ISSN 1410-1939 EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI HAMA Sitophilus oryzae L. PADA SIMPANAN BERAS [THE AFFECTIVITY OF BIO-INSECTICIDES ON THE GROWTH OF Sitophilus oryzae L. POPULATION IN RICE STORAGE] Aryunis, Wilma Yunita, dan Fitry Tafzi 1 Abstract This study was aimed at investigating the affectivity of various bio-insecticides on suppressing the development of Sitophilus oryzae population during the storage of rice. The investigation was carried out at the Plant Pest Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Jambi. It took six months to accomplish the investigation. The trial was arranged in a Completely Randomized Design consisted of seven treatments and four replicates. The treatments tested were the application of bioinseticide, i.e. dringo, small chilli pepper, large chilli pepper, onion, garlic, cinnamon materials, and one control (with no bio-insecticide). All these materials were applied at 2.5% (w/w). The variables observed were the population of S. oryzae, weight loss, damaged grains and rice water content. The results indicated that the development of S. oryzae population in rice storage was effectively suppressed by the application of the dringo as a bio-insecticide. On the other hand, the population was highest in rice storage treated with small chilli pepper and onion. Key words: bio-insecticide, Sitophilus oryzae, rice. Kata kunci: pestisida nabati, Sitophilus oryzae, beras. PENDAHULUAN Beras masih merupakan makanan pokok dan dipandang sebagai produk kunci dalam perekonomian Indonesia, sehingga apabila terjadi kekurangan suplai pada harga yang wajar dianggap sebagai ancaman terhadap kestabilan ekonomi dan politik. Beras dalam jumlah stok yang besar dapat dipastikan memerlukan jangka waktu penyimpanan yang cukup lama. Beras pada umumnya merupakan bahan yang tergolong mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan, terutama apabila tidak diberi perlakuan. Oleh sebab itu, penjagaan kualitas menjadi sangat penting artinya agar bahan yang disimpan tidak menurun kualitasnya, dapat disimpan lama, susut kuantitas sekecil mungkin serta dapat disalurkan sebagaimana mestinya Salah satu penyebab kerusakan beras di dalam gudang penyimpanan adalah adanya serangan serangga Sitophilus oryzae L. Serangga ini merupakan hama gudang primer yang menyerang beras dan gabah dalam penyimpanan. Mangoendihardjo (1978) menjelaskan bahwa S. oryzae menyerang bahan simpanan dengan jalan menggerek bulir padi atau beras dan memakan habis isinya. Serangan hama ini dapat mengakibatkan kualitas dan kuantitas bahan simpanan merosot. Hal ini terjadi karena hama tersebut selain merusak juga mengotori bahan simpanan sehingga mengakibatkan timbulnya bau yang tidak enak dan rasanya berkurang atau berubah sama sekali. Keadaan ini menyebabkan harga beras di pasaran menjadi turun. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan pengendalian hama S. oryzae. Cara yang banyak digunakan untuk mengendalikan S. oryzae adalah menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida cukup efektif, tetapi mendatangkan permasalahan yaitu terdapat residu pada beras yang diberi insektisida. Hal ini berbahaya karena residu tersebut bersifat karsinogenik. Salah satu alterrnatif pengendalian S. oryzae yang efektif dan efisien dan tidak menimbulkan efek samping terhadap bahan simpanan (beras) selama penyimpanan adalah dengan menggunakan bio-pestisida yaitu pestisida nabati. Pestisida nabati adalah pestisida yang didapatkan dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang tersedia secara lokal. Keunggulan insektisida nabati adalah tidak mence- 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat 36361. 37
