BAB I CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR 1. 1. Latar Belakang Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan Studio perancangan terakhir dalam masa pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa arsitektur USU (profesi). Pada perancangan kali ini, diberikan tema umum Symbiosis and Sustainability sebagai patokan dasar perancangan bagi seluruh peserta PA 6. Tema ini diangkat sebagai upaya pengembangan idealisme perancangan arsitektur mahasiswa tentang prinsip-prinsip keberlanjutan. Sebagai langkah awal, peserta PA 6 diminta menuliskan essay mengenai tema perancangan dan mendapatkan kelompok yang disesuaikan berdasar hasil essay. Perancang bersama teman-teman sekolompok mendapat kesempatan merancang Geopark di kawasan Kaldera Danau Toba. Lokasi ini dipilih karena saat ini kaldera Toba yang berstatus Geopark Nasional memang dalam tahap pengajuan sebagai salah satu anggota GGN (Global Geopark Network) UNESCO. Dalam proses pengembangan Geopark Kaldera Toba (GKT), penataan merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan, baik pada daerah pariwisata maupun permukiman penduduk. Hal ini guna menjadikan kawasan tersebut sebagai percontohan dan dapat memberikan pengaruh yang baik untuk sekitarnya. Karena itu penting untuk menerapkan tema symbiosis and sustainability dalam penataan geopark ini dimana penataan yang dimaksud juga 1
bukan hanya berupa mendirikan bangunan-bangunan baru tetapi lebih mengutamakan aspek-aspek humanis dan alam. 1. 2. Gambaran Umum Danau Toba Danau Toba merupakan danau yang terbentuk dari letusan supervolcano (gunug api super) sekitar 74.000 tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian, ledakan gunung toba ini mempengaruhi keadaan alam diseluruh dunia, dimana letusan ini diperkirakan menyebabkan bumi gelap gulita selama beberapa hari. Letusan gunung Toba ini terjadi dalam 3 tahap yang pada akhirnya membentuk wilayah cekungan yang disebut dengan kaldera, dimana cekungan tersebut yang menjadi Danau Toba sekarang ini. Ditengah-tengah Kaldera Toba sekarang ini terdapat sebuah pulau yang terbentuk akibat pengangkatan (lifting-up) magma yang belum keluar, yang saat ini disebut dengan Pulau Samosir. Sampai pada saat ini, masih terdapat gunung aktif didalam danau toba yang diperkirakan masih dapat meletus hingga saaat ini. Gunung Toba juga memilki anak gunung yaitu gunung sibayak. Danau Toba sendiri terletak di Pulau Sumatera, 176 km kearah Selatan Kota Medan. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara, dengan luas perairan sekitar 1.130 km 2. Terdapat tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba atau bisa dikatakan memiliki teritori yang termasuk dalam wilayah kaldera toba, yaitu Kab. Samosir (merupakan kabupaten dengan luas perairan terbesar karena berada ditengah-tengah Danau Toba), Kab. Tobasa, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab. Simalungun, dan Kab. Karo. Mayoritas etnis penduduk disekitar Danau Toba adalah batak (berbagai jenis batak). Pada umumnya mata pencaharian masyarakat didaerah tersebut 2
adalah bertani, berdagang, sebagai nelayan, dan juga pengelola sektor pariwisata milik pribadi seperti pemilik penginapan, resataurant, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Secara karakter, masyarakat di sekitar daerah Danau toba cenderung tidak perduli dengan keadaan Danau Toba itu sendiri. Mereka berada pada lingkungan dengan panorama yang luar biasa namun pada umumnya mereka hanya memanfaatkan hal tersebut sebagai lahan bisnis saja, bukan sebagai suatu keuntungan wisata bagi diri mereka sendiri. Masyarakat seringkali memperlakukan alam dengan sesuka hati dan tidak merawat apa yang telah mereka miliki. Hal-hal seperti ini yang juga menjadi sasaran pengembangan geopark, dimana masyarakat diajak untuk mencintai apa yang telah mereka miliki. Dikawasan Danau Toba ini terdapat berbagai potensi-potensi yang luar biasa baik dari segi alam, budaya, kesenian, maupun sejarahnya. Di pulau samosir sendiri terdapat gunung Pusuk Buhit yang diyakini merupakan asal muaal suku Batak. Pusuk buhit merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian lebih dari 1.800 m diatas permukaan Danau Toba. Pusuk Buhit dipercaya sebagai awal mula alam semesta dan tempat dimana Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa) menampakkan diri. Dikaki gunung pusuk buhit ini terdapat desa Sianjur Mulamula yang merupakan perkampungan pertama kelompok masyarakat batak. Geopark sendiri adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka (outstanding) termasuk nilai akeologi, ekologi dan budaya yang ada didalamnya, dimana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam (UNESCO, 2004). Geopark mengutamakan tiga unsur, yaitu Geodiversity, Biodiversity, dan Cuturaldiversity. 3
Berdasarkan pedoman GGN (Global Geopark Network) UNESCO (2004), tujuan Geopark adalah menggali, mengembangkan, menghargai, dan mengambil manfaat dari hubungan erat antara warisan geologi dan segi lainnya dari warisan alam, berupa budaya, dan nilai-nilai di area tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebuah Geopark harus memiliki batas-batas yang ditetapkan dengan jelas dan memiliki kawasan yang cukup luas untuk pembangunan ekonomi lokal. Sehingga didalam Geopark harus berlangsung sedikitnya tiga kegiatan penting, yaitu : konservasi, pendidikan, dan geowisata. Dalam rangka perwujudan pengembangan, penataan, dan pembangunan Geopark Kaldera Toba (GKT) dibutuhkan sebuah rencana yang matang dengan melakukan pembangunanpembangunan yang tepat waktu. Pembangunan yang dimaksud tidak hanya berupa pembangunan fisik, melainkan juga pembangunan secara sosial yang berguna untuk menyejahterakan masyarakat. Dari segi karakteristik yang dibutuhkan oleh suatu kawasan untuk dapat masuk sebagai anggota GGN UNESCO, GKT memiliki peluang yang cukup besar. Danau Toba memiliki panorama alam yang indah dengan danau yang luas dan udara yang cukup sejuk (gambar 1. 2. 1). Di kawasan danau toba juga terdapat berbagai potensi olahraga seperti paralayang (gambar 1. 2. 2) yang memanfaatkan kontur dari bukit dan lembah di sekitar danau toba, dragon boat, olahraga pantai (voli), jet ski, dll. Keunikan budaya toba sebagai asal muasal bangso batak dengan kebudayaan yang masih sangat kuat dan masih dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi upacara adat, atraksi seni budaya, dan simbol-simbol budaya. 4
Gambar 1.2.1 Pemandangan Danau Toba (sumber : lpse.samosirkab.go.id/eproc/) Gambar 1.2.2 Paralayang di Danau Toba (sumber : lpse.samosirkab.go.id/eproc/) Kegiatan pada minggu awal perancangan ini adalah memahami dan menelusuri tema utama (Symbiosis and Sustainability) serta mencari usulan fungsi secara garis besar pada geopark kaldera toba secara berkelompok. Tugastugas ini dilakukan mengikuti jurnal yang telah dirancang oleh dosen kordinator, namun terhenti karena pergantian sistem yang menyebabkan kondisi kelas perancangan dan skripsi tidak terarah lagi. 5
Berdasarkan pengerjaan tugas-tugas jurnal berkelompok tersebut ditarik hubungan Urgensi Sustainability dalam ruang lingkup perancangan kawasan pariwisata khususnya daerah kaldera Toba. Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan sendiri menurut UNWTO (The World Tourism Organization) mengacu kepada pemanfaatan sumber daya lingkungan secara optimal yang merupakan kunci dalam pengembangan pariwisata, membantu melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati. Kemudian pariwisata berkelanjutan juga harus menghormati keaslian sosial-budaya masyarakat setempat dan memberikan kontribusi dalam pemahamana antar budaya serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi semua pemangku kepentingan, termasuk memberikan pekerjaan yang stabil bagi masyarakat sekitar. 1. 3. Symbiosis and Sustainability Secara umum Sustainable Architecture dapat diartikan sebagai sebuah konsep dalam terapan bidang Arsitektur untuk mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama yang dapat juga dikaitkan dengan lingkungan ekologis manusianya. Dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisiensi penggunaan material, juga dalam hal efisiensi penggunaan teknologi maupun pembuangan limbah. Sedangkan Symbiosis dapat diartikan sebagai interaksi antara dua mahkluk hidup yang berada diwilayah yang sama dan hubungannya saling menguntungkan satu sama lain. Sedangkan dalam konteks Arsitektur, Symbiosis diterjemahkan menjadi pemandangan seni yang mana bangunan yang dikembangkan pada masa kini harus menjadi warisan untuk generasi yang akan datang. 6
Menurut Kisho Kurokawa dalam bukunya Intercultural Architecture-The Philosophy of Symbiosis (1991), Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis yang memadukan beragam hal kontradiktif antara keragman satu dengan keragaman lainnya. Seperti eksterior dengan interior, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, manusia dengan teknologi, dan manusia dengan alam. Dari pemaparan-pemaparan tersebut, dapat ditarik benang merah dari tema umum Symbiosis and Sustainability dengan perancangan kawasan geopark itu sendiri. Pada dasarnya penetapan suatu kawasan sebagai geopark dan penerapan standar-standar geopark yang berlaku saja sudah merupakan perancangan yang mengangkat isu Symbiosis and sustainability. Untuk tema kelompok tugas perancangan ini dipilih Ekowisata. Pemilihan tema ini didasari oleh eratnya kaitan antara fungsi Geopark dengan potensi Pariwisata suatu kawasan. Selain itu, Ekowisata merupakan isu yang akhir-akhir ini sering diangkat menjadi topik pembicaraan ataupun konsep yang diusung oleh suatu pariwisata dalam rangka meningkatkan kualitas pariwisata yang dimaksud. Secara tujuan, Geopark erat kaitannya dengan Ekowisata. Di Indonesia sendiri sudah banyak terdapat berbagai jenis pariwisata yang mengusung tema serupa dalam pelaksanaannya. Namun yang diharapkan pada proyek ini adalah tema yang diangkat bukan hanya menjadi kulit luar proyek ini saja, tetapi juga menjadi dasar dan pedoman pengembangan berkelanjutan dari proyek geopark ini sendiri. 7