kenegaraan maupun kebijakan perekonomian. Pada era reformasi saat ini membawa perubahan paradigma sistem pemerintahan nasional, dari sistem

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menjelaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perubahan yaitu, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal. daerah, yang dikenal sebagai era otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah memberikan wewenang kepada daerahnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama pemerintahan orde baru sentralisasi kekuasaan sangat terasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dapat menetepkan berbagai jenis sumber penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat mengalami perubahan, dimana sebelum reformasi, sistem pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pemerintahan orde baru menjadi pemerintahan reformasi yang terjadi pada pertengahan tahun 1998 membawa dampak yang besar dalam sistem kenegaraan maupun kebijakan perekonomian. Pada era reformasi saat ini membawa perubahan paradigma sistem pemerintahan nasional, dari sistem terpusat menjadi sistem pemerataan kedaerahan. Perubahan paradigma ini diwujudkan dengan adanya kebijakan otonomi daerah dan kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam undang-undang. Kebijakan otonomi daerah diatur dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, menjelaskan tentang tanggung jawab politik dan administratif pemerintah pusat, provinsi, dan daerah. Kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah diatur dalam undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan dasar hukum tentang desentralisasi fiskal, menjelaskan pembagian baru mengenai sumber pemasukan dan transfer antar pemerintah. Undang-undang tersebut di atas mengalami revisi atau perubahan, undang-undang nomor 22 tahun 1999 direvisi menjadi undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, sedangkan undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah direvisi menjadi undang-undang nomor 33 tahun 2004. Undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah 1

otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada sebagai sumber keuangan dan pembiayaan yang tercermin pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Oleh karena itu Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus dioptimalkan secara maksimal, karena merupakan salah satu tolak ukur dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Kota Yogyakarta merupakan daerah di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki persentase penerimaan Pendapatan Asli Daerah tertinggi dari daerah yang lainnya, seperti Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul. Berikut merupakan data yang terdapat dalam publikasi Badan Pusat Statistik yaitu Statistik Keuangan Daerah Kota Yogyakarta tahun 2014-2015. Hal tersebut dapat diketahui dari data Statistik Keuangan Daerah Kota Yogyakarta 2014-2015 dalam tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Persentase Realisasi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2014 Pemerintah Daerah 2010 2011 2012 2013 2014 Kab. Kulonprogo 7,63 6,79 8,39 9,57 14,16 Kab. Bantul 8,27 10,92 12,46 14,75 19,70 Kab. Gunungkidul 5,33 5,64 6,23 6,72 11,60 Kab. Sleman 14,88 17,29 18,94 23,65 27,61 Kota Yogyakarta 22,00 24,05 29,26 29,25 32,24 Sumber: Statistik Keuangan Daerah Kota Yogyakarta tahun 2014-2015 2

Berdasarkan data tersebut persentase realisasi PAD terhadap pendapatan daerah pada tahun 2010-2014, Kota Yogyakarta merupakan daerah yang tertinggi persentasenya dibandingkan dengan daerah lainnya. Salah satu tolak ukur kemampuan dan kemandirian suatu daerah dalam segi keuangan adalah pengelolaan PAD, dan salah satu perhitungannya adalah dengan mengetahui kontribusi komponen PAD terhadap PAD, berikut ini merupakan tabel perhitungan kontribusi komponen PAD terhadap PAD di Kota Yogyakarta. Tabel 1.2 Rata-rata Kontribusi Komponen PAD terhadap PAD Kota Yogyakarta tahun 2007-2015 Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah 2007 48,01% 25,59% 7,70% 18,70% 2008 47,16% 26,38% 6,38% 20,07% 2009 44,50% 14,55% 6,33% 34,62% 2010 43,61% 17,95% 6,15% 32,28% 2011 52,63% 15,03% 4,42% 27,91% 2012 61,40% 11,46% 3,40% 23,74% 2013 59,46% 10,53% 3,29% 26,72% 2014 53,85% 11,92% 2,99% 31,23% 2015 59,82% 7,87% 2,53% 29,78% Rata-rata 52,27% 15,70% 4,80% 27,23% Sumber: Laporan Realisasi PAD Kota Yogyakarta tahun 2007-2015 (diolah) Berdasarkan hasil perhitungan kontribusi di atas dapat diketahui bahwa komponen PAD yang menyumbang kontribusi terbesar terhadap PAD adalah pajak daerah dengan rata-rata kontribusi terhadap PAD pada tahun 2007-2015 sebesar 52,27%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pajak daerah merupakan komponen yang sangat penting dalam penerimaan PAD. Menurut Mardiasmo dalam buku Akhmad 3

Makhfatih dan Chairil Agus (2010) pajak daerah merupakan komponen Pendapatan Asli Daerah yang utama. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini berjudul Analisis Runtut Waktu Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta tahun 2007-2015. Analisis runtut waktu dalam pembahasan ini selanjutnya akan disebut analisis tren. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tren kontribusi pajak daerah terhadap PAD di Kota Yogyakarta pada tahun 2007-2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pajak daerah di Kota Yogyakarta pada tahun 2007-2015 yang meliputi: 1. Analisis kontribusi pajak daerah terhadap PAD. 2. Tren kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD. 3. Tren realisasi penerimaan pajak daerah. 4. Analisis kontribusi penerimaan tiap jenis pajak daerah terhadap pajak daerah. 5. Rata-rata kontribusi tiap jenis pajak daerah terhadap pajak daerah. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Ekonomika Terapan, Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. 2. Sebagai referensi untuk pengkajian lebih lanjut mengenai pajak daerah dan retribusi daerah. 4

1.5 Kerangka Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka dalam penelitian adalah sebagai berikut: Analisis kontribusi pajak daerah terhadap PAD Analisis tren realisasi penerimaan pajak daerah Peramalan penerimaan pajak daerah tahun 2016 Analisis tren kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD Peramalan kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap PAD daerah tahun 2016 Analisis kontribusi penerimaan tiap jenis pajak daerah terhadap pajak daerah 5