BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). Keselamatan kerja para pekerja sangat penting nilainya bagi suatu perusahaan, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3. Namun, seperti yang kita lihat sekarang masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 86 ayat 1 menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pasal 86 ayat 2 menegaskan melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan kesehatan kerja. Pengendalian faktor-faktor bahaya yang dilakukan untuk meminimalkan bahkan menghilangkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja adalah dengan cara pengendalian teknis dan administratif, tetapi banyak perusahaan yang menolak untuk melaksanakan pengendalian tersebut dengan alasan biaya yang mahal. Maka perusahaan tersebut mengupayakan dengan merekomendasikan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai tindakan proteksi dini terhadap bahaya kecelakaan 1
2 dan penyakit akibat kerja yang timbul di tempat kerja. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi pihak perusahaan untuk melindungi tenaga kerjanya dari faktor dan potensi bahaya. Menurut ILO, di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Dari total jumlah itu, sekitar 70% berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Dari data BPJS Ketenagakerjaan akhir tahun 2015 menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang. Tahun 2014 yaitu 24.910 kasus kecelakaan kerja dan Tahun 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan data PT Jamsostek Provinsi Sumatera Utara cabang Medan terjadi 744 kasus, Pematang Siantar 299 kasus, Kisaran 489 kasus, Sibolga 71 kasus, Tanjung Morawa 954 kasus, Belawan 1,708 kasus dan Binjai 321 kasus. Dari 4.586 kasus tersebut, dibagi berdasarkan empat klasifikasi yaitu kondisi kerja, cedera, kondisi kerja dan sumber kecelakaan. Berdasarkan klasifikasi kondisi kerja, lanjutnya, di dalam lokasi kerja mencapai 76,93%, kecelakaan saat lalu lintas 14,59% dan di luar lokasi 8.48%. Berdasarkan klasifikasi cedera, pada bagian kaki mencapai angka dominan sebesar 20,80%, kemudian kecelakaan pada jari tangan sebesar 19,28%, kecelakaan pada mata sebesar 13,45%, dan kepala 12,58%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barisqi (2015) tentang hubungan antara kepatuhan penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja PT. Adhi Karya Tbk Proyek Rumah Sakit Telogorejo Semarang, yang menyatakan bahwa ada hubungan kepatuhan penggunaan APD (safety helmet &
3 safety shoes) dengan kejadian kecelakaan kerja. Terdapat 50,8% angka kejadian kecelakaan kerja pada pekerja PT. Adhi Karya Tbk akibat pekerja tidak patuh dalam menggunakan APD di Proyek Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan APD safety helmet (p=0,011) dan safety shoes (p=0,013) dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja PT. Adhi Karya Tbk di Proyek Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irene (2016) pada proyek konstruksi pembangunan gedung menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi pembangunan gedung. Terdapat 65,7% pekerja yang tidak menggunakan APD dan 54,3% pekerja tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri Kartika dan Yustinus Denny (2014) tentang Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri menyatakan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja dalam menggunakan APD di unit produksi alumunium sulfat PT Liku Telaga. Faktor manusia salah satunya berupa pendidikan. Internasional Labour Organization menyatakan bahwa masalah usia dan masa kerja merupakan faktor kunci penyebab kecelakaan, tetapi harus diingat pula bahwa tingginya usia tidak otomatis dapat disamakan dengan banyaknya masa kerja. Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kurangnya pengalaman kerja merupakan faktor terpentig dalam penyebab kecelakaan.
4 Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menjunjung keberhasilan tersebut maka diperlukan tempat kerja yang sehat dan selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan dan berusaha mengatasinya sehingga tercapai kondisi perusahaan tanpa kecelakaan atau zero accident. Menurut Suma mur, penyebab kecelakaan kerja secara umum adalah karena adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan tidak aman dari pekerja. Khusus mengenai tindakan tidak aman sangat erat kaitannya dengan faktor manusia atau terjadi karena kesalahan manusia. Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja, bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap risiko memiliki dampak yang berlainan. Penderes berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Sehari sebelum menderes, biasanya pohon karet diberi bahan kimia yaitu ethrel yang bertujuan agar merangsang banyaknya pengeluarkan getah. Kemudian pagi harinya mulai dideres. Kegiatan bekerja penderes yaitu: (1) Pukul 05.30 mulai menderes sekitar 750 pohon karet, kemudian menunggu getah penuh sampai jam 11.00. (2) Pukul 11.00 mengutip hasil dalam bentuk cup lump; (3) pukul 13.00 sampai dengan selesai menimbang hasil di TPH (Tempat Pemungutan Hasil) atau Latex Station.
5 Risiko kecelakaan kerja pada penderes adalah terkena serpihan kayu saat menderes, mata terkena percikan getah, mata terkena tatal, tangan terkena pisau deres saat mengasah pisau, serta kejatuhan kayu atau ranting pohon, namun hal ini jarang terjadi. Kecelakaan kerja yang sering terjadi ialah mata terkena percikan getah dan mata terkena tatal. Mata terkena tatal getah jika penanganan pertolongan pertama tidak dilakukan segera dan dengan tepat bisa menimbulkan kebutaan, karena bahan kimia ethrel bereaksi ke mukosa mata yang dapat menyebabkan infeksi ataupun peradangan pada mata. Apabila tidak segera diberikan pengobatan lama kelamaan mata dapat berjamur dan dapat menyerang ke kornea mata, sehingga menyebabkan timbulnya bintik-bintik putih pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Akibat dari beberapa risiko kecelakaan kerja pada penderes maka sangat pentingnya pemakaian alat pelindung diri pada pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja, karena mata merupakan salah satu sistem indera yang dimiliki tubuh kita. Organ ini berfungsi sebagai indera penglihatan. Kita dapat melihat benda, membedakan gelap terang, membedakan warna, dan lain sebagainya karena ditunjang oleh peran mata. Berdasarkan hasil observasi saat survey pendahuluan, yang peneliti lihat di Afdeling I pekerja menggunakan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja walaupun belum lengkap. Ketika wawancara dengan mandor, kecelakaan yang sering terjadi ialah mata terkena percikan getah saat menderes dan mata terkena tatal. Terdapat satu kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2016 yaitu mata terkena tatal sewaktu menderes. Kecelakaan tersebut dikarenakan pekerja
6 yang tidak menggunakan kacamata saat menderes. Kecelakaan kerja ditemukan bahwa penyebab utama dari kecelakaan kerja adalah akibat dari kelalaian pekerja itu sendiri yaitu tidak menggunakan APD kacamata selama waktu kerja. Dalam hal ini perusahaan menyediakan APD yang diperlukan pada pekerja penderes yaitu berupa kacamata dan sepatu boot. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yaitu Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah ada hubungan umur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017.
7 2. Apakah ada hubungan masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 3. Apakah ada hubungan pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka didapatkan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Ada hubungan pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 2. Ada hubungan umur dengan kejadiaan kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 3. Ada hubungan masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebub Sei Silau Tahun 2017. 4. Ada hubungan pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja penderes di PTPN III Kebun Sei Silau Tahun 2017. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini yaitu: 1. Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan kesadaran pada pekerja penderes akan pentingnya pemakaian APD dalam melakukan pekerjaan yang berisiko sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja agar produktivitas tercapai secara optimal.
8 2. Sebagai bahan masukan bagi PTPN III Kebun Sei Silau untuk mensukseskan pemakaian APD di perusahaan. 3. Sebagai bahan masukan bagi PTPN III tentang pelaksanan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri. 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam melakukan penelitian mengenai alat pelindung diri pada pekerja penderes. 5. Secara khusus bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam penulisan skripsi.