Jurnal Agronomi 9(1): 37-42 mari lingkungan, lebih bersifat spesisfik, residu relatif pendek dan kemungkinan hama tidak mudah resisten terhadapnya (Oka, 1993). Di dalam ekstrak tumbuhan, biasanya terdapat senyawa aktif, namun keberadaannya dapat meningkatkan aktifitas ekstrak secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan serangga tidak mudah menjadi resisten terhadap insektisida nabati dengan beberapa bahan aktif, karena kemampuan serangga membentuk sistem perlawanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda dibandingkan dengan insektisida tunggal (Grainge dan Achmed, 1988). Selain itu sifat senyawa tersebut diharapkan dapat menggantikan insektisida sintetis, yang ternyata menimbulkan dampak negatif karena spektrum daya bunuhnya yang luas terhadap berbagai serangga parasit maupun predator. Hal ini berlainan dengan penggunaan insektisida nabati yang mempunyai spektrum daya bunuh yang relatif sempit (Sastrodihardjo, 1992). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bahan nabati yang efektif dalam menekan perkembangan populasi S. oryzae pada simpanan beras. METODA PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi selama 6 bulan. Bahan yang digunakan adalah beras yang berasal dari gabah yang baru digiling, hama S. oryzae, rimpang dringo, cabe keriting, cabe rawit, bawang merah, bawang putih dan kulit kayu manis. Alat yang digunakan adalah topless, kaca pembesar, kuas halus, hand counter, timbangan biasa, moisture tester, termometer, higrometer dan mikroskop. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu: A0 = tanpa bahan nabati, A1 = rimpang dringo 2,5% dari berat simpanan beras, A2 = cabe keriting 2,5% dari berat simpanan beras, A3 = cabe rawit 2,5% dari berat simpanan beras, A4 = bawang merah 2,5% dari berat simpanan beras, A5 = bawang putih 2,5% dari berat simpanan beras dan A6 = kulit kayu manis 2,5% dari berat simpanan beras. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan Analisis Ragam Peubah Tunggal (Univariate Analysis of Variance). Untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan digunakan uji pembanding nilai tengah dengan Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Model statistika untuk percobaan ini adalah: Yij = µ + αi + εij Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j µ = Pengaruh nilai tengah α = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Galat perlakuan ke-i, ulangan ke-j Pengamatan dilakukan sebulan sekali selama 4 bulan terhadap: Populasi hama S. oryzae, susut bobot, butir rusak, dan kadar air beras. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Populasi hama Populasi hama Sitophilus oryzae L. selama penyimpanan beras dapat dilihat pada Gambar 1. Populasi Hama 800 700 600 500 400 300 200 100 0 a0 a1 a2 a3 a4 a5 a6 Bulan Gambar 1. Rata-rata populasi hama S. oryzae akibat pengaruh pemberian insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan 38
Aryunis et al.: Uji Efektifitas Insektisida Nabati terhadap Sitophilus oryzae. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada bulan pertama pemberian bahan nabati tidak berpengaruh nyata terhadap populasi hama S. oryzae. Namun pada bulan ke-dua, ke-tiga dan ke-empat pemberian bahan nabati berpengaruh nyata. Populasi S. oryzae lebih sedikit pada simpanan beras yang diberi bahan nabati dringo dan kayu manis dibandingkan bahan nabati lainnya (Tabel 1). Susut bobot Susut bobot beras selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa pada bulan pertama, ke-tiga dan ke-empat pemberian insektisida nabati berpengaruh nyata terhadap susut bobot beras. Simpanan beras yang diberi cabe rawit mengakibatkan susut bobot paling tinggi dibandingkan perlakuan insektisida nabati lainnya. Pada bulan pertama, susut bobot beras tanpa perlakuan insektisida nabati tidak berbeda nyata dengan dringo, tetapi berbeda nyata dengan cabe rawit, cabe keriting, bawang putih, bawang merah dan kulit kayu manis. Pada bulan ke-dua, susut bobot antar perlakuan tidak berbeda nyata. Selanjutnya pada bulan ke-tiga, susut bobot beras yang tidak diberi insektisida nabati berbeda nyata dengan yang diberi cabe rawit, tetapi tidak berbeda nyata dengan yang diberi insektisida nabati lainnya. Kemudian