BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

KULIAH UMUM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

DATA MENCERDASKAN BANGSA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta


Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BERITA RESMI STATISTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

Indeks Tendensi Konsumen Sulawesi Selatan Triwulan III

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Uraian Estimasi Pendapatan

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2017

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

SIAPA MAU BONUS? Sonny Harry Budiutomo Harmadi Kepala Lembaga Demografi FEUI Ketua Umum Koalisi Kependudukan

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BERITA RESMI STATISTIK

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berdampak merangsang perkembangan perekonomian (meningkatkan pertumbuhan ekonomi) di wilayah tersebut (Arsyad, 1999:298). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesungguhnya harus mampu memaksimalkan seluruh potensi sumber daya yang ada (sumber daya manusia/penduduk dan sumber daya alam) secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan merangsang perkembangan seluruh aktivitas perekonomian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sesuai dengan yang diharapkan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi kependudukan (sumber daya manusia) cukup besar yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi daerah. Menurut Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Whynandin Irawan, penduduk Indonesia pada tahun 2010 menempati peringkat keempat dunia dengan jumlah penduduk terbanyak. Jumlah penduduk Indonesia sesuai hasil sensus penduduk tahun 2000 adalah 205.132.458 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2010 1

adalah 237.641.326 jiwa (BPS, 2011). Penduduk Indonesia selama 10 tahun mengalami pertumbuhan sebesar 15,84% atau sekitar 1,49% pertahun. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 dan 2010 dapat dipastikan Indonesia lambat laun akan mengalami fenomena bonus demografi. Jati (2015:2-18) menjelaskan bahwa bonus demografi merupakan suatu transisi demografis dimana terjadi kenaikan dua kali lipat penduduk usia kerja, penundaan usia penduduk muda, dan semakin sedikitnya usia manula sehingga akan menimbulkan dampak positif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi. Fenomena tersebut akan mencapai puncaknya pada tahun 2017-2019 (tahap pertama) dan tahun 2020-2030 (tahap kedua). Fenomena bonus demografi dapat menjadi sebuah jendela peluang (windows of opportunity) maupun sebuah jendela bencana (windows of disasters) untuk pembangunan perekonomian suatu negara, tergantung kebijakan pemerintah dalam memaknai dan memanfaatkan segala peluang yang terjadi. Fenomena bonus demografi dapat diketahui dengan melihat presentase pertumbuhan penduduk yang cenderung mengalami penurunan. Hal ini merupakan dampak dari susksesnya pelaksanaan program pengendalian penduduk yang telah digalakkan sejak beberapa dasawarsa yang lalu hingga saat ini. Peristiwa penurunan presentase pertumbuhan penduduk yang terjadi secara bertahap menunjukkan bahwa telah terjadi berkurangnya tingkat kelahiran, sehingga dalam waktu tertentu berdampak meningkatnya pertumbuhan penduduk usia produktif (tenaga kerja) dalam sebuah sistem perekonomian. Sesuai grafik 1.1 proyeksi presentase pertumbuhan Penduduk Indonesia pada tahun 2011-2015 secara bertahap 2

cenderung mengalami penurunan, namun secara absolut/jumlah terus mengalami peningkatan. 260000 255000 250000 245000 240000 1,5 1,45 1,4 1,35 1,3 1,25 235000 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah (dalam ribuan) 241990,7 245425,2 248818,8 252164,8 255461,7 Pertumbuhan (dalam %) 1,46 1,42 1,38 1,34 1,31 1,2 Sumber: BPS, 2013. Diolah. Grafik 1.1 Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2011-2015 Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi di Indonesia dan mampu melebihi pertumbuhan penduduk tingkat nasional. Sesuai tabel 1.1 ternyata pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 3,31% dan terendah pada tahun dicapai 2015 sebesar 2,90% serta mempunyai rata-rata sebesar 3,11%, sedangkan pertumbuhan penduduk nasional tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 1,46% dan terendah dicapai pada tahun 2015 sebesar 1,31% serta rataratanya hanya sebesar 1,38%. Pertumbuhan penduduk di Provinsi Kepulauan Riau disebabkan oleh gelombang migrasi masuk yang cukup banyak karena adanya daya tarik pada sektor perindustrian di wilayah tersebut. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami. 3

