BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Menurut Salim Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. 15 Menurut Moleong ada berbagai macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah scientific paradigm (paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm (paradigma alamiah). Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme (lazimnya disebut sebagai paradigma kuantitatif) sedangkan pandangan ilmiah bersumber pada pandangan fenomenologis (lazimnya disebut sebagai paradigma kualitatif). 16 Paradigma dalam penelitian kualitatif adalah Konstruktivisme, Post Positivesme, dan Teori Kritis. Guba menyatakan: But philosophers of science now uniformly believe that facts are facts only within some theoretical framework. Thus the basis for discovering how things really are and really work is lost. Reality exist only in the context of mental framework (construct) for thinking about it. Kutipan tersebut mempunyai arti ahli-ahli filsafat ilmu pengetahuan percaya bahwa fakta hanya berada dalam kerangka kerja teori Basis untuk menemukan 15 Agus, Salim,Teori dan Paradigma Penelitian Sosial,Yogyakarta, 2006, Tiarawacana 16 Moleong, L. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung,2004, PT Remaja Rosdakarya
Sesuatu benar-benar ada dan benar-benar bekerja adalah tidak ada. Realitas hanya ada dalam konteks suatu kerangka kerja mental (konstruk) untuk berpikir tentang realitas tersebut. Ini berarti realitas itu ada sebagai hasil konstruksi dari kemampuan berpikir seseorang. Selanjutnya Guba menyatakan Constructivists concur with the ideological argument that inquiry cannot be value-free. If reality can be seen only through a theory window, it can equally be seen only through a value window. Many constructions are possible. Kutipan tersebut mempunyai arti kaum Konstruktivis setuju dengan pandangan bahwa penelitian itu tidak bebas nilai. Jika realitas hanya dapat dilihat melalui jendela teori, itu hanya dapat dilihat sama melalui jendela nilai. Banyak pengonstruksian dimungkinkan. Ini berarti menurut Guba penelitian terhadap suatu realitas itu tidak bebas nilai. Realitas hanya dapat diteliti dengan pandangan (jendela atau kacamata) yang berdasarkan nilai. Peneliti menggunakan paradigma kritis dalam meneliti karena tidak hanya terpaku dan percaya pada satu sumber akan tetapi mengumpulkan dari berbagai sumber. 3.2. Metode Penelitian Dalam penulisan penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yaitu penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain atau mengumpulkan informasi actual secara rinci dan 27
cermat yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah dan membuat perbandingan atau evaluasi. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa sistematis. Secara umum studi kasus merupakan strategi yang pertanyaan penelitiannya berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya mempunyai sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitianya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini di dalam konteks kehidupan nyata). 17 3.3 Subyek Penelitian Key Informan Untuk menentukan subjek penelitian supaya dapat menjaring informasi yang memadai agar dapat diperoleh keakuratan hasil penelitian, maka semua informasi akan digali langsung dari Bapak Imron, S.Pd, MM, selaku Kepala Museum, Bapak Daniel T., selaku Humas dari Museum Gedung Joang 45 sebagai key informan. 17 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta,2010,hal.20 28
Informan Peneliti juga mengumpulkan informasi dari tiga pengunjung Museum sebagai informan. tiga pengunjung tersebut dipilih berdasarkan usia dengan rentang usia 20-35 tahun, jenis kelamin pria dan wanita, dan pekerjaan. Informan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini bernama Renny, Nadia dan Iman. Iman berusia 35 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan pekerjaan karyawan swasta. Sedangkan informan lainnya adalah Renny, wanita dengan usia 26 tahun adalah ibu muda dan Nadia berusia 21 tahun berstatus mahasiswi di salah satu universitas di Jakarta. 3.3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam sebuah proses penelitian. Metode pengumpulan data yang penulis pergunakan meliputi: 1. Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. Dalam penelitian ini digunakan observasi partisipasi (participant observer) yaitu pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan Bungin, adapun kegunaan dari metode observasi ini, setidaknya penulis mendapat gambaran secara sekilas mengenai kualitas pelayanan yang ada di Museum Joang 45. 29
2. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber utama data. Peneliti merupakan pewawancara dan sumber data adalah orang yang diwawancarai. Selanjutnya untuk mendalami permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini maka digunakan wawancara sebagai alat bantu utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini diambil beberapa pengunjung untuk dijadikan obyek wawancara baik yang sedang mengunjungi Museum Joang 45 atau yang pernah berkunjung. Dalam penelitian ini jenis dan sumber data dilakukan dengan mengelompokkan data yang terdiri dari: 1. Data Primer Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli subyek penelitian (tidak melalui perantara) a. Observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti. b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun kelapangan dan menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. 30
2. Data Sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data ini umumnya berupa bukti catatan, dokumen atau literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.4. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif secara analitik yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil observasi dan bantuan wawancara, kemudian di deskripsikan. 3.5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Adapun triangulasi menurut Sutopo 18 merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitannya dengan hal ini, dinyatakan bahwa terdapat empat macam teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data atau sumber, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metodologis, dan (4) triangulasi teoritis. Pada dasarnya triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif, artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang saja. Sebelas Maret 18 H.B.Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif. 2006. Surakarta : Penerbit Universitas 31
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila di gali dari beberapa sumber data yang berbeda. Teknik triangulasi data menggunakan satu jenis sumber data misalnya informan, tetapi beberapa informan atau narasumber yang digunakan perlu diusahakan posisinya dari kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda. Triangulasi data juga dapat dilakukan dengan menggali informasi dari sumber data yang berbeda jenisnya, misalnya narasumber tertentu, dari kondisi tertentu, dari aktifitas yang menggambarkan perilaku orang, atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen. Dari teknik triangulasi ini diharapkan nantinya dapat memberikan hasil yang dapat di implementasikan untuk kegiatan humas yang lebih baik di Museum Joang 45 sehingga akan berdampak pada bertambahnya minat pengunjung untuk berkunjung ke Museum Gedung Joang 45. 32