pada akhir pengamatan (bulan ke-empat), susut bobot beras yang tidak diberi insektisida nabati tidak berbeda nyata dengan yang diberi perlakuan dringo, tetapi berbeda nyata dengan yang diberi insektisida nabati lainnya. Rata-rata susut bobot beras selama periode penyimpanan disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Rata-rata populasi hama S. oryzae pada simpanan beras akibat pemberian insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan Insektisida nabati Rata-rata populasi S. oryzae (ekor) pada beberapa periode simpan (bulan) Tanpa bahan nabati 1,75a 14,50ab 32,00a 34,25a Dringo 0,50a 1,25a 9,25a 3,75a Cabe keriting 2,50a 27,50b 67,75ab 243,25ab Cabe rawit 1,75a 18,50ab 174,50b 568,50bc Bawang merah 2,50a 28,00b 74,25ab 701,50c Bawang putih 2,50a 19,75ab 88,25ab 106,25ab Kulit kayu manis 1,75a 4,25a 38,75a 145,00ab Susut Bobot (%) 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 a0 a1 a2 a3 a4 a5 a6 Bulan ke- Gambar 2. Rata-rata susut bobot beras dengan pemberian berbagai insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan 39
Jurnal Agronomi 9(1): 37-42 Tabel 2. Rata-rata susut bobot beras dengan pemberian insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan Insektisida nabati Susut bobot beras (%) pada beberapa periode simpan (bulan) Tanpa bahan nabati 0,8726 b 0,8414 a 0,3911 ab 1,7588 ab Dringo 0,8235 b 0,5399 a 0,3239 ab 1,3760 a Cabe keriting 0,4314 a 0,5398 a 0,2879 ab 2,4543 abc Cabe rawit 0,4999 a 3,4436 a 0,8064 b 4,5097 c Bawang merah 0,2680 a 1,1917 a 0,2554 ab 3,9679 bc Bawang putih 0,4956 a 0,3453 a 0,2490 ab 2,2656 abc Kulit kayu manis 0,3434 a 0,3745 a 0,0993 a 1,6722 ab Butir rusak Jumlah butir rusak selama penyimpanan beras dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada bulan pertama, belum terdapat butir rusak pada simpanan beras. Akan tetapi pada bulan ke-dua dan ke-tiga pemberian insektisida nabati tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah butir rusak. Selanjutnya pada bulan ke-empat pemberian insektisida nabati berpengaruh nyata terhadap jumlah butir rusak. Pada bulan ke-dua persentase butir rusak akibat serangan S oryzae pada pemberian dringo berbeda nyata dari pemberian cabe rawit, bawang merah dan bawang putih; tetapi tidak berbeda nyata dari cabe keriting dan kulit kayu manis. Pada bulan ketiga, pemberian insektisida cabe rawit berbeda nyata dengan tanpa insektisida nabati, dringo, cabe keriting dan kulit kayu manis, tetapi tidak berbeda nyata dengan bawang merah dan bawang putih. Pada bulan ke-empat pemberian insektisida nabati cabe rawit dan bawang merah tidak berbeda nyata dengan cabe keriting, tetapi berbeda nyata dengan tanpa insektisida nabati, dringo, bawang putih dan kulit kayu manis. Rata-rata butir rusak akibat serangan S oryzae pada simpanan beras dengan pemberian berbagai insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan selanjutnya disajikan pada Tabel 3. 1,6 Butir Rusak (%) 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 a0 a1 a2 a3 4 a5 a6 Bulan Gambar 3. Rata-rata butir rusak simpanan beras dengan pemberian berbagai insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan 40
Aryunis et al.: Uji Efektifitas Insektisida Nabati terhadap Sitophilus oryzae. Kadar air Kadar air beras selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada bulan pertama, ke-dua, ke-tiga, dan ke-empat pemberian insektisida nabati tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kadar air simpanan beras. Pemberian insektisida nabati pada simpanan beras tidak menghasilkan perbedaan yang nyata terhadap perubahan kadar air pada masing-masing media beras yang diperlakukan, kecuali pada bulan ke-dua. Pada bulan ke-dua, kadar air simpanan beras yang tidak diberi bahan insektisida nabati tidak berbeda nyata dengan kadar air simpanan beras yang diberi perlakuan cabe keriting dan cabe rawit, tetapi berbeda nyata dengan yang diberi dringo, bawang putih, bawang merah dan kulit kayu manis. Rata-rata kadar air simpanan beras pada pemberian berbagai insektisida nabati selama periode penyimpanan disajikan pada Tabel 4. Pembahasan Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi S. oryzae pada bulan pertama tidak berbeda nyata pada masing-masing bahan nabati. Hal ini disebabkan S. oryzae masih berada pada fase larva dan pupa atau belum mencapai fase imago. Hal ini sesuai pendapat Mangoebdihardjo (1978) yang menyatakan bahwa siklus hidup hama ini adalah 30 sampai 40 hari. Tabel 3. Rata-rata butir rusak akibat serangan hama S oryzae pada pemberian berbagai insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan. Insektisida nabat Butir rusak (%) pada beberapa periode simpan (bulan) Tanpa bahan nabati 0,0000a 0,0157a 0,0756a 0,0722a Dringo 0,0000a 0,0170a 0,0216a 0,0323a Cabe keriting 0,0000a 0,0107ab 0,0771a 0,5036ab Cabe rawit 0,0000a 0,0171b 0,2847b 1,3578ab Bawang merah 0,0000a 0,0194b 0,1559ab 1,3202b Bawang putih 0,0000a 0,0094b 0,1125ab 0,1405a Kulit kayu manis 0,0000a 0,0138ab 0,0535a 0,2930a Kadar Air (%) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 a0 a1 a2 a3 a4 a5 a6 Bulan Gambar 4. Rata-rata kadar air simpanan beras dengan pemberian berbagai insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan. 41
Jurnal Agronomi 9(1): 37-42 Tabel 4. Rata-rata kadar air simpanan beras dengan pemberian berbagai insektisida nabati selama beberapa periode penyimpanan Insektisida nabati Kadar air (%) pada beberapa periode simpan (bulan) Tanpa bahan nabati 11,77a 13,72a 10,44a 13,10a Dringo 10,30a 10,61a 10,66a 12,32a Cabe keriting 11,44a 11,90ab 11,14a 11,49a Cabe rawit 7,94a 15,53a 10,08a 15,06a Bawang merah 11,27a 10,00a 9,95a 12,22a Bawang putih 9,87a 9,88a 11,21a 13,06a Kulit kayu manis 8,23a 10,04a 11,89a 13,24a Pada pengamatan bulan ke-dua, ketiga dan keempat populasi S. oryzae terendah terdapat pada simpanan beras yang mendapat perlakuan pemberian bahan nabati dringo. Rendahnya populasi hama tersebut disebabkan dringo mengandung bahan aktif aserone yang merupakan racun serangga yang berfungsi melemahkan sistem syaraf pusat serangga. Di samping itu, diduga aserone dapat mengakibatkan kematian pada S. oryzae karena ketajaman baunya (Dharma, 1985). Dilihat dari perkembangan populasi dari bulan pertama sampai bulan ke-empat, populasi teringgi terdapat pada simpanan beras yang diberi bahan nabati cabe rawit dan bawang merah. Hal ini diduga karena bahan bahan aktif yang dikandung oleh bawang merah yaitu berupa asam catecid mudah menguap sehingga tidak mempengaruhi perkembangan hama. Pada pengamatan butir rusak (Tabel 3) terlihat bahwa persentase butir rusak terendah terdapat pada simpanan beras yang diberi perlakuan pestisida nabati dringo, sedangkan yang tertinggi terdapat pada pemberian pestisida nabati cabe rawit dan bawang merah. Hasil ini menunjukkan adanya korelasi positif antara populasi S. oryzae dengan butir rusak, yaitu semakin besar populasi S. oryzae, maka akan semakin banyak pula butir rusak yang dihasilkan. KESIMPULAN Populasi S. oryzae terendah terdapat pada simpanan beras yang diberi insektisida nabati dringo, sedangkan populasi tertinggi terdapat pada simpanan beras yang diberi insektisida nabati cabe rawit dan bawang merah. DAFTAR PUSTAKA Dharma, A. B. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Grainge, M. dan S. Achmed. 1988. Handbook of Plant with Pest Control Properties. John Willey and Sons, New York. Mangoendihardjo, S. 1978. Hama-hama Tanaman Pertanian di Indonesia III (pada Bahan Dalam Simpanan). Yayasan Pembina Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta. Oka, I. N. 1993. Penggunaan, permasalahan serta prospek pestisida nabati dalam pengendalian hama terpadu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Insektisida Nabati, Bogor 1-2 Desember 1993. Balittro, Bogor. Sastrodihardjo, S. 1992. Penggunaan Produk Alami dalam Pengendalian Hama Terpadu. PAU Ilmu Hayati ITB, Bandung. 42