BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat penebaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam suatu sistem yang terkontrol sehingga pertumbuhan dan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang banyak digemari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ikan laut bernilai ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah umum

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

OPTIMASI BUDIDAYA SUPER INTENSIF IKAN NILA RAMAH LINGKUNGAN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies yang cukup banyak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

BUDIDAYA UDANG VANAME SISTEM BIOFLOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BIOFLOK PADA KEGIATAN BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan (akuakultur) saat ini telah berkembang tetapi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pencemaran masalah lingkungan terutama perairan sekarang lebih diperhatikan,

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Bab V Kajian Keberlanjutan Penerapan Sistem Silvofishery dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa Dabung

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

EKOSISTEM. Yuni wibowo

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

PENILAIAN EKOEFISIENSI BUDIDAYA INTENSIF UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) BERBASIS TEKNOLOGI BIOFLOK

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

BAB 4. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PARAMETER KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN AWAL PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI SAMPAH DAUN KAMPUS MEMAKAI REAKTOR BIODIGISTER PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENGANTAR. (Dan Selock, 2006). Berbagai spesies ikan air tawar dan ikan air laut yang. dibudidayakan mempunyai nilai ekonomis penting.

BAB I PENDAHULUAN. isu utama dalam perubahan lingkungan global. Untuk mengurangi pengaruh emisi

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

III. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

ll. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

Fransiska Maharani Suryaningrum Program Pascasarjana Universitas Terbuka Graduate Studies Program Indonesia Open University

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PENAMBAHAN TEPUNG BIOFLOK SEBAGAI SUPLEMEN PADA PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi penduduk dunia pertengahan 2012 mencapai 7,058 milyar dan diprediksi akan meningkat menjadi 8,082 milyar pada tahun 2025 (Population Reference Bureau, 2012). Meningkatnya populasi penduduk dunia akan berpotensi meningkatkan eksploitasi sumberdaya alam, diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan bahan pangan. Udang dan produk perikanan lainnya berpeluang besar menjadi salah satu sumber bahan pangan karena memiliki nilai protein tinggi, micronutrient penting dan keseimbangan nutrisi bagi kesehatan manusia. Dari total produksi budidaya udang dunia, 77% diantaranya diproduksi oleh negara-negara Asia termasuk Indonesia. Nilai ekspor udang Indonesia mencapai US$ 632.6 juta dengan jumlah 48.177 ton, dan merupakan 43% dari nilai total ekspor perikanan Indonesia. Menurunnya hasil perikanan tangkap akibat overfishing dan pembatasan tangkapan lestari mengkondisikan sektor perikanan budidaya tumbuh agresif dengan pertumbuhan rata-rata 8,8% per tahun sejak tahun 1980. Total produksi perikanan budidaya mencapai 60 juta ton pada tahun 2010 dengan nilai US$119.4 milyar (FAO, 2012). Produksi perikanan budidaya dari jenis crustacea (jenis udang-udangan) pada tahun 2010 terdiri dari 29.4% pada perairan tawar dan 70,6% dari perairan laut yang didominasi oleh produksi jenis udang putih (Litopenaeus vannamei) (FAO, 2012). Secara umum budidaya udang putih /vaname berdasarkan tingkat kepadatan tebar dibedakan menjadi 4 sistem budidaya yaitu ekstensif, semi intensif, intensif dan super intensif. Untuk meningkatkan laba usaha dan produksi per satuan luas lahan yang digunakan., pelaku kegiatan budidaya udang lebih memilih menerapkan sistem budidaya intensif dengan kebutuhan modal usaha yang lebih besar. Dalam pelaksanannya sistem budidaya udang intensif juga memberi kontribusi pada kerusakan lingkungan dalam skala lokal maupun global, sebagai implikasi dari input bahan dan energi yang digunakan.

2 Penggunaan lahan, air, konversi hutan mangrove dan pertanian, berkurangnya biodeversity serta penggunaan energi fosil menjadi perhatian dalam kegiatan usaha budidaya udang (Diana, 2009). Dalam hal penggunaan sumberdaya air, kegiatan budidaya tidak hanya mengambil air kemudian dan mengembalikan air ke perairan umum, akan tetapi kondisi air buangan yang dikeluarkan dari tambak dalam kondisi sudah terdegradasi. Limbah kegiatan budidaya bersumber dari input pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme. Selain limbah, kegiatan budidaya udang intensif juga membutuhkan input energi. Bunting dan Pretty (2007) menyoroti bahwa dalam hal penggunaan energi, jejak carbon pada kegiatan budidaya udang meliputi penggunaan langsung, seperti konsumsi bahan bakar fosil dan konsumsi tidak langsung seperti energi listrik. Untuk mengurangi dampak negatif limbah budidaya ke lingkungan sekitar, budidaya udang dapat dilakukan dengan sistem tanpa pergantian air atau dengan pergantian air terbatas, sehingga dapat mengurangi resiko pencemaran limbah budidaya udang ke perairan umum (Crab, et al. 2009). Namun pergantian air yang terbatas pada sistem budidaya intensif dengan kepadatan tinggi berpotensi menaikan resiko akumulasi bahan organik yang berasal dari pakan yang tidak termakan, residu ekskresi ammonia dan sisa metabolisme (Read & Fernandes, 2003). Ammonia bersifat racun bagi kebanyakan ikan dan udang, pengendalian jumlah ammonia dan nitrit pada budidaya udang dapat dilakukan dengan penerapan Biofloc Technology System, yaitu upaya menumbuhkan bakteri heterotrofik dan alga menjadi flock pada kondisi terkendali di dalam perairan. (Avnimelech, 1999). Penerapan teknologi bioflok pada budidaya udang dengan tanpa pergantian air menurut Avnimelech (2009) setidaknya memiliki tiga alasan, pertama air menjadi berkurang dan mahal, bahkan menjadi faktor pembatas dalam kegiatan budidaya, kedua aliran limbah budidaya ke perairan umum dapat merusak lingkungan dan penggunaan air dilarang di beberapa negara, ketiga karena input air baru dapat menyebabkan infeksi penyakit pada udang. Budidaya intensif dengan teknologi bioflok menjadi salah satu pilihan untuk mengupayakan kegiatan budidaya udang berkelanjutan.

3 Bioflok merupakan suatu konglomerasi kumpulan bakteri, alga, protozoa, detritus, maupun berbagai partikel organik (Avnimelech, 1999). Teknologi bioflok merupakan teknik meningkatkan kualitas air melalui penambahan ekstra karbon dalam sistem budidaya, dengan sumber karbon eksternal. Serapan nitrogen oleh pertumbuhan bakteri heterotrof untuk menurunkan konsentrasi amonium lebih cepat dibandingkan proses nitrifikasi (Hargreaves, 2006). Teknologi bioflok memungkinkan untuk meminimalkan pertukaran air, karena kualitas air terjaga dan memadai untuk kegiatan budidaya, selain itu akumulasi bahan organik dapat menghasilkan flock kaya protein dan pada gilirannya dapat berfungsi sebagai pakan bagi organisme akuatik (Crab, et al, 2007), demikian juga yang diungkapkan Ballester et al (2010) bahwa teknologi bioflok pada budidaya ikan dan udang dapat mengurangi konsumsi tepung ikan serta rasio konversi pakan karena tergantikan oleh produksi pakan alami berupa bioflok. Kekuatan utama dan pendorong berjalannya sistem ini adalah pertumbuhan bakteri heterotrofik secara intensif. Bakteri heterotrof mengkonsumsi karbon organik untuk pertumbuhannya. dibutuhkan 1.0 gram karbon organik untuk dikonsumsi agar menghasilkan sekitar 0,4 gram sel bakteri, tergantung pada rasio karbon dan nitrogen dalam air. kondisi ini dapat dikembangkan untuk mengurangi mineral Nitrogen. Avnimelech (1999) telah menghitung bahwa dibutuhkan karbohidrat 20 g untuk mereduksi 1,0 g nitrogen organik, berdasarkan pada C/N rasio pada sel mikroba dan 50% berat kering karbon organik. Burford (2003) menambahkan bahwa penyerapan nitrogen anorganik oleh bakteri akan optimal hanya terjadi ketika rasio C/N lebih tinggi dari 10. Walaupun sudah banyak diterapkan pada kegiatan budidaya ikan dan udang, teknologi bioflok belum sepenuhnya menarik perhatian pelaku budidaya, karena membutuhkan keterampilan dan pengetahuan khusus untuk menerapkannya. Bila dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional teknologi bioflok dianggap lebih ramah lingkungan karena hemat dalam hal penggunaan air, mengurangi risiko penyebaran patogen, dan penggunaan lahan lebih optimal karena kepadatan tinggi (McIntosh et al., 2000).

4 Namun perlu dipahami bahwa bioflok terbentuk pada kondisi aerob, dibutuhkan input energi fosil atau listrik yang besar untuk aerasi dan proses pencampuran air menggunakan kincir air agar suspensi flocs mikroba dapat terus bertahan (Bosma dan Verdegem, 2011). Ebeling et al (2006) menjelaskan bahwa untuk setiap gram nitrogen amonium yang diubah menjadi biomassa mikroba heterotrofik membutuhkan oksigen terlarut sebesar 4.71 g, alkalinitas 3.57 g dan 15.17 g karbohidrat, dan akan menghasilkan 8.07 g biomassa mikroba serta 9.65 g karbon dioksida. Roy dan Knowles (1995) mengkritisi bahwa teknologi bioflok hanya mengukur konversi TAN (total ammonia nitrogen) menjadi nitrit, tetapi tidak memperhitungkan konsumsi O2 yang dibutuhkan untuk proses aerobik oleh bakteri dalam proses mengubah nitrit menjadi nitrat. Sedangkan Mook, et al, 2012 mengatakan teknologi bioflok dapat menyebabkan masalah lingkungan lain yang berkaitan dengan akumulasi nitrat. Sedangkan Folke (1988) menyampaikan bahwa dalam budidaya intensif, pemberian pakan dan teknik pemeliharaan kualitas air dengan sistem tertutup dan pergantian air terbatas, membuka peluang penggunaan energi tinggi dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Usaha budidaya udang vaname merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, benih, pakan dan lain-lain) untuk mencapai tujuan utama yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai keuntungan atau produksi yang maksimal maka penggunaan faktor-faktor produksi atau sumberdaya harus efisien. Penerapan teknologi bioflok membutuhkan tambahan energi, bahan dan peralatan sehingga menimbulkan konsekuensi meningkatnya biaya-biaya yang dapat mengurangi keuntungan usaha. Selain faktor teknis, keberhasilan budidaya udang juga dipengaruhi oleh faktor non teknis termasuk manajemen usaha, dan manajemen teknologi yang diterapkan. Keberhasilan kegiatan budidaya harus dapat dinilai secara ekonomi, berupa keuntungan usaha. Kegiatan budidaya intensif membutuhkan investasi dan biaya operasional yang besar. Penerapan teknologi bioflok diharapkan dapat memenuhi 2 harapan pelaku usaha budidaya udang, yaitu menguntungkan dari sisi ekonomi dengan

5 indikasi meningkatnya keuntungan usaha dan menguntungkan dari aspek ekologi dengan berkurangnya dampak lingkungan yang ditimbulkan sehingga kegiatan budidaya udang dapat terus dilakukan secara berkelanjutan. Pengurangan dampak lingkungan dan peningkatan laba usaha dari sebuah kegiatan ekonomi adalah upaya mewujudkan ekoefisiensi. Input bahan, energi dan penggunaan peralatan dalam penerapan teknologi bioflok pada kegiatan budidaya udang vaname perlu dievaluasi, guna mengetahui komponen yang memberikan kontribusi dampak lingkungan besar serta berpotensi menimbulkan inefisiensi usaha. Sampai saat ini belum ada kajian tentang aspek ekonomi dan lingkungan terkait penerapan teknologi bioflok pada kegiatan budidaya udang vaname di Indonesia. Kajian aspek ekonomi dan lingkungan pada kegiatan budidaya udang intensif berbasis teknologi bioflok diperlukan untuk memenuhi prinsip keberlanjutan usaha, kelestarian lingkungan, memenuhi standar pasar global serta dapat digunakan sebagai langkah penyusunan strategi pengelolaan budidaya udang vaname yang berkelanjutan. 1.2. Perumusan Masalah Dibandingkan dengan budidaya udang konvensional, budidaya intensif dengan teknologi bioflok menyediakan alternatif yang lebih ekonomis berupa penurunan biaya pengolahan air, berkurangnya biaya pakan karena kehadiran bioflok sebagai pakan alami. Untuk menerapkan teknologi bioflok pada skala tambak membutuhkan transfer pengetahuan dasar dan teknik yang jelas kepada pelaku budidaya, dan menekankan harus ada keuntungan ekonomis dari penerapan teknologi tersebut. Proses pembentukan flock mensyaratkan terpenuhinya parameter tertentu seperti kadar oksigen yang cukup, suhu, alkalinitas dan air yang terus bergerak agar bioflok dapat terus bertahan. Oleh karena itu terdapat konsekuensi tambahan input energi dan bahan yang berimplikasi pada peningkatan biaya produksi. Sebagai bentuk kegiatan ekonomi, biaya tetap dan biaya operasional harus diperhitungkan sebagai upaya pencapaian tujuan utama yaitu keuntungan usaha. Disisi lain kegagalan teknis budidaya juga akan beresiko pada penurunan keuntungan usaha.

6 Pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah bagaimana kualitas lingkungan tambak udang vaname yang menerapkan teknologi bioflok? Apakah teknologi tersebut dapat meningkatkan performa produksi? Apakah penerapan teknologi bioflok menguntungkan secara finansial? Berapa besar dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan budidaya tersebut akibat dari input bahan dan energi? Bagaimana upaya mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan laba usaha kegiatan budidaya udang vaname berbasis teknologi bioflok agar ekoefisiensi usaha dapat tercapai? 1.3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk ; 1. Menganalisis kualitas lingkungan tambak udang vaname dan kemampuan teknologi bioflok meningkatkan performa produksi budidaya. 2. Menganalisis aspek ekonomi dan aspek lingkungan penerapan teknologi bioflok pada budidaya udang vaname. 3. Menyusun strategi pengelolaan budidaya udang untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan laba usaha dari penerapan teknologi bioflok. 1.4. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya ; 1. Memberikan gambaran kegiatan budidaya udang berbasis teknologi bioflok sebagai bahan pertimbangan bagi petani dan pelaku usaha. 2. Mengestimasi manfaat ekonomi dan dampak lingkungan penerapan teknologi bioflok pada usaha budidaya udang vaname 3. Memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

7 1.5. Kerangka Pikir Penelitian Bahan - Benih - Pakan - Bahan kimia Energi & Peralatan - Listrik - Tranportasi - Peralatan Produksi Infrastruktur - Plastik HDPE - Pipa PVC - Bangunan Teknologi Bioflok - Tanpa pergantian air - Bakteri Heterotrof - C/N Rasio >10 Budidaya Udang Vaname Evaluasi Aspek Ekonomi Aspek Produksi Aspek Lingkungan Analisa Kelayakan Usaha - Net Present Value - Investment Return Rate - Benefit /Cost Ratio Penilaian Performa Produksi ; - Pertumbuhan Mutlak - Laju Pertumbuhan - Rasio Konversi pakan - Kelangsungan Hidup Analisa Lingkungan Tambak ; - Dinamika Kualitas Air - Indek Plankton - Indek Kualitas Air Analisa Usaha - Biaya Operasional - Keuntungan Usaha Ekoefisiensi Usaha - Eco-efficiency Indek - Eco-cost per Value Rasio - Ecoefisiensi Rasio Rate Penilaian Dampak Lingkungan ; - Acidification - Eutropication - Global Warming - CEU Metode LCA Strategi Pengelolaan Budidaya Intensif Udang Vaname Berbasis Teknologi Bioflok Kesimpulan dan Saran Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

8