EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Page 61

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK BALITA

Arumsari, et al, Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P).

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

EVALUASI PROGRAM PENANGANAN GIZI KURANG MELALUI ASUHAN COMMUNITY FEEDING CENTER (CFC)

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

STUDI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN BUBUK TABURIA DI PUSKESMAS SUDIANG RAYA KOTA MAKASSAR

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

PERSEPSI STAKEHOLDERS

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

STUDI PELAKSANAAN PROGRAM MP-ASI DI PUSKESMAS JONGAYA KECAMATAN TAMALATE. Study of Implementation Program MP-ASI Puskesmas Jongaya Tamalate District

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

Mona Sylvia J. Manullang¹, Albiner Siagian², Arifin Siregar²

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Kenaikan Berat Badan Balita Usia 6-12 Bulan Berdasarkan Jenis Makanan Pendamping Air Susu Ibu

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan pada Balita Kurang Gizi di Kabupaten Wonogiri Ditinjau dari Aspek Input dan Proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

EVALUASI PROSES PELAKSANAAAN KELAS IBU HAMIL DI KABUPATEN BANYUMAS

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Ema Anggraeni

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

Status Gizi. Sumber: Hasil PSG Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul tahun

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN JOYOSURAN SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BONA F. P. BANJARNAHOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM KESEHATAN IBU YANG DIDANAI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG

PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI DI KABUPATEN KLATEN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

HUBUNGAN MASA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBELA MOJOSONGO SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGIRIMAN LAPORAN KIA DARI PUSKESMAS KE DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi


VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

TINJAUAN PENGELOLAAN DATA IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI 0 7 HARI UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. (Departemen Kesehatan, 2009). Di Indonesia tahun 2012 tercatat jumlah bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELOMPOK GOOD MOTHER DENGAN POLA MP-ASI DI RW 01 DAN RW 02 WILAYAH KELURAHAN BLERONG KABUPATEN DEMAK.

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Juanita: Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat, 2001 USU Repository 2006

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

Transkripsi:

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Isti Istianah*, Yayuk Hartriyanti**, Tri Siswani*** *Universitas Gadjah Mada, **Universitas Gadjah Mada ***Politeknik Kesehatan Yogyakarta Email korespodensi: istianah7@gmail.com ABSTRAK Pendahuluan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan evaluasi pelaksanaan program MP-ASI pada bayi berusia dua tahun di bawah garis merah (baduta BGM) di Puskesmas (Puskesmas) di Kayumanis Village. Metodologi : Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. informan penelitian adalah Kepala Puskesmas, Staf Gizi atau Koordinator MP-ASI, yang bidan, kader dan ibu dari bayi berusia dua tahun (baduta). Proses pengumpulan data dilakukan pada tahun 2009 dengan menggunakan wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi yang meliputi input, proses output. Hasil : Input; tidak semua staff yang mengelola pelaksanaan program MP-ASI yang sebelumnya menerima pelatihan apapun, dana menggunakan dana Gakin, tidak ada pedoman teknis. Proses; populasi target lebih besar daripada mereka yang menerima bantuan tersebut, menggunakan 2 macam cara. Output; ada 14 baduta yang mendapatkan program MP-ASI dan hanya 1 baduta yang mengalami peningkatan berat badan, namun semua bayi masih pada tahap status gizi kurang. Diskusi : Dalam hal perencanaan target sasaran MP-ASI adalah baduta yang BGM dan tidak mampu, pendistribusian dilakukan oleh kader dalam waktu 3 bulan pemberian dengan dimonitoring oleh petugas gizi yang merangkap jadi koordinator MP-ASI. Kata kunci: evaluasi, program MP-ASI, berat badan, status gizi ABSTRACT Introduction: The objective of this study was to describe the evaluation on MP-ASI program implementation upon two-year old babies under the red line (baduta BGM) at a Primary Health Center (Puskesmas) in Kayumanis Village. Method: This study is a qualitative and quantitative study. Research informants were the Head of the Puskesmas, the Nutrition Staff or the MP-ASI Coordinator, the midwifes, the cadres and the mothers of the two-year old baby (baduta). Data collection process was done using an indepth interview, Focus Group Discussion (FGD) and observation which includes input, process output. Result: Input; not all the staffs who manage the MP-ASI program implementation were previously receiving any trainings, funding was using Gakin funding, no technical duidelines. Process; target population was bigger than those who were receiving the aid, was using 2 kinds of way. Output; there were 14 baduta gaining some weight after receiving the MP-ASI and the was only 1 baduta who experienced a weight after receiving the MP-ASI and the was only 1 baduta who experienced a weight loss, however all babies were still at the stage of inadequate nutrition. Discussion: In terms of planning target complementary feeding is baduta BGM and can t afford, the distribution is done by a cadre within 3 months of administration by monitored by officers nutrition concurrently so the coordinator MP- ASI. Keywords: evaluation, MP-ASI package, weight gain, nutritional status EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Page 61

