BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional. Agar sektor pertanian bisa berkembang dengan maksimal maka kebijakan di bidang pertanian harus mendorong petani untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya, meningkatkan daya saing produk, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bekerja sebagai petani melalui peningkatan hasil produksi (Husodo, 2004). Peningkatan produksi pertanian akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, sering dihadapkan pada permasalahan pengetahuan petani yang masih relatif rendah, keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya ketrampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan petani (Antara Dkk, 1994). Indonesia memerlukan sebuah strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja dalam sektor pertanian sekaligus memperkecil ketertinggalan sektor pertanian dengan sektor lainnya. Salah satunya dengan menetapkan prioritas pengembangan komoditas pertanian unggulan, yaitu komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan, memiliki prospek untuk diserap pasar lokal, nasional maupun internasional, dan memiliki nilai tambah tinggi (high vlue crop) yaitu adalah tanaman brokoli, bamboo shoots, dan asparagus (Susetyo,2015). 1
2 Asparagus masih harus diimpor sedangkan, sayuran subtropis lain seperti kol,brokoli,bamboo shoots, kentang, dan wortel sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Dalam peningkatan produksi asparagus masih perlu ditunjang dengan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dengan prasarana pendukung koperasi, serta permodalan yang kuat, karena komoditas ini merupakan peluang investasi yang tepat untuk meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pertanian (Susetyo,2015). Budidaya asparagus di Provinsi Bali terletak di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Desa Pelaga memiliki luas wilayah sebesar 3.545.204 Ha dengan jarak tempuh dari kota Denpasar ± 45 Km atau 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Diawali dengan kunjungan I Wayan Dipta Deputi Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM bersama Mr. Lin Yen Jen Pimpinan Taiwan Technical Mission (TTM) untuk menjalankan program OVOP (One Village One Product) yaitu program pengembangan potensi daerah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik dan khas dengan memanfaatkan sumber daya lokal, Kemudian dibentuklah sebuah lembaga koperasi yaitu koperasi Tani Mertha Nadi. Koperasi ini berfungsi untuk memediasi akses pembiayaan, akses pemasaran dan produksi asparagus Produksi asparagus oleh anggota Koperasi Tani Merta Nadi mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh curah hujan, penggunaan pupuk organik, anorganik dan pestisida. Desa Pelaga memiliki jumlah produksi terbesar pada bulan November dan Desember dikarenakan pada bulan ini curah hujan cukup
3 sering. Secara rinci hasil produksi asparagus di Koperasi Tani Merta Nadi dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Produksi Asparagus Koperasi Tani Merta Nadi Tahun 2015-2016 Produksi asparagus Bulan Jenis kualitas asparagus (Grade) Super (Kg) A (Kg) B (Kg) C (Kg) September 1.815 1.244,6 971,1 780,3 Oktober 1.782,5 1.353,9 947,7 659,2 November 6.819,5 5.417,6 3.555,9 2.623,8 Desember 4.365 3.362,3 2.321,4 1.845,2 Januari 2.804 2.137 1.528,5 1.299,7 February 1.253,2 1.142,3 838,5 675,1 Maret 1.078,4 905,9 724,5 623,4 April 1.327 978,8 712 625,9 Total Produksi 21.244,6 16.542,4 11.599,6 9.132,6 Sumber : Data Sekunder Fluktuasi jumlah produksi asparagus pada kelompok tani tersebut disebabkan oleh penggunaan pupuk organik, anorganik, dan pestisida. Susetyo (2015) menyatakan bahwa pemupukan merupakan salah satu faktor penentu didalam upaya meningkatkan produksi asparagus terutama unsur hara makro yang meliputi : Nitrogen (N), Fosfor (F), Kalium (K), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang pemupukan serta terjadinya perubahan status hara didalam tanah maka rekomendasi penggunaan pupuk dan pestisida yang telah ada perlu dikaji lagi dan disempurnakan. Rusadhi (1987) mengatakan bahwa akibat dari sistem pertanian yang sangat intensif sejak Pelita I maka beberapa lahan pertanian di Jawa dan Bali mengalami kekurangan unsur makro (K dan S) maupun mikro (Zn dan Cu). Hasil penelitian Hanum (2010) diketahui bahwa kandungan kompos yang terdiri dari
4 0,38% N, 0,24% P, 0,17% K berpengaruh terhadap tinggi tanaman asparagus, jumlah cabang asparagus, jumlah cladophyl asparagus,dan diameter batang asparagus. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu diadakan penelitian tentang analisis efisiensi teknis penggunaan pupuk dan pestisida budidaya asparagus di kelompok Koperasi Tani Mertanadi yang ditinjau dari pupuk dan pestisida yang dipergunakan dan sekaligus efisiensi teknis, dan penerimaan petani tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Jenis pupuk dan pestisida apakah yang berpengaruh terhadap produksi asparagus di kelompok Koperasi Tani Mertanadi dalam sekali musim panen? 2. Berapakah besarnya penerimaan petani asparagus di kelompok Koperasi Tani Mertanadi? 3. Bagaimanakah efisiensi teknis penggunaan pupuk dan pestisida untuk budidaya asparagus di kelompok Koperasi Tani Mertanadi dalam sekali musim panen? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui jenis pupuk dan pestisida yang berpengaruh terhadap produksi asparagus di kelompok Koperasi Tani Mertanadi, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
5 2. Untuk mengetahui besarnya penerimaan budidaya asparagus di kelompok Koperasi Tani Merta Nadi, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. 3. Untuk mengetahui efisiensi teknis penggunaan pupuk dan pestisida untuk budidaya asparagus di kelompok Koperasi Tani Mertanadi, Desa Pelaga, Kecamatan Petang,Kabupaten Badung. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, mengenai Faktor faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan, serta untuk refrensi dan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama 2. Segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para petani asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang Kabupaten Badung dalam meningkatkan produksi, sehingga petani asparagus dapat lebih maju dan berkembang. 1.5 Ruang lingkup Penelitian ini membahas tentang analisis penerimaan, efisiensi teknis, dan penggunaan jenis pupuk dan pestisida yang mempengaruhi hasil produksi asparagus yang dibahas secara deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Tani Mertanadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penerimaan, kondisi skala usaha, efisiensi teknis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi asparagus. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda model fungsi produksi Cobb-Douglass yang meliputi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedasitas, uji
6 multikoliniearitas untuk memenuhi kriteria ekonometrika dan uji model regresi linier yang meliputi uji koefisien determinasi (R 2 ), uji F, dan uji t dengan taraf nyata (α) yaitu 5% atau 0,05 untuk memenuhi kriteria statistika dan mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: jumlah pupuk kandang sapi (X1), jumlah pupuk kandang ayam (X2), jumlah pupuk Urea (X3), jumlah pupuk NPK (X4), jumlah pestisida (X5), dan hasil produksi Asparagus (Y). Persamaan fungsi produksi model Cobb- Douglas dalam bentuk logaritma natural digunakan untuk melakukan analisis efisiensi teknis dengan melihat nilai elastisitas produksi yang ditunjukkan langsung oleh koefisien regresi fungsi produksi Cobb-Douglass. Setelah seluruh hasil analisis yang meliputi analisis penerimaan, efisiensi teknis, efisiensi harga, skala usaha, dan analisis pengaruh faktor produksi, maka selanjutnya dibuat kesimpulan yang akan direkomendasikan kepada petani di lokasi penelitian.