AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Suhu dan ph Pada Pembuatan Yoghurt Jahe Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Alat Fermentor

PENINGKATAN KUALITAS YOGHURT DARI SUSU KAMBING DENGAN PENAMBAHAN BUBUK SUSU SKIM DAN PENGATURAN SUHU PEMERAMAN

Peningkatan Cita Rasa dan Tekstur Yoghurt dari Susu Kambing dengan Penambahan Konsentrasi Inokulan

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

PENINGKATAN PENDAPATAN ANGGOTA PKK MELALUI USAHA PEMBUATAN YOGHURT DI DESA WISATA MULYOREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

Makalah Manajemen Kewirausahaan USAHA PRODUKSI MINUMAN YOGURT KACANG MERAH. Disusun Oleh : Mega Ayu Puspitasari ( )

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

Oleh : Dr.Ir. Astuti, M.P. Ir. Ekosari Roektiningrum, M.P. Himatul Hasanah, M. P

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor Dinas Petemakan Kotamadya Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan Yoghurt Page 1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PANEN SUSU MENJADI YOGURT Di PERUSAHAAN SAPI PERAH MULYA JATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I b M KELOMPOK TERNAK SAPI: PEMBUATAN YOGHURT DARI SUSU SAPI SKALA RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

Chemistry In Our Daily Life

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. lemak, laktosa, mineral, vitamin, dan enzim-enzim (Djaafar dan Rahayu, 2007).

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DUSUN GADING CANGKRINGAN, SLEMAN, DIY MELALUI PENYULUHAN PEMBUATAN YOGHURT ANEKA RASA

Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Satu diantara berbagai problema yang ada di negara berkembang seperti di

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. laktasi oleh hewan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi dan memberikan

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol

BABI PENDAHULUAN. Rawon merupakan salah satu makanan khas Jawa Timur yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

Susu Fermentasi dan Yogurt

STUDI KASUS KADAR FORMALIN PADA TAHU DAN KADAR PROTEIN TERLARUT TAHU DI SENTRA INDUSTRI TAHU DUKUH PURWOGONDO KECAMATAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Menurut Davis (1975), umumnya bakteri Streptococcus adalah penghasil asam laktat, tumbuh sangat baik pada ph 6,

Prinsip pengawetan. Mencegah/memperlambat kerusakan mikrobial. Mencegah/memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan

Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan Yogurt : Suatu Review

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

Pengawetan pangan dengan pengeringan

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

TEKNOLOGI FERMENTASI PANGAN. Agroindustrial Departement, Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

TELUR ASIN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Susu sapi merupakan salah satu produk hasil peternakan yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Pembuatan Yogurt dari Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata) dengan Starter Lactobacillus Bulgarius dan Streptococcus thermophilus Menggunakan Fermentor

PENGANTAR. Latar Belakang. Pendapatan nasional per kapita masyarakat Indonesia meningkat dari

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

Transkripsi:

158 PENGABDIAN MASYARAKAT PELATIHAN PEMBUATAN YOGHURT BAGI MASYARAKAT PETERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN MULYOREJO, SURABAYA Dhandy Koesoemo Wardhana, Soetji Prawesthirini, Mustofa Helmi Effendi Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga ABSTRAK Susu merupakan bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. karena kandungan gizinya yang sangat baik untuk kesehatan. Untuk meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur simpan dari susu segar perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut antara lain yoghurt. Permasalahan yang dialami saat ini adalah belum membudayanya mengkonsumsi olahan susu sapi seperti yoghurt karena belum ada tahap pengenalan atau promosi sebelumnya serta masyarakat mengkhawatirkan adanya rasa dan bau khas pada yoghurt yang kurang sesuai dengan selera masyarakat di Indonesia maka dari itu perlu dilakukan pengenalan dan pelatihan pembuatan yoghurt dari susu sapi, diharapkan kegiatan ini dapat menciptakan peningkatan konsumsi susu sapi yang telah berupa yoghurt terutama di kota Surabaya. Kesimpulan yang diperoleh dari pelatihan tersebut adalah: Pengetahuan dan pemahaman masyarakat di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya dalam merancang dan membuat produk olahan susu menjadi meningkat, Keterampilan masyarakat di Kecamatan Mulyorejo dalam pembuatan sediaan yoghurt meningkat terutama dalam teknik pembuatan starternya. Kata kunci: Yoghurt, Susu, Sapi Perah, Mulyorejo Pendahuluan Susu merupakan bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini sudah diketahui pula oleh masyarakat yang hidup sebelum tahun masehi dikenal, bahwasanya susu dapat mendorong pertumbuhan manusia dengan sangat baik sejak bayi sampai dewasa. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, permintaan susu yang diimbangi dengan adanya usaha untukmengolah susu segar menjadi berbagai bentuk olahan meningkat pula. Konsumsi susu per kapita di negara-negara berkembang termasuk Indonesia terus-menerus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode tahun 1978-1982, konsumsi susu ratarata per kapita di Indonesia mengalami peningkatan dengan ratarata 3.5% per tahun. Sedangkan dalam periode tahun 1983-1987, konsumsi

