mahal dan sulit untuk di rawat,begitu juga dengan margin keuntunggan yang tergolong minim. Kondisi ini tidak bisa diawasi dengan kouta, karena harga tetap di tentukan oleh importir melalui kartel. Penetapan tarif impor bawang merah di harapakan pemerintah mampu

mendongkrang produksi bawang merah dalam negeri Hal inilah yang menjadi pertimbangan bahwa perlu dilakukan penelitian Analisis Pengaruh Penerapan Tarif Impor Bawang Merah Terhadap Jumlah Produktivitas Bawang Merah di Provinsi Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti mencoba merumuskan masalah Adakah perbedaan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara sesudah dan sebelum tarif impor berlaku?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang hendak dijawab, maka penelitian ini secara spesifik bertujuan untuk Untuk mengetahui pengaruh tarif impor bawang merah terhadap jumlah produktivitas bawang merah di Sumatera utara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses pengambilan keputusan maupun kebijakan impor bawang merah di Sumatera Utara dan Indonesia. 2. Bagi penulis sendiri, dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta latihan sebagai aplikasi ilmu-ilmu yang di peroleh selama di bangku kuliah.

3. Informasi bagi masyarakat dalam mengetahui kontribusi kebijakan pemerintah dalam menentukan tarif impor terhadap keberlangsungan pertanian.