BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

dokumen-dokumen yang mirip
KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mulai berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

SKALA KESANTUNAN BENTUK TUTURAN DIREKTIF BERDASARKAN PERSEPSI SISWA DI SMAN 1 SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Hakikat Prinsip Kesantunan Berbahasa

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

PENYESUAIAN MAKNA DALAM PENGURANGAN FONEM PADA PERCAKAPAN GEORGE & LENNIE DALAM NOVEL OF MICE AND MEN OLEH JOHN STEINBECK

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Model Integrasi Tindak Tutur Direktif Dalam Penerapan Pendidikan Ahklaq Mulia dan Karakter Bangsa Bagi Pelajar di SMA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TEKS PENGUMUMAN KARYA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI TAHUN AJARAN 2015/2016:TINJAUAN PRAGMATIK

BAB II LANDASAN TEORI. Chaer (1995: 61) mengemukakan bahwa peristiwa tutur ( speech event) adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB II LANDASAN TEORI

MEMAHAMI MAKNA PADA KATA-KATA MUTIARA HAMKA (HAMKA QUOTES): TINJAUAN KESANTUNAN BERBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

TINDAK TUTUR DOKTER DAN PASIEN DI PUSKESMAS GAMBUT KABUPATEN BANJAR (SPEECH ACT OF DOCTOR AND PATIENT IN PUSKESMAS GAMBUT OF BANJAR DISTRICT)

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Skripsi) Oleh PUTRI AGISTIA SARI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAB II KAJIAN TEORI. Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

BAB II KAJIAN TEORI. Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,

BAB 1 PENDAHULUAN. Ada tiga sifat bahasa yang harus diutamakan yaitu bahasa sebagai sistem

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI FACEBOOK: RESPON MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ISU KENAIKAN HARGA BBM NASKAH PUBLIKASI

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

Bentuk, Faktor, dan Skala Kesantunan dalam Penyampaian Maksud. Wahyudi Joko Santoso Universitas Negeri Semarang

BAB II LANDASAN TEORI. Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik. Ilmu pragmatik ini merupakan salah

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESANTUNAN BAHASA DALAM PANTUN MERISIK PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU : SUATU KAJIAN PRAGMATIK

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam KBBI edisi ketiga (1990) dijelaskan yang dimaksud dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB II SEMIOTIK. A. Sistem Kerja Semiotik dalam Penelitian ini

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MEDIA JEJARING SOSIAL (FACEBOOK) GRUP COMDEV AND OUTREACHING UNIVERSITAS TANJUNGPURA TAHUN 2012

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA

MEMBANGUN KARAKTER BERBAHASA SANTUN PADA ANAK MELALUI CERITA RAKYAT LUBUK EMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun non verbal).

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 KOTA BENGKULU SKRIPSI

PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DENGAN MEMANFAATKAN PRINSIP KESANTUNAN PADA TUTURAN DIREKTIF DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Diajukan Oleh: Nunung Fatmawati A

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan menggunakan referensi yang berhubungan, ini tidak terlepas dari buku-buku dan karya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian penulisan. Hal ini dikarenakan hasil dari suatu karya ilmiah haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan harus disertai data-data yang kuat serta ada hubungannya dengan yang diteliti. Wirman Valkinz (2013) dalam skripsinya yang berjudul Realisasi Kesantunan Berbahasa Di Lingkungan Terminal: Kajian Sosiopragmatik mengatakan bahwa santun merupakan suatu yang lazim dapat diterima oleh umum. Santun tidak santun bukan makna absolut sebuah bentuk bahasa, karena itu tidak ada kalimat yang secara inheren santun atau tidak santun, yang menentukan kesantunan bentuk bahasa ditambah konteks ujaran hubungan antara penutur dan petutur. Oleh karena itu, situasi variabel penting dalam kesantunan. Skripsi di atas walaupun menulis tentang kesantunan bahasa, namun berbeda dengan yang akan dikaji oleh penulis. Penulis mengkaji tentang Kesantunan Bahasa Pada Pantun Merisik Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu : Suatu Kajian Pragmatik. Walaupun demikian kajian di atas banyak memberi masukan atau kontribusi untuk skripsi ini. 9