159 susu rata-rata per kapita meningkat 1.3% per tahun. Peningkatan konsumsi tersebut berakibat terhadap permintaan susu yang semakin besar dari tahun ke tahun (Siregar, 1990). Peningkatan produksi susu harus diimbangi dengan pengamanannya untuk mempertahankan keadaan susu dari pengaruh fisis, khemis dan mikrobiologis yang tidak dikehendaki dengan cara pengawetan, karena susu juga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Teknologi pangan yang semakin berkembang memungkinkan cara pengawetan susu untuk memperoleh daya tahan yang lama dan penganekaragaman produk tanpa mengurangi kandungan gizi, bahkan menambah kadar gizi dan citarasanya antara lain melalui proses fermentasi susu menjadi produk yang dinamakan yoghurt. Kandungan gizi yoghurt lebih tinggi dari susu biasa, ini disebabkan kadar komponen-komponen susu yang kompleks dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh mikroba starter sehingga lebih mudah dicerna (Porter, 1975). Robinson (2002) mengemukakan beberapa tujuan kesehatan yang telah dibuktikan melalui konsumsi susu fermentasi, termasuk yoghurt, yaitu memacu pertumbuhan karena meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat gizi, mengurangi atau membunuh bakteri jahat dalam saluran pencernaan, menormalkan kerja usus besar (mengatasi konstipasi dan diare), memiliki efek anti kanker, mengatasi masalah lactose intolerance, berperan dalam detoksifikasi dan mengatasi stres, serta mengontrol kadar kolesterol dalam darah dan tekanan darah. Permasalahan yang dihadapi adalah belum membudayanya mengkonsumsi olahan susu sapi seperti yoghurt karena belum ada tahap pengenalan atau promosi sebelumnya. Alasan yang lain, masyarakat mengkhawatirkan adanya rasa dan bau khas pada yoghurt yang kurang sesuai dengan selera masyarakat di Indonesia. Untuk itu pengenalan dan pelatihan pembuatan yoghurt dari susu sapi diharapkan dapat menjadi jawaban agar dapat tercipta peningkatan konsumsi susu sapi yang telah berupa yoghurt terutama di kota Surabaya. Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan Pengabdian Masyarakat berupa Pelatihan Pembuatan Yoghurt bagi Masyarakat Peternak Sapi Perah di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya.

160 Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dalam tiga tahap meliputi I. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah: (1) pembentukan panitia pelaksana kegiatan pelatihan; (2) pembuatan proposal; (3) survey dan perijinan ke tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan; (4) pembuatan undangan ke masyarakat peternak sapi perah, ibuibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di kecamatan Mulyorejo Surabaya dengan bantuan dari pihak kecamatan. II. Tahap Pelatihan Dalam upaya peningkatan ketrampilan dan pengetahuan masyarakat di Kecamatan Mulyorejo mengenai pembuatan yoghurt, maka akan dilakukan penyuluhan, demo dan pelatihan pengolahan susu menjadi yoghurt. Proses pengolahan susu menjadi yoghurt meliputi 5 tahapan yaitu : 1. pemanasan susu, 2. Pendinginan, 3. Pemberian starter, 4. Pemeraman dan 5. penyimpanan pada suhu rendah (Soewedo, 1983). Susu yang akan difermentasi dipanaskan terlebih dulu dan pemanasan ini sangat bervariasi, baik dalam penggunaan susu maupun lama pemanasannya. Tapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menurunkan populasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yoghurt. Pemanasan susu digunakan metode pasteurisasi sekitar 85-90 o C selama 10-40 menit (Effendi et al., 2009). Setelah pemanasan susu dilakukan proses pendinginan sampai susu mencapai suhu 45 o C agar starter tidak mati ketika diinokulasikan, kemudian susu dengan suhu 45 o C itu diinokulasikan dengan starter. Pencampuran starter dengan susu harus merata dan dilakukan secara bersih agar tidak tercemar oleh bakteri lain. Tahap selanjutnya dalah pemeraman, suhu yang baik untuk pertumbuhan biakan yoghurt adalah sekitar 45 o C. Calon yoghurt tersebut sebaiknya diinkubasi pada suhu 45 o C selama 5 jam dalam kondisi anaerob. Setelah menjadi yoghurt, dinginkan yoghurt sampai suhu 5 o C di lemari pendingin untuk disimpan dan kemudian dikemas. III. Tahap Evaluasi Tahap akhir pelaksanaan adalah pembuatan laporan hasil kegiatan pelatihan dan penyerahan laporan ke Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Untuk mengetahui respon peserta terhadap kegiatan pengabdian ini, maka akan dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan berupa

