BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi secara persisten. Hipertensi seringkaliterjadibersamaan dengan diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian


dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

pasien hipertensi di Puskesmas Mergansan dan Puskesmas Kraton Yogyakarta pada tahun 2015.

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan pengobatan penyakit dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014). Namun dalam implementasinya, kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan yang dimiliki puskesmas masih jauh dari ideal. Sehingga mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, maka seorang Apoteker yang bertugas di puskesmas diwajibkan untuk melaksanakan praktek farmasi klinik dengan orientasi pada pasien. Pelayanan kefarmasian di puskesmas yang berhubungan dengan obat dan berorientasi pada pasien adalah penentuan tatalaksana terapi yang rasional yaitu dengan memberikan rekomendasi terapi untuk pasien. Pengobatan rasional ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, akan tetapi dalam pemberian obat ada kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan yang dapat mempengaruhi hasil terapi (Aslam, 2012). Peran serta apoteker dalam meningkatkan mutu dan keamanan pengobatan sangat diperlukan guna mencegah kesalahan dan menyelesaikan masalah terkait penggunaan obat. Permasalahan dalam pengobatan ini dikenal dengan DRPs yang merupakan masalah kesehatan 1

2 serius dan dapat terjadi pada semua tingkat umur, mempengaruhi kualitas hidup pasien dan menimbulkan dampak ekonomi yang cukup besar. DRPs sebagai peristiwa atau keadaan dimana terapi obat berpotensi atau secara nyata dapat mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan (Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2010). Kesalahan pengobatan merupakan salah satu kesalahan medis yang paling sering terjadi. Dalam satu penelitian menyebutkan bahwa kejadian DRPs meningkat dan sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan penyakit kronis, yang baru saja keluar dari rumah sakit dan menggunakan lima atau lebih pengobatan (Ahmad dkk., 2014). Permasalahan terapi pengobatan atau DRPs dapat dicegah dan ditangani dalam pelayanan farmasi klinik, karena itu setiap farmasis harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses pelayanan kesehatan, memahami penyakit dan terapinya dengan memperhatikan kondisi pasien secara individual, mampu mengidentifikasi serta menatalaksana problem kesehatan yang terkait dengan penggunaan obat dan mampu bekerja sama langsung dalam perawatan penderita untuk mengatasi DRPs yang terjadi. Sehingga tujuan dari pelayanan farmasi adalah meningkatkan kualitas hidup pasien melalui pencapaian keberhasilan terapi, yaitu kesembuhan penyakit pasien, pengurangan gejala, menghambat proses penyakit dan mencegah terjadinya penyakit (Shareef dkk., 2014). Salah satu penyakit yang banyak dan sering terjadi yaitu hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama di dunia dan disebut silent killer dengan manifestasi komplikasi serius (Sahoo dkk., 2014). Angka kejadian

3 hipertensi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun di Indonesia. Menurut survei riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007-2008, kejadian prevalensi hipertensi di Indonesia telah mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa (Syamsudin, 2011) dan riset kesehatan daerah menunjukkan bahwa provinsi DIY masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak. Hipertensi berdasarkan JNC 7 merupakan keadaan tekanan darah sistolik 140 mmhg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmhg pada pengukuran berulang. Prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada penelitian (Supraptia dkk., 2014) menyimpulkan bahwa penatalaksanaan hipertensi pada pasien geriatri masih menyisakan permasalahan terkait obat yang sebetulnya dapat dicegah yakni DRPs aktual sebesar 3,2%. DRPs potensial yakni interaksi obat terjadi pada 62,0% pasien yang memerlukan perhatian farmasis untuk dapat mencegah dan meminimalkan peluang terjadinya DRPs. Masih cukup banyak pasien yang belum mencapai target terapi sehingga diperlukan suatu kolaborasi yang melibatkan farmasis untuk mengoptimalkan terapi antihipertensi pada pasien. Pengobatan hipertensi tidak hanya melibatkan satu obat saja, karena biasanya penyakit hipertensi disertai dengan penyakit penyerta yang lain sehingga banyaknya obat yang diberikan kepada pasien akan meningkatkan risiko efek samping dan mempengaruhi efek terapi pasien. Untuk mencegah dan menghindari permasalahan tersebut, maka diperlukan pemahaman yang baik tentang pola penggunaan obat pada pasien sehingga diperoleh outcome terapi sesuai yang diinginkan. Identifikasi DRPs merupakan hal yang penting dalam pelayanan

4 kefarmasian untuk mencapai kualitas hidup pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Permana, (2014) mendapatkan rasionalitas penggunaan obat antihipertensi yang rasional akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik namun belum mencapai target tekanan darah. Penelitian lainnya menyatakan bahwa kepatuhan dan pola pengobatan berpengaruh terhadap hasil terapi pasien hipertensi yaitu penurunan tekanan darah sitolik dan diastolik (Chusna, 2014). Gumi dkk., (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dari 35 subjek penelitian, terdapat 31 subjek penelitian yang secara nyata atau berpotensi mengalami DPRs. Ada atau tidaknya penyebab DRPs tidak menyebabkan adanya perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik yang dihasilkan secara statistik pada kurun waktu 10-15 hari dan 30-45 hari. Namun, jika dilihat secara klinik dari rerata dan median perubahan tekanan darah sistolik pada pasien yang tidak mengalami penyebab DRPs dihasilkan penurunan tekanan darah 20 mmhg, dimana nilai ini lebih besar dari tekanan darah sistolik yang dipilih dalam percobaan terkontrol untuk mewakili tekanan darah sistolik yang menentukan kemanjuran terapi obat dan mengurangi angka penyakit kardiovaskular yaitu 12 mmhg (Ogden dkk., 2000). Hasil penelitian Chiburdanidze, (2013) menyatakan terdapat 18,18% pasien hipertensi dan 2,02% pasien hipertensi dengan komplikasi mengalami ketidaktepatan pemilihan obat antihipertensi sehingga keberhasilan terapi tidak tercapai. Setiap peresepan obat perlu dipertimbangkan mengenai karakter dan kondisi setiap pasien, hal ini berkaitan dengan ketepatan pemilihan obat bertujuan

5 agar penggunaan obat sebagai tanggung jawab bersama dalam menghasilkan outcome yang optimal (Kabo, 2011; Kusumadewi dkk., 2011). Oleh karena itu, apabila terjadi ketidaktepatan pemilihan obat maka dapat digolongan sebagai salah satu DRPs yang berpotensi dalam kegagalan terapi serta timbulnya efek yang tidak diinginkan. Kejadian DRPs berpotensi terhadap kegagalan terapi dan merupakan kejadian yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien akibat atau diduga akibat terapi obat dan secara aktual atau potensial mengganggu outcome terapi yang diharapkan (Cipolle dkk., 2004). Tingginya prevalensi hipertensi serta risiko kejadian DRPs yang dapat berefek pada outcome terapi maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara DRPs dan capaian terapi pada pasien hipertensi. Karena penurunan tekanan darah dapat dilihat sebagai salah satu parameter primer untuk menentukan keberhasilan terapi hipertensi dan sebagai panduan pengobatan yang baik (Calhoun dkk., 2008). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: 1. Seperti apa profil DRPs pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara DRPs dan capaian target terapi hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta?

6 C. Keaslian Penelitian Penelitian kajian DRPs pada pasien hipertensi pernah dilakukan sebelumnya, antara lain tersaji pada tabel 1. Penelitian dengan judul Hubungan Antara Drug Related Problems (DRPs) dan Capaian Target Terapi Hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta, berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya, yaitu penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cohort dengan pengumpulan data secara retrospektif yang bertujuan mengetahui profil kejadian DRPs dan mengetahui hubungan antara DRPs dan capaian target terapi hipertensi. Subjek penelitian yang digunakan adalah pasien jaminan kesehatan BPJS yang berobat rawat