PENDAHULUAN Masalah kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-anak kecil di negara negara yang sedang berkembang. Menurut data Riskesdas tahun 2007 diperoleh anak dibawah usia lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk sebesar 5,4% dan gizi kurang sebesar 13%. Di Propinsi DKI Jakarta tahun 2007 balita yang mengalami gizi buruk sebesar 2,9 % dan gizi kurang sebesar 10%. Prevalensi gizi kurang di propinsi DKI Jakarta lebih kecil dari angka nasional, tetapi angka gizi kurang tersebut masih tetap menjadi masalah karena diatas target nasional yaitu 5%. Keadaan ini akan terus meningkat jika tidak memperoleh penanganan yang serius. Pada tahun 2007 prevalensi angka balita di bawah garis merah (BGM) masih cukup tinggi. Menurut data dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta tahun 2007 untuk wilayah Jakarta Timur mempunyai prevalensi balita BGM tinggi yaitu 2,46 % dibandingkan dengan Jakarta Selatan dan Jakarta Utara yang masing- masing hanya 0.96% dan 0.77% dari semua balita yang ditimbang di masingmasing Posyandu. Upaya mencegah terjadinya gizi buruk dimulai dari pemberian MP-ASI pada kelompok rawan bayi dibawah dua tahun (baduta) yang dibagi menjadi 2 kelompok umur yaitu 6-11 bulan dan 12-24 bulan. Data dari Puskemas Kelurahan Kayumanis baduta yang mendapat program MP-ASI pada tahun 2007 sebesar 50 baduta dan menurun menjadi 33 baduta pada tahun 2008. Melakukan evaluasi terhadap program MP-ASI merupakn kegiatan manajerial yang mutlak dilakukan. Evaluasi program MP-ASI meliputi input, proses, output, outcome dan dampak. Hal ini mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) tahun 2005 dari Departemen Kesehatan RI ( Depkes RI). Walau demikian demikian bukan berarti bahwa pelaksanaan MP-ASI akan berjalan tanpa menemui masalah sehingga perlu diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program MP-ASI yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan pelaksanaan program MP-ASI pada masa yang akan datang. Dengan menelaah latar belakang di tas, maka peneliti berminat untuk mengevaluasi program MP- ASI yang telah terlaksana di Puskesmas Kelurahan Kayumanis. BAHAN DAN METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan di Puskesmas wilayah kerja Kelurahan Kayumanis Jakarta Timur pada tahun 2009. Rancangan ini dipilih karena dengan evaluasi dapat diketahui efektifitas program MP-ASI yang telah dilaksanakan dalam peningkatan berat badan baduta penerima MP-ASI. Subjek penelitian adalah kepala puskesmas, petugas gizi yang menjadi koordinator MP-ASI, bidan desa, kader posyandu dan ibu baduta yang mendapatkan MP-ASI. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang direkam pada tape recorder dengan kepala puskesmas, koordinator, dan kader posyandu serta dengan menggunakan check list dokumen dan kuesioner formulir penilaian perubahan BB baduta. Analisis data dengan cara hasil wawancara ditranskripkan dalam catatan tertulis dan dikelompokan sesuai dengan bidang-bidang yang akan dianalisis kemudian dilakukan penafsiran data secara narasi dan interpretasi kemudian dibandingkan dengan standar Depkes yang telah ditetapkandan teori dari beberapa pustaka. HASIL Evaluasi program kesehatan yang menyeluruh adalah evaluasi yang dilakukan terhadap tiga komponen yaitu input, proses, output. Hal ini mengandung pengertian bahwa evaluasi program kesehatan termasuk program MP-ASI dapat dilakukan dengan.metode sistem. Input 1. Tenaga Dalam pelaksanaan program MP-ASI di Puskesmas Kelurahan Kayumanis memerlukan suatu masukan (input) berupa tenaga. Namun dalam operasionalnya tenaga yang ada harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, kuantitas maupun kualitasnya. Tenaga y a n g dianalisis berdasarkan kuantitas dan kualitas dengan latar belakang pendidikan, lama bekerja, dan EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Page 62