161 pre-test dan post-test. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat pemahaman, partisipasi peserta, keterampilan serta motivasi untuk melanjutkan kegiatan pembuatan yoghurt secara mandiri. Hasil dan Pembahasan I. Relevansi Kegiatan bagi Masyarakat Kecamatan Mulyorejo, Surabaya Kegitan pengabdian ini memiliki relevansi dengan kebutuhan ibu ibu PKK dan UMKM di kecamatan Mulyorejo. Berdasarkan hasil survey sebelum pelaksanaan, masyarakat masih mengalami kesulitan dalam pengolahan produk susu dan kurang mengenal yoghurt. Karena keterbatasan ilmu pengetahuan atau hambatan memperoleh informasi yang benar sehingga dengan adanya pelatihan ini diharapkan masyarakat Peternak Sapi Perah, ibu ibu PKK maupun UMKM dapat mengenal, memproduksi sendiri dan memasarkan yoghurt sebagai salah satu produk olahan susu yang bergizi. II. Hasil Pre-Test dan Post Test Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang dilakukan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelatihan ternyata warga terutama ibu ibu PKK dan UMKM di kecamatan Mulyorejo, Surabaya mengalami peningkatan pemahaman mengenai pembuatan yoghurt. Hal ini ditunjukkan pada hasil pre-test yang rata rata mendapat nilai 51,2. Setelah diadakan pelatihan post-test yang dilakukan mengalami peningkatan nilai menjadi rata rata 67,8. III. Hasil Pelatihan Berdasarkan hasil pre-test, posttest, wawancara, dan pengamatan langsung selama kegiatan berlangsung, kegiatan pengabdian pada masyarakat ini memberikan hasil sebagai berikut: a. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya gizi dari susu dan produk olahannya, yaitu yoghurt. b. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam merancang dan membuat produk olahan susu, c. Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam pembuatan sediaan yoghurt, sehingga dimungkinkan peserta dapat membuat sendiri yoghurt dalam skala rumah tangga dan kemudian dipasarkan di sekitar tempat tinggal. Kesimpulan dan Saran I. Kesimpulan Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat di Kecamatan

162 Mulyorejo, Surabaya dalam merancang dan membuat produk olahan susu menjadi meningkat. 2. Keterampilan masyarakat di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya dalam pembuatan sediaan yoghurt meningkat terutama dalam teknik pembuatan starternya. II. Saran Mengingat besarnya manfaat kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, maka selanjutnya perlu: 1. Mengadakan pelatihan serupa pada masyarakat di wilayah lainnya. 2. Adanya kesinambungan dan monitoring program pasca kegiatan pengabdian ini sehingga masyarakat di Kecamatan Mulyorejo, Surabaya benar-benar dapat mempraktekkan pembuatan sediaan yoghurt ini dan bisa memasarkan yoghurt buatannya sendiri di sekitar tempat tinggal. Porter, J.W.G., 1975. Milk and Dairy Foods. Oxford University Press, London. Robinson, R. K. 2002. Dairy Microbiology Handbook 3th ed. John Wiley and Sons, Inc, New York. Siregar, S., 1990. Sapi Perah : Jenis, Tehnik Pemeliharaan dan Analisa Usaha, Penebar Swadaya, Jakarta. Soewedo, 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan dan Daging serta Telur. Liberty, Yogyakarta Daftar Pustaka Effendi, M.H., S. Hartini dan A.M. Lusiastuti. 2009. Peningkatan Kualitas Yoghurt Dari Susu Kambing Dengan Penambahan Bubuk Susu Skim Dan Pengaturan Suhu Pemeraman. J. Penelit. Med. Eksakta, Vol. 8 : 185-192