Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 INTRODUKSI. riset, problem riset, pertanyaan riset, motivasi riset, tujuan riset, kontribusi riset,

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BAB 1 INTRODUKSI. 1.1 Latar Belakang. Tanggal 15 Januari 2014, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. membahas mengenai hasil yang ingin dicapai. Selanjutnya, dengan tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan April 2016, Gubernur Daerah Khusus Istimewa (DKI)

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

PENGAWASAN TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Albrecht et al., (2014) menyatakan bahwa kecurangan (fraud) melibatkan

DAFTAR PUSTAKA. Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah menegaskan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik dan pihak eksternal pengguna laporan keuangan dalam kualitas

pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian di Indonesia. Pembentukan BUMN sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah, sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. terjangkit yang namanya kecurangan atau istilahnya fraud. Fraud ini terjadi akibat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Dalam upaya memberi pertanggungjawaban terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kecurangan ini berkembang pesat ditengah-tengah perkembangan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu hal yang menjadi tuntutan dalam pemerintahan saat ini

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. kronis bangsa. Hampir disemua lini pemerintahan terjadi perilaku korupsi, dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tuanakotta (2010: 106) terdapat tiga sikap dan tindak-pikir yang selalu

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. objektif. Benar-benar dilakukan tanpa bias (Sawyer, 2005:8).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelewengan dan penyalahgunaan yang terjadi terhadap aset-aset yang

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Setelah otonomi daerah digulirkan tahun 1999, pemerintah daerah mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. luar maupun di dalam organisasi. Fraud biasanya menyangkut penyajian yang secara

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

Transkripsi:

BAB 1 INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi pekerjaan yang tidak pernah terselesaikan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut merupakan permasalahan yang perlu dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Kasus pembangunan wisma atlet, pengadaan simulator SIM, dan pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) serta beberapa kasus lainnya merupakan contoh fraud yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada Pemerintah Pusat, tetapi juga terjadi pada pemerintah daerah. Dalam dua belas tahun terakhir (2004-2015), kasus korupsi di pemerintah daerah yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebanyak 71 kasus pada pemerintah provinsi dan 107 kasus pada pemerintah kabupaten/kota (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016). Berdasarkan jenis perkara yang ditangani KPK, presentase cukup besar terjadinya fraud pada pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu sebesar 30% dari keseluruhan perkara atau 142 dari 468 perkara. Presentase tersebut belum termasuk kasus penyuapan yang kemungkinan juga berhubungan dengan proses pengadaan barang/jasa (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016). Berdasarkan data rekapitulasi Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2014 atas pemerintah daerah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa tipe kasus pengadaan barang/jasa, yaitu kasus 1

2 yang merugikan keuangan negara, berpotensi merugikan keuangan negara, kekurangan penerimaan, penyimpangan administrasi, ketidakhematan, dan ketidakefektifan (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2014). Kelompok temuan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Kelompok Temuan Pengadaan Barang/Jasa No Kelompok Temuan Jumlah Kasus Nilai Temuan (Rp) 1. Kerugian Keuangan Negara 810 276.893.640.000,00 2. Potensi Kerugian Keuangan 102 60.391.650.000,00 Negara 3. Kekurangan Penerimaan 247 58.601.350.000,00 4. Penyimpangan 87 - Administratif 5. Ketidakhematan 69 35.826.440.000,00 6. Ketidakefektifan 29 19.811.040.000,00 Jumlah 1344 451.524.120.000,00 Sumber: Laporan IHPS I BPK-RI Tahun 2014 Temuan atas kegiatan pengadaan barang/jasa di Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK-RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 sebesar Rp1.497.662.935,18 (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2014). Pada tahun 2012 dengan jumlah temuan sebesar Rp799.790.230,14 (Badan Pemeriksa

3 Keuangan Republik Indonesia, 2012), tahun 2013 dengan jumlah temuan sebesar Rp734.328.363,74 (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2013). Fraud yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Bangka Tengah banyak diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) kekurangan volume atas pekerjaan; (2) keterlambatan penyelesaian pekerjaan; (3) pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan; (4) perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai ketentuan; (5) kelebihan pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan konstruksi; (6) kelebihan pembayaran atas pekerjaan jasa konsultansi; (7) beberapa peralatan tidak diketahui keberadaannya; dan (8) pertanggungjawaban beberapa belanja kegiatan pemeliharaan rutin diragukan kewajarannya. Sementara itu, terdapat beberapa kasus pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kasus tersebut melibatkan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Bangka Tengah. Beberapa kasus yang ditangani oleh kejaksaan tinggi diantaranya pengadaan ternak sapi, pengadaan tanah/lahan, pengadaan pakaian dinas, pengadaan billboard, dan pembangunan tempat pembuangan akhir. Indikasi belum optimalnya fungsi Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di kabupaten dapat dilihat dari beberapa hal tersebut di atas, yaitu: (1) banyaknya kasus fraud pengadaan barang/jasa pemerintah di daerah yang ditangani oleh KPK; dan (2) besarnya temuan dari hasil pemeriksaan BPK RI di kabupaten-kabupaten seluruh Indonesia. Sementara

4 itu, indikasi belum optimalnya peranan APIP di Kabupaten Bangka Tengah dapat dilihat dari hal sebagai berikut: (1) banyaknya temuan fraud dari hasil pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan (2) banyaknya kasus pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud melakukan evaluasi atas peranan Aparat Pengawas Intern Pemerintah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Bangka Tengah. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang ada ialah pengawasan, pemeriksaan, dan pendampingan yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Bangka Tengah belum sepenuhnya mampu dan optimal dalam melakukan pendeteksian fraud yang terjadi atas pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Bangka Tengah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah: 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kurang optimalnya peranan aparat pengawas intern pemerintah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah?

5 2. Bagaimana langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan peranan aparat pengawas intern pemerintah dalam mendeteksi fraud pengadaan barang/jasa pemerintah? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penghambat peranan APIP dalam melaksanakan kegiatan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah. 2) Menilai sejauh mana peranan APIP dalam melakukan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah, sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan guna meningkatkan optimalisasi peranan APIP dalam pendeteksian fraud yang terjadi. 1.5 Motivasi Penelitian Gagasan untuk melakukan penelitian ini berawal dari keresahan peneliti atas banyaknya kasus fraud yang terjadi pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Secara nasional kasus-kasus tersebut banyak yang ditangani oleh KPK dan banyaknya temuan dari hasil pemeriksaan BPK RI di daerah. Dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu Kabupaten Bangka Tengah, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung banyak ditemukan fraud terkait proses pengadaan barang/jasa, dan beberapa oknum Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten

6 Bangka Tengah menjadi tersangka atas kasus pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditangani oleh pihak kejaksaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tergerak untuk melakukan analisis terhadap peranan APIP dalam kapasitasnya untuk melakukan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa. Hal ini dilakukan agar sistem peringatan dini atas proses pengadaan barang/jasa dapat berfungsi dengan baik, sehingga dapat meminimalkan fraud pada kegiatan tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan pemerintah terhadap masyarakat. 1.6 Kontribusi Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan ataupun sebagai salah satu sumber informasi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian atas optimalisasi peranan APIP dalam pendeteksian fraud; 2. Bagi praktisi, khususnya APIP, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan sesungguhnya yang harus menjadi fokus utama auditor di Inspektorat; 3. Bagi organisasi, khususnya Inspektorat Kabupaten Bangka Tengah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan optimalisasi peranannya dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah.

7 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini disajikan dalam 5 bab, dengan rincian sebagai berikut: BAB 1 INTRODUKSI, bab ini menyajikan gambaran umum yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini, yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, bab ini menguraikan tinjauan pustaka mengenai konsep-konsep yang terkait dengan audit intern pemerintah Indonesia, dasar hukum pelaksanaan audit intern, aparat pengawas intern pemerintah, peranan aparat pengawas intern pemerintah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah, fraud, fraud pengadaan barang/jasa pemerintah, dan pengadaan barang/jasa pemerintah. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian, serta kerangka pemikiran. BAB 3 DESAIN RISET, bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian, gambaran umum lokasi penelitian, rasionalitas objek penelitian, dan metode penelitian. Bab ini juga menjelaskan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI, bab ini menjelaskan temuantemuan dalam investigasi dan dirumuskan sebagai materi analisis hasil investigasi. Bab ini juga memuat secara ringkas mengenai latar belakang, cara dan hasil penelitian. Selanjutnya hasil temuan akan didiskusikan menurut landasan teori. Kemudian hasil diskusi akan dirumuskan atau

8 disimpulkan secara komprehensif dan menjelaskan dalam kaitannya dengan pertanyaan penelitian. BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI, bab ini menyajikan kesimpulan, rekomendasi, dan keterbatasan penelitian.