2.2 Teori yang Digunakan Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk yang secara umum akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Teori diperlukan untuk mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi sehingga menjadi penuntun bagi kerja penulis. Teori merupakan landasan fundamental ilmiah sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberikan jawaban rasional terhadap masalah yang digarap (Admadilaga dalam Gurning, 2004:9). Oleh karena itu ada beberapa pengertian pragmatik dan pantun yang mendukung tulisan ini di antaranya adalah: Kunjana (2005:47) mengatakan istilah pragmatik, sebenarnya, sudah dikenal sejak masa hidupnya seorang filsuf terkenal bernama Charles Morris tahun 1938, dalam memunculkan istilah pragmatika, Morris (1938) mendasarkan pemikirannya pada gagasan filsuf-filsuf pendahulunya, seperti Charles Sanders Pierce dan John Locke yang banyak menggeluti ilmu tanda dan ilmu lambang semasa hidupnya. Ilmu tanda dan ilmu lambang yang mereka pelajari itu dinamakan semiotika (semiotics). Dengan mendasarkan pada gagasan filsuf itu, Charles Morris membagi ilmu tanda dan ilmu lambang itu ke dalam tiga cabang ilmu, yakni (1) sintaktika (syntactic) studi relasi formal tanda-tanda, (2) semantika (semantics) studi relasi tanda-tanda dengan objeknya, dan (3) pragmatika (pragmatics) studi relasi antara tanda-tanda dengan penafsirannya. Berawal dari gagasan filsuf ternama inilah kemudian sosok pragmatik dapat dikatakan terlahir dan mulai bertengger di atas bumi linguistik. Kunjana,dkk (2005 : 47) mengatakan, bahwa pragmatik mempelajari apa saja yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan mitra tutur serta 10

sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik. Levinson (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya Di dalam bertutur sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang sampai dengan saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan. Ketiga macam skala itu adalah (1) skala kesantunan menurut Leech, (2) skala kesantunan menurut Brown and Lavinson, dan (3) skala kesantunan menurut Robin Lakoff. a. Skala Kesantunan Leech Setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Berikut skala kesantunan yang disampaikan Leech (1983) (1) Cost-benefit scale: Representing the cost or benefit of an act to speaker and hearer. Penjelasan: Cost-benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan (2) Optionality scale: Indicating the degree of choice permitted to speaker and/or hearer by a specific linguistic act. Penjelasan: Optionality scale atau skala ketidak langsungan menunjuk kepada banyak atau sdikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. (3) Indirectness scale: indicating the amount of inferencing required of the hearer in order to establish the intended speaker meaning. Penjelasan: Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. 11

(4) Authority scale: Representing the status relationship between speaker and hearer. Penjelasan: Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. (5) Social distance scale: indicating the degree of familiarity between speaker and hearer. (Leech, 1983). Penjelasan: social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat hubungan social antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. b. Skala Kesantunan Brown and Lavinson Terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ketiga skala tersebut ditentukan secara kontekstual, sosial, dan cultural yang selengkapnya mencakup skala-skala berikut: (1) skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra tutur (Social distance between speaker and hearer) banyak ditentukan oleh parameter perbedaan umur, jenis kelamin dan latar belakang sosiokultural. (2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the speaker and hearer relative power) atau seringkali disebut dengan peringkat kekuasaan (power ratting) didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra tutur. (3) Skala pringkat tindak tutur atau sering pula disebut dengan rank ratting atau lengkapnya adalah the degree of imposition associated with the required expenditure of goods or service didasarkan atas kedudukan relative tindak tutur yang satu dengan tindak tutur lainnya. 12

c. Skala Kesantunan Robin Lakoff Robin Lakoff (1972) menyatakan tiga ketentuan untuk dapat dipenuhinya kesantunan di dalam kegiatan bertutur. Ketiga ketentuan itu adalah sebagai berikut: (1) Di dalam skala kesantunan pertama, yakni skala formalitas (formality scale) dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa nyaman dan kerasan dalam kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa dan tidak bolek berkesan angkuh. (2) Skala yang kedua, yakni skala ketidaktegasan (hesitancy scale) atau seringkali disebut skala pilihan (optionality scale) menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman dan kerasan dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur harus diberikan oleh kedua belah pihak. (3) Skala kesantunan ketiga, yakni peringkat kesekawanan atau kesamaan menunjukkan bahwa agar dapat bersifat santun, orang haruslah bersikap ramah dan selalu mempertahankan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Leech (Kunjana,,2005:66) mengatakan setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Alasan penulis menggunakan teori ini, karena teori ini bisa di jadikan panduan bagi si penulis untuk mengkaitkan maksim-maksim skala kesantunan Leech dengan pantun merisik pada perkawinan masyarakat Melayu. Kanena makna maupun kesantunan bahasa pada pantun merisik, penulis akan mencoba menjelaskan dengan menggunakan kelima maksim yang terdapat di dalam skala kesantunan Leech. 13