Tabel 1.1 Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2011-2015 No Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 Rata- Rata 1 Aceh 2,12 2,08 2,04 1,99 1,94 2,03 2 Sumatera Utara 1,48 1,42 1,36 1,30 1,24 1,36 3 Sumatera Barat 1,39 1,36 1,33 1,29 1,27 1,33 4 Riau 2,71 2,67 2,62 2,57 2,52 2,62 5 Jambi 1,93 1,88 1,83 1,77 1,73 1,83 6 Sumatera Selatan 1,56 1,52 1,48 1,44 1,40 1,48 7 Bengkulu 1,79 1,75 1,72 1,68 1,63 1,71 8 Lampung 0,81 0,76 0,70 0,64 0,60 0,70 9 Kep. B. Belitung 2,28 2,26 2,22 2,19 2,15 2,22 10 Kep. Riau 3,31 3,22 3,12 3,01 2,90 3,11 11 DKI Jakarta 1,16 1,13 1,09 1,06 1,02 1,09 12 Jawa Barat 1,65 1,60 1,56 1,52 1,48 1,56 13 Jawa Tengah 0,87 0,84 0,80 0,78 0,75 0,81 14 DI Yogyakarta 1,23 1,21 1,19 1,17 1,16 1,19 15 Jawa Timur 0,73 0,70 0,67 0,64 0,61 0,67 16 Banten 2,39 2,33 2,27 2,20 2,14 2,27 17 Bali 1,28 1,25 1,23 1,20 1,17 1,23 18 NTB 1,45 1,42 1,38 0,49 2,15 1,38 19 NTT 1,75 1,72 1,70 1,67 1,65 1,70 20 Kalimantan Barat 1,76 1,71 1,66 1,61 1,56 1,66 21 Kalimantan Tengah 2,45 2,40 2,36 2,31 2,26 2,36 22 Kalimantan Selatan 1,97 1,90 1,84 1,77 1,71 1,84 23 Kalimantan Timur 2,73 2,68 2,61 2,55 2,49 2,61 24 Sulawesi Utara 1,24 1,20 1,15 1,11 1,07 1,15 25 Sulawesi Tengah 1,77 1,73 1,69 1,64 1,61 1,69 26 Sulawesi Selatan 1,19 1,15 1,12 1,08 1,04 1,12 27 Sulawesi Tenggara 2,26 2,23 2,18 2,14 2,10 2,18 28 Gorontalo 1,70 1,67 1,64 1,60 1,58 1,64 29 Sulawesi Barat 1,97 1,95 1,95 1,93 1,92 1,94 30 Maluku 1,87 1,83 1,81 1,78 1,76 1,81 31 Maluku Utara 2,29 2,24 2,18 2,13 2,07 2,18 32 Papua Barat 2,70 2,67 2,64 2,60 2,55 2,63 33 Papua 2,04 2,01 1,97 1,93 1,89 1,97 Indonesia (Nasional) 1,46 1,42 1,38 1,34 1,31 1,38 Sumber: BPS, 2013. Diolah. 4

Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah salah satu parameter kependudukan untuk mengukur tingkat beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif (penduduk belum produktif dan yang sudah tidak produktif). Sesuai grafik 1.2 dapat diketahui bahwa Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 mempunyai rasio ketergantungan yang cukup tinggi daripada rasio ketergantungan tingkat nasional. Perkembangan rasio ketergantungan di tingkat nasional menunjukkan trend yang positif (cenderung mengalami penurunan), sedangkan rasio ketergantungan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan trend yang negatif (cenderung mengalami kenaikan). Rasio ketergantungan dengan trend negatif menunjukkan semakin bertambahnya penduduk usia non produktif sehingga akan mempengaruhi perubahan alokasi pendapatan penduduk usia produktif. Pendapatan penduduk usia produktif yang semula cenderung dialokasikan untuk tabungan/investasi, namun dengan bertambahnya rasio ketergantungan maka akan cenderung dialokasikan untuk konsumsi (untuk membiayai kebutuhan penduduk non produktif). Perkembangan rasio ketergantungan akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan ekonomi daerah. 5

50,10 49,60 48,24 49,30 48,49 49,40 49,56 48,90 48,60 47,49 2011 2012 2013 2014 2015 Prov. Kep. Riau Indonesia (Nasional) Sumber: BPS, 2013 dan BPS Prov Kep Riau, 2015. Diolah. Grafik 1.2 Rasio Ketergantungan Provinsi Kepulauan Riau dan Rasio Ketergantungan Tingkat Nasional Tahun 2011-2015 Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah parameter kuantitatif yang menunjukkan perkembangan perekonomian dalam periode tahun tertentu diukur dengan cara membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi sebelumnya (Sukirno, 2006:9). Sesuai grafik 1.3 ternyata Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 mempunyai pertumbuhan ekonomi daerah yang fluktuatif dan cenderung menurun, namun masih cukup baik daripada pertumbuhan ekonomi tingkat nasional. Pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Kepulauan Riau selama lima tahun tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 7,63%, sedangkan pertumbuhan ekonomi secara nasional tertinggi dicapai pada tahun 2012 hanya sebesar 6,61%. Pertumbuhan ekonomi tingkat provinsi yang lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi tingkat nasional bukanlah sebuah keberhasilan yang cukup memuaskan karena masih terdapat beberapa tahun yang belum optimal dalam mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2015. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi 6

Kepulauan Riau yang dapat melebihi target hanya pada tahun 2012 sebesar 7,63%, sedangkan pada tahun 2011, 2013, 2014, dan 2015 masih belum mencapai target. 7,50 6,96 6,16 7,63 7,60 6,61 7,80 7,90 8,00 7,21 6,62 6,02 5,71 5,20 4,98 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Prov Kep Riau Target Prov Kep Riau Indonesia (Nasional) Sumber: Bappeda 2015 dan BPS Prov Kep Riau 2016. Diolah. Grafik 1.3 Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Serta Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tahun 2011-2015 Sayifullah et al. (2013:60-61) menerangkan bahwa terdapat dua aliran dalam melihat peranan penduduk terhadap pembangunan (pertumbuhan ekonomi). Kedua aliran itu adalah aliran optimis dan aliran pesimis. Aliran optimis berpendapat antara penduduk dengan pembangunan (pertumbuhan ekonomi) mempunyai hubungan yang positif, sedangkan aliran pesimis berpendapat diantara keduanya terdapat arah hubungan yang negatif. Sesuai dengan pendapat aliran optimis dapat diketahui penduduk mempunyai peran dalam mendorong pembangunan, sedangkan aliran pesimis berpendapat penduduk merupakan sebuah masalah yang menghambat pembangunan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan variabel kependudukan (pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan) mempunyai hubungan yang erat dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam sebuah proses 7

pembangunan ekonomi daerah. Sesuai hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Fitriani, 2012); serta rasio ketergantungan/ dependency ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Syamsuddin, 2013). 1.2 Rumusan Masalah Sesuai identifikasi latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diketahui bahwa perkembangan variabel kependudukan dan variabel non kependudukan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 belum optimal. Variabel kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan rasio ketergantungan yang cenderung menunjukkan trend negatif. Adapun variabel non kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi daerah yang fluktuatif dan cenderung menurun serta belum optimal dalam mencapai target. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa belum diketahui pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, saya berminat untuk melaksanakan sebuah penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Ketergantungan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2015. 8

1.3 Tujuan Sesuai rumusan masalah yang telah saya uraikan, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menganalisis perbandingan pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan, dan pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015; serta 2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015. 1.4 Manfaat Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai macam manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan tinggi di Indonesia; 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam merumuskan sebuah kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, serta studi kependudukan; 3. Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menuangkan gagasan untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah; 9

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para pembaca mengenai seberapa besar pengaruh variabel kependudukan terhadap pertumbuhan ekonomi; dan 5. Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan secara nyata dari beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli ekonomi terkemuka. 10

1.5 Kerangka Penulisan Latar Belakang Berdasarkan data stastistik yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015 mempunyai laju pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih baik daripada laju pertumbuhan ekonomi tingkat nasional, namun belum optimal dalam mencaapai target RPJMD serta perkembangaanya yang fluktuatif dan cenderung menurun. Rumusan Masalah Perkembangan variabel kependudukan dan variabel non kependudukan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 belum optimal. Variabel kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan rasio ketergantungan yang cenderung menunjukkan trend negatif. Adapun variabel non kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi daerah yang fluktuatif dan cenderung menurun serta belum optimal dalam mencapai target. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa belum diketahui pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, saya berminat untuk melaksanakan sebuah penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Ketergantungan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2015. Data yang digunakan adalah sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (nasional), Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau dan Badan Pusat Statistik kabupaten/kota. Data tersebut berupa data panel yang terdiri dari data laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan, dan laju pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015. Tujuan 1. Menganalisis perbandingan pertumbuhan penduduk rasio ketergantungan, dan pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015; serta 2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015. Analisi regresi data panel. Metode Analisis 11