BAB 1 INTRODUKSI 1.1 Latar Belakang Fraud yang terjadi pada kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah menjadi pekerjaan yang tidak pernah terselesaikan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Hal tersebut merupakan permasalahan yang perlu dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Kasus pembangunan wisma atlet, pengadaan simulator SIM, dan pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) serta beberapa kasus lainnya merupakan contoh fraud yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada Pemerintah Pusat, tetapi juga terjadi pada pemerintah daerah. Dalam dua belas tahun terakhir (2004-2015), kasus korupsi di pemerintah daerah yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebanyak 71 kasus pada pemerintah provinsi dan 107 kasus pada pemerintah kabupaten/kota (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016). Berdasarkan jenis perkara yang ditangani KPK, presentase cukup besar terjadinya fraud pada pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu sebesar 30% dari keseluruhan perkara atau 142 dari 468 perkara. Presentase tersebut belum termasuk kasus penyuapan yang kemungkinan juga berhubungan dengan proses pengadaan barang/jasa (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016). Berdasarkan data rekapitulasi Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2014 atas pemerintah daerah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa tipe kasus pengadaan barang/jasa, yaitu kasus 1
2 yang merugikan keuangan negara, berpotensi merugikan keuangan negara, kekurangan penerimaan, penyimpangan administrasi, ketidakhematan, dan ketidakefektifan (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2014). Kelompok temuan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Kelompok Temuan Pengadaan Barang/Jasa No Kelompok Temuan Jumlah Kasus Nilai Temuan (Rp) 1. Kerugian Keuangan Negara 810 276.893.640.000,00 2. Potensi Kerugian Keuangan 102 60.391.650.000,00 Negara 3. Kekurangan Penerimaan 247 58.601.350.000,00 4. Penyimpangan 87 - Administratif 5. Ketidakhematan 69 35.826.440.000,00 6. Ketidakefektifan 29 19.811.040.000,00 Jumlah 1344 451.524.120.000,00 Sumber: Laporan IHPS I BPK-RI Tahun 2014 Temuan atas kegiatan pengadaan barang/jasa di Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK-RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2014 sebesar Rp1.497.662.935,18 (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2014). Pada tahun 2012 dengan jumlah temuan sebesar Rp799.790.230,14 (Badan Pemeriksa
3 Keuangan Republik Indonesia, 2012), tahun 2013 dengan jumlah temuan sebesar Rp734.328.363,74 (Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2013). Fraud yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Bangka Tengah banyak diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) kekurangan volume atas pekerjaan; (2) keterlambatan penyelesaian pekerjaan; (3) pekerjaan tidak sesuai dengan ketentuan; (4) perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai ketentuan; (5) kelebihan pembayaran atas pelaksanaan pekerjaan konstruksi; (6) kelebihan pembayaran atas pekerjaan jasa konsultansi; (7) beberapa peralatan tidak diketahui keberadaannya; dan (8) pertanggungjawaban beberapa belanja kegiatan pemeliharaan rutin diragukan kewajarannya. Sementara itu, terdapat beberapa kasus pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kasus tersebut melibatkan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Bangka Tengah. Beberapa kasus yang ditangani oleh kejaksaan tinggi diantaranya pengadaan ternak sapi, pengadaan tanah/lahan, pengadaan pakaian dinas, pengadaan billboard, dan pembangunan tempat pembuangan akhir. Indikasi belum optimalnya fungsi Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di kabupaten dapat dilihat dari beberapa hal tersebut di atas, yaitu: (1) banyaknya kasus fraud pengadaan barang/jasa pemerintah di daerah yang ditangani oleh KPK; dan (2) besarnya temuan dari hasil pemeriksaan BPK RI di kabupaten-kabupaten seluruh Indonesia. Sementara
4 itu, indikasi belum optimalnya peranan APIP di Kabupaten Bangka Tengah dapat dilihat dari hal sebagai berikut: (1) banyaknya temuan fraud dari hasil pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan (2) banyaknya kasus pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud melakukan evaluasi atas peranan Aparat Pengawas Intern Pemerintah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Bangka Tengah. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang ada ialah pengawasan, pemeriksaan, dan pendampingan yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kabupaten Bangka Tengah belum sepenuhnya mampu dan optimal dalam melakukan pendeteksian fraud yang terjadi atas pengadaan barang/jasa pemerintah di Kabupaten Bangka Tengah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini ialah: 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kurang optimalnya peranan aparat pengawas intern pemerintah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah?
5 2. Bagaimana langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan peranan aparat pengawas intern pemerintah dalam mendeteksi fraud pengadaan barang/jasa pemerintah? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penghambat peranan APIP dalam melaksanakan kegiatan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah. 2) Menilai sejauh mana peranan APIP dalam melakukan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah daerah, sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan guna meningkatkan optimalisasi peranan APIP dalam pendeteksian fraud yang terjadi. 1.5 Motivasi Penelitian Gagasan untuk melakukan penelitian ini berawal dari keresahan peneliti atas banyaknya kasus fraud yang terjadi pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Secara nasional kasus-kasus tersebut banyak yang ditangani oleh KPK dan banyaknya temuan dari hasil pemeriksaan BPK RI di daerah. Dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu Kabupaten Bangka Tengah, berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI Perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung banyak ditemukan fraud terkait proses pengadaan barang/jasa, dan beberapa oknum Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten
6 Bangka Tengah menjadi tersangka atas kasus pengadaan barang/jasa pemerintah yang ditangani oleh pihak kejaksaan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tergerak untuk melakukan analisis terhadap peranan APIP dalam kapasitasnya untuk melakukan pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa. Hal ini dilakukan agar sistem peringatan dini atas proses pengadaan barang/jasa dapat berfungsi dengan baik, sehingga dapat meminimalkan fraud pada kegiatan tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan pemerintah terhadap masyarakat. 1.6 Kontribusi Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan ataupun sebagai salah satu sumber informasi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian atas optimalisasi peranan APIP dalam pendeteksian fraud; 2. Bagi praktisi, khususnya APIP, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan sesungguhnya yang harus menjadi fokus utama auditor di Inspektorat; 3. Bagi organisasi, khususnya Inspektorat Kabupaten Bangka Tengah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan optimalisasi peranannya dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah.
7 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini disajikan dalam 5 bab, dengan rincian sebagai berikut: BAB 1 INTRODUKSI, bab ini menyajikan gambaran umum yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini, yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, bab ini menguraikan tinjauan pustaka mengenai konsep-konsep yang terkait dengan audit intern pemerintah Indonesia, dasar hukum pelaksanaan audit intern, aparat pengawas intern pemerintah, peranan aparat pengawas intern pemerintah dalam pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa pemerintah, fraud, fraud pengadaan barang/jasa pemerintah, dan pengadaan barang/jasa pemerintah. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian, serta kerangka pemikiran. BAB 3 DESAIN RISET, bab ini menjelaskan secara deskriptif tentang obyek penelitian, gambaran umum lokasi penelitian, rasionalitas objek penelitian, dan metode penelitian. Bab ini juga menjelaskan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI, bab ini menjelaskan temuantemuan dalam investigasi dan dirumuskan sebagai materi analisis hasil investigasi. Bab ini juga memuat secara ringkas mengenai latar belakang, cara dan hasil penelitian. Selanjutnya hasil temuan akan didiskusikan menurut landasan teori. Kemudian hasil diskusi akan dirumuskan atau
8 disimpulkan secara komprehensif dan menjelaskan dalam kaitannya dengan pertanyaan penelitian. BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI, bab ini menyajikan kesimpulan, rekomendasi, dan keterbatasan penelitian.