pelatihan yang pernah diikuti. Tenaga adalah orang yang bertanggung jawab dan mengkoordinir program MP-ASI di wilayah kerja Puskemas Kelurahan Kayumanis. Tenaga yang bertanggung jawab atas terlaksananya program MP-ASI adalah petugas gizi di Puskesmas Kelurahan Kayumanis. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa Puskesmas Kelurahan Kayumanis mempunyai petugas gizi berjumlah 2 orang. Petugas gizi berlatar belakang pendidikan Diploma III gizi. Hanya 1 petugas gizi (koordinator MP-ASI) yang telah mendapatkan pelatihan tentang program MP-ASI. Dalam pelaksanaannya, petugas gizi dibantu oleh kader di tiap-tiap posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Kelurahan Kayumanis. 2. Dana Dana mempunyai peranan penting dalam melaksanakan program MP-ASI. Sumber dana didapat dari pemerintah yang merupakan dana Gakin. Pengadaan paket MP-ASI dari APBD untuk Gakin. Dana tersebut digunakan untuk pengadaan program MP-ASI sedangkan untuk administrasi masih kurang oleh karena itu ditanggulangi dari pihak puskesmas Kelurahan Kayumanis. 3. Sarana Berdasarkan hasil data sekunder yang didapat, sarana yang terdapat dalam pelaksanaan program MP-ASI berupa buku pedoman MP-ASI, petunjuk teknis MP-ASI dan formulir pencatatan dan pelaporan. Didalam buku pedoman MP-ASI sudah mencakup pelaksanaan, pengelolaan dan pendistribusian MP-ASI. Buku pedoman pelaksanaan program MP-ASI dan formulir pencatatan hanya diberikan pada petugas gizi yang menjadi koordinator MP-ASI tingkat Puskesmas Kelurahan sedangkan untuk kader tidak mendapatkan buku tersebut hanya mendapat formulir bantu pelaporan. 4. Bahan Bahan paket pada program MP-ASI adalah bubuk instan dan biskuit. MP-ASI bubuk instan dibuat dalam tiga rasa yaitu beras merah, kacang hijau dan pisang. Berat bersihnya adalah 200 gram per kemasan., sedangkan untuk biskuit perkemasan berisi 12 keping dengan berat per keping 10 gram sehingga berat bersih perkemasan 120 gram. MP-ASI yang diberikan harus berkualitas baik, bebas dari bahan-bahan asing dan bahan-bahan yang mengganggu kesehatan oleh serangga dan kombinasi jamur. Di Puskesmas Kelurahan Kayumanis MP-ASI yang diterima tidak sesuai jumlahnya dengan yang diusulkan hanya 40% untuk bubuk instan dan 46% untuk biskuit. Hal ini membuat pihak puskesmas harus menyeleksi kembali sesuai dengan kriteria miskin dan berat badan paling bawah. 5. Metode Metode pemberian paket MP-ASI ke sasaran menurut buku pedoman petugas membagikan MP-ASI sebanyak 4 bungkus/ bulan (200 gram/bungkus) diberikan setiap bulannya selama 3 bulan, dengan penjelasan kepada ibu sasaran harus memberikan kepada bayi umur 6-11 bulan sebanyak 100 gram/hari dibagi dalam 3 kali pemberian. Sasaran yang berumur 12-24 bulan mendapat MP-ASI biskuit sebanyak 2 roll/bulan diberikan setiap bulan selama 3 bulan. Biskuit dikemas dengan berat bersih 120 gram, setiap 7 kemasan 120 gram dikemas dalam 1 plastik untuk dikonsumsi selama 1 minggu. Proses 1. Perencanaan Dalam perencanaan target sasaran (bayi usia 6-11 bulan) yang mendapat program MP- ASI berdasarkan data dari tiap-tiap posyandu kemudian diserahkan kekelurahan lalu diserahkan ke kecamatan untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan. Pelatihan petugas gizi Puskesmas untuk program MP-ASI baru dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 diselenggakan oleh Dinas Kesehatan yang sebelumnya belum pernah ada pelatihan dalam program ini. Jadwal pendistribusian program pemberian paket MP-ASI di Puskesmas terjadwal setahun 3 kali pada bulan Juli, Agustus dan September. Jadwal pendistribusian ini pun tidak terjadwal dengan baik tergantung dari pengiriman paket MP-ASI dari Kecamatan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan program MP-ASI yang direncanakan diberikan selama 90 hari (3bulan) dan berakhir pada bulan September 2008, dapat dilaksanakan sesuai dengan EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Page 63

rencana meskipun dari segi waktu ada yang mengambil MP-ASI melewati bulan September 2008. Pada pelaksanaan program MP-ASI ternyata jumlah sasaran yang mendapat MP-ASI kurang dari jumlah yang sudah ditargetkan sebelumnya. Kegiatan diawali dengan sosialisasi MP-ASI di Puskesmas Kelurahan Kayumanis dengan menunjuk bidan dan salah satu kader dari tiap- tiap posyandu yang membantu pelaksanaan program MP-ASI. Paket MP- ASI yang dikirim dari Puskesmas Kecamatan langsung diterima oleh Petugas Gizi yang merangkap sebagai koordinator Gizi. Saat itu juga langsung diberitahu kepada kader untuk mengambil paket MP-ASI sehingga tidak ada tempat penyimpanan khusus untuk paket MP-ASI karena langsung didistribusikan kepada sasaran tanpa menentukan jadwal pendistribusian. Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan program MP-ASI dilakukan setiap bulan pada saat posyandu oleh bidan atau kader posyandu. 3. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan program MP-ASI dilakukan secara langsung oleh petugas gizi Puskesmas Kelurahan Kayumanis atau kader posyandu yang ditunjuk pada saat posyandu. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa kader kurang melakukan pemantauan atau melihat apakah MP-ASI yang diberikan habis atau tidak, mau apa tidak, berapa sisa atau stok dirumah sasaran, sehingga kader posyandu atau bidan tidak mempunyai pencatatan dan pelaporan hal itu. Output Sasaran yang memperoleh MP-ASI mengacu pada pedoman yaitu bayi usia 6-11 bulan dari keluarga miskin mendapat MP-ASI bubuk instan dan anak usia 12-24 bulan dari keluarga miskin mendapat MP- ASI biskuit. Oleh karena jumlah sasaran yang ada lebih besar dari alokasi bahan yang tersedia yaitu untuk bayi usia 6-11 bulan sebanyak 5 sasaran dan anak usia 12-24 bulan sebanyak 28 sasaran, maka petugas gizi Puskesmas Kelurahan Kayumanis memprioritaskan bayi usia 6-11 bulan atau anak usia 12-24 bulan dari keluarga miskin yang berstatus gizi kurang atau BGM yang paling bawah. Outcome Setelah 3 bulan pemberian MP-ASI, kemudian dibandingkan berat badan awal dengan berat badan akhir maka dapat diketahui apakah berat badan sasaran meningkat, tetap atau turun. Sebanyak 14 baduta mengalami kenaikan berat badan mengikuti salah satu pita warna. Sebagian besar mengalami kenaikan berat badan selama 3 bulan pemberian MP-ASI. Rata-rata peningkatan berat badan baduta yang mendapatkan MP-ASI bubuk instan selama 3 bulan sebesar 0,4 kg sedangkan yang mendapatkan MP-ASI biskuit mengalami peningkatan sebesar 0,3 selama 3 bulan. Selain itu, ada satu baduta mengalami penurunan berat badan selama pemberian MP-ASI. Penurunan ini diakibatkan dengan adanya penyakit yang sedang diderita oleh baduta tersebut serta kurangnya perhatian orang tua terhadap lingkungan. PEMBAHASAN Pada Input peran pembinaan lebih baik dilakukan secara rutin dan berkesinambungan serta bentuk-bentuk interaksi komunikasi yang lain tidak hanya akan meningkatkan kepemilikan program dan selanjutnya akan menambah motivasi masyarakat untuk memahami program tersebut Menurut Adiyasa (2008) petunjuk teknis disusun sebagai penjabaran teknis dari buku pedoman yang disesuaikan dengan kondisi wilyah bahkan ditambah beberapa petunjuk terutama dalam pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan. Pada proses menurut Trisnantoro (2000) menjelaskan bahwa terdapat kesenjangan (gap) antara unsur -unsur perencanaan kesehatan di masing-masing tingkat, sehingga hasil yang dicapai tidak menampung usulan-usulan dari tingkat bawah. Untuk jenis MP-ASI dipertegas dengan temuan Wiryo (2002) bahwa didaerah pedesaan di Lombok kebanyakan masyarakat memberikan nasi atau pisang sebagai makanan dini sebelum bayi berumur 4 bulan. Penyebabnya adalah suatu kebiasaan masyarakat yaitu adanya kekerabatan social dari tetangga yang datang pada waktu seorang ibu melahirkan dan mereka memberikan nasi, pisang, madu ataupun kelapa muda pada bayi tersebut dengan alas an kepercayaan tertentu. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Page 64

Pada output sesuai dengan Surat Menkes RI No. 807/Menkes/VII/2007 perihal Pemberian Makanan Pendamping ASI gratis di Indonesia disebutkan bahwa Menkes RI mengharapkan agar tenaga kesehatan yang terlibat melakukan monitoring dan evaluasi pemberian makanan pendamping ASI gratis agar tepat sasaran, tepat jumlah, tempat lama pemberian dan pemantauan berat badan sasaran. Sedangkan pada outcome seharusnya program ini dapat meningkatkan berat badan sasaran namun ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap masalah kurang gizi yaitu pengadaan/produksi bahan pangan, konsumsi pangan dan penggunaan makanan secara biologis. Ketiga faktor ini ditentukan oleh faktor-faktor lain yang juga saling berkaitan yaitu antara lain produksi bahan makanan, pemsaran pendapatan/penghasilan masyarakat, kurang pengertian, penyakitpenyakit, imunisasi, sanitasi dan hygene serta social budaya. Yang termasuk social budaya misalnya tingkat pendidikan, pengertian dan kesadaran gizi, kebiasaan makan, kepercayaan dan pantangan terhadap makanan, kebiasaan menyapih anak (Depkes, 2005) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan input dalam pengelolaan program MP-ASI dipuskesmas seperti ketersediaan tenaga yang masih kurang, bahan paket tidak sesuai dengan yang ditargetkan, dana tidak mencukupi, buku pedoman yang ada sudah jelas mencakup petunjuk teknis. Dalam hal perencanaan target sasaran MP-ASI adalah baduta yang BGM dan tidak mampu, pendistribusian dilakukan oleh kader dalam waktu 3 bulan pemberian dengan dimonitoring oleh petugas gizi yang merangkap jadi koordinator MP-ASI. Saran Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan program MP-ASI perlu adatambahan tenaga khusus da kerjasama antar tenaga kesehatan terutama dalam hal pemantauan ke sasaran program MP-ASI. Perlu ditingkatkan lagi perhatian orang tua terhadap anaknya dengan cara melakukan penyuluhan di tiap-tiap posyandu oleh petugas gizi, bidan dan kader posyandu. KEPUSTAKAAN Adiyasa, IN, (2008). Evaluasi Program Pemberian MP-ASI Bubuk Instan dan Biskuit Di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat Timur, dan Bengkulu Utara Tahun 2007, Tesis Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Arisman, M.B. (2004) Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Depkes RI, (2002), Pedoman Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Depkes RI, 2002, Petunjuk Teknis Pengelolaan Makanan Pendamping ASI. Depkes RI, (2002), Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Depkes RI, (2005) Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping ASI (M P-ASI), Jakarta. Depkes RI, (2006) Gizi Dalam Angka Sampai dengan tahun 2005. Jakarta. Notoatmodjo, S. (200 3) Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta, Jakarta. Prawirohartono, E.P. (1997) Gizi Dalam Masa Tumbuh Kembang. Sub bagian Gizi Anak SMF Anak RSUP dr Sardjito, Yogyakarta. Suharjo. (2007) Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak, Cetakan ke-10, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sugiyono. (200 6) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfa Beta, Bandung. Trisnantoro, L., (1994), Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen, Gajah Mada University Press Wijono, D. (199 9) Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Teori, Strategi dan Aplikasi. Airlangga University Press, Surabaya. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS KELURAHAN KAYUMANIS JAKARTA TIMUR Page 65