1. PENDAHULUAN. Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

1. PENDAHULUAN Pada tahun 2003 AFTA mulai diberlakukan, sehingga rnau tak mau lndonesia harus

I. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas saat ini, batasan-batasan perdagangan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

Perusahaan berskala besar dan sedang dalam kurun waktu dua. pemerintah dalam meningkatkan ekonomi negara yang lebih terpusat

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BABI PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah

Analisis Perkembangan Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke

I. PENDAHULUAN. ditujukan kepada pengembangan industri yang berbasis pertanian dan

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Herdiansyah Eka Putra B

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PENUTUPAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh patriotisme, Indonesia berusaha membangun perekonomiannya. Sistem perekonomian Indonesia yang terbuka membuat kondisi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diketahui sebagai kekuatan strategis

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

I. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

Disusun oleh : Novrian Satria Perdana NIM F BAB I PENDAHULUAN. Pengeluaran untuk membiayai belanja negara yang semakin lama semakin

Kemajuan teknologi informasi dan era globalisasi menuntut. lingkungan yang berubah secara dinamis, perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tragedi serangan teroris ke gedung World Trade Center (WTC) Amerika pada tanggal 1 I September 2001, tampaknya akan mengubah tatanan ekonomi dan pasar global yang dalam kondisi sebelum serangan juga telah mengalami resesi. Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan bukan hanya kerusakan fisik, tetapi juga finansial serta terganggunya kelancaran arus barang, jasa, arus modal, dan lalu lintas manusia secara global. Dampak lain yang ditimbulkan adalah kepercayaan konsumen akan semakin menurun, berbagai aktivitas perdagangan dan transaksi menunjukkan grafik yang menurun. Penurunan ekonomi Amerika akan mempengaruhi aktivitas perdagangan negara mitra dagang utamanya khususnya lndonesia yang sampai saat ini masih dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan. Amerika dianggap sebagai lokomotif perekonomian dunia dan merupakan tujuan utama bagi ekspor lndonesia, khususnya Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Selama semester I - 2001, Amerika menyerap 17,25 persen ekspor non-migas lndonesia atau senilai US$3,85 miliar. Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu komoditi andalan ekspor non migas lndonesia, menurut data Biro Pusat Statistik (BPS, 2001), ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) lndonesia mengalami kenaikan yang cukup tajam, yaitu sekitar 120 persen pada tahun 1983 dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan hingga tahun 2000 adalah 28 persen walaupun terjadi penurunan sekitar 10 persen pada tahun 1999 dibanding tahun sebelumnya. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menghasilkan devisa senilai 74,662,102,626 dolar periode

tahun 1980-2000, ha1 ini tercermin pada tabel I, dimana terdapat data volume dan nilai ekspor tahunan produksi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia. Tabel 1. Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia periode 1980-2000 Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Total Surnber : Biro Pusat Statistik, 2001 Volume (Kg) 25.1 16.314 16.636.363 25.705.195 56.449.851 112.892.943 '104.641.685 128.381.124 159.046.546 205.293.035 247.660.399 308.804.281 407.507.891 577.505.735 670.236.593 786.487.61 9 826.192.604 992.625.314 1.267.069.929 1.865.027.846 1.676.938.781 1.775.132.074 12.235.352.1 22 Nilai (USD) 143.389.196 126.890.994 143.230.218 273.571.804 467.61 4.774 541.486.71 9 794.941.469 1.025.259.739 1.423.105.412 2.022.762.272 2.888.899.1 59 4.010.391.078 5.957.301 523 6.021.088.758 5.784.992.233 6.063.757.51 7 6.572.576.064 7.310.386.555 7.433.859.1 00 7.279.201.336 8.377.396.706 74.662.1 02.626 Salah satu bagian dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) adalah Garmen atau pakaian jadi yang juga merupakan komoditas primadona ekspor. Produksi garmen yang rnerupakan kebutuhan sandang yang tentunya sangat dibutuhkan dalam kegiatan manusia modern sehari-hail. Garmen merupakan industri "klasik" di dalam perekonomian dunia ketiga. lkustri tersebut mampu menyerap banyak tenaga kerja (padat karya) yang ketrampilannya relatif rendah, serta menekan angka pengangguran.

Pakaian jadi (SITC 84) merupakan penyumbang terbesar dalam peningkatan perkembangan ekspor tekstil Indonesia. Berdasarkan ekspor non migas utama menurut komoditas tahun 1999, garmen menghasilkan devisa senilai 3.857,5 juta dolar dan 4.734,l juta dolar pada tahun 2000, mengalami peningkatan sebesar 22,72 persen (Depprindag) atau menyumbang 9,91 persen dari total ekspor non migas lndonesia. Tabel 2. Ekspor Non Migas Utama Menurut Komoditi Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Departernen Perindustrian dan Perdagangan, 2001 lndustri garmen baru mulai tumbuh dengan pesat pada akhir tahun 1970-an, akibat adanya permintaan domestik yang terus meningkat dan kesempatan yang terus bertambah untuk ekspor. Awal tahun 1980-an, ekspor produk garmen mulai dilakukan, sehubungan dengan melemahnya permintaan domestik terutama oleh terjadinya hal-ha1 sebagai berikut yaitu : berakhirnya boom minyak, keuntungan komparatif rendahnya upah buruh, pemanfaatan quota dan adanya subsidi tingkat bunga kredit yang menguntungkan untuk ekspor. Akan tetapi, pertumbuhan industriindustri tersebut secara bertahap mengalami penurunan kembali, dan bahkan sampai tahun-tahun terakhir ini, yang disebabkan oleh menurunnya perekonomian

Amerika, Eropa, situasi hukum, politik, dan keamanan dalam negeri dan sebagian disebabkan juga makin kuatnya persaingan yang muncul dari negara-negara seperti Cina, India, Vietnam, Bangladesh, dan Pakistan. Ekspor pakaian jadi (garmen) lndonesia periode tahun 1993-2000 mencapai 2,024.0 ribu ton, atau senilai 27,684.2 juta dolar Amerika. Rata-rata pertumbuhannya volume ekspor adalah 10 persen dan rata-rata pertumbuhan nilainya sebesar 6,2 persen. Peningkatan volume yang signifikan terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 67 persen dari tahun sebelumnya yang pada saat itu apresiasi dolar yang tinggi sehingga ekspor merupakan pilihan yang menguntungkan. Tabel 3. Ekspor Pakaian Jadi (Garmen) Periode 1993-2000 Tahun I Volume I Nilai I (ribu ton) 1993 I 220,2 (juta USD) 3.510.2 2000 Total Surnber : Badan Pusat Statistik, 2001 370,3 4.702,6 2,024.0 27,684.2 Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri garmen lndonesia sampai dengan bulan Februari tahun 2000 adalah sekitar 1,2 juta orang, sedangkan jumlah perusahaan garmen di lndonesia menurut data Ditjen ILMEA, Depperindag (1999) adalah 816 perusahaan yang terkonsentrasi di DKI dan Jawa Barat. PT. Pancaprima Ekabrothers merupakan salah satu perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang bergerak dalam industri garmen yang berlokasi di Tangerang, wilayah industri propinsi Banten. PT. Panca Prima Ekabrothers berubah status dari PMDN menjadi PMA dengan didivestasikannya

saham Pan Brothers dan masuknya saham dari LHL Investment Limited Hongkong (50 %), PT. Trisetijo Manunggal Utama (27.5 %), dan PT. Budhi Bersaudara Sejati (22.5 %). PT. Panca Prima Ekabrothers memiliki fasilitas produksi struktur tunggal yang modern seluas 20.000 m2 di Tangerang, wilayah industri propinsi Banten. Untuk operasinya didukung oleh 3426 unit mesin jahit utama dan 401 unit mesin jahit pembantu yang terdiri dari 52 lini jahit dengan 55 mesin jahit tiap lini, dan sejumlah sarana pendukung yang lengkap untuk memproduksi pakaian (garmen) yang berkualitas dan sesuai pesanan pelanggan serta mempekerjakan hampir 5000 karyawan. 1.2 Perumusan Masalah Walaupun nilai ekspor produksi tekstil secara keseluruhan meningkat namun tidak semua eksportir mengalami peningkatan karena persaingan industri semakin ketat dengan hadirnya pemain-pemain baru serta terjadinya perubahan lingkungan. Secara umum lingkungan yang dihadapi perusahaan adalah lingkungan internal dan eksternal yang meliputi teknologi, kebijakan pemerintah di bidang perpajakan, lingkungan (AMDAL), tata niaga eksporlimpor garmen, pajak ekspor, ketenagakerjaan, fungsional manajemen perusahaan dan lain-lain. Perubahan yang terjadi di lingkungan internasional juga langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan dunia usaha seperti WTO, GATT, AFTA, APEC yang menghendaki adanya perdagangan bebas, maka dapat dipastikan persaingan bisnis di dunia internasional akan semakin ketat. Dengan adanya perkembangan dunia usaha dan era perdagangan bebas, perusahaan dituntut untuk dapat lebih kompetitif di tengah persaingan yang ketat,

dan dapat memuaskan semua pihak dengan menciptakan produk yang berkualitas sesuai dengan standar mutu internasional serta mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Oleh sebab itu perlu di susun formulasi strategi yang baik sehingga mampu meningkatkan daya saing dan memberikan kemampulabaan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sejauh mana faktor-faktor eksternal dan internal mempengaruhi posisi bersaing perusahaan dalam industri garmen di Indonesia 2. Strategi bisnis apa yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan dengan kondisi lingkungan saat ini 3. Alternatif strategi bisnis apa yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan dalam menghadapi kondisi lingkungan saat ini 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat formulasi strategi yang tepat bagi PT. Panca Prima Ekabrothers dengan cara : 1. Mengidentifikasi serta menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi posisi bersaing PT. Panca Prima Ekabrothers dalam industri garmen 2. Memformulasikan strategi yang dapat diterapkan PT. Panca Prima Ekabrothers dalam persaingan industri garmen

3. Merekomendasikan strategi dan alternatif strategi bagi PT. Panca Prima Ekabrothers 1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rnasukan bagi perusahaan dan menjadi bahan pertimbangan dalarn perencanaan, penetapan strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan perusahaan 2. Penelitian ini diharapkan sebagai wahana bagi penulis dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh secara obyektif di dalam bisnis nyata 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pembahasan penelitian ini dibatasi pada penyusunan dan perumusan formulasi strategi yang tepat bagi PT. Panca Prima Ekabrothers, sedangkan tahap implementasi diserahkan pada pihak manajemen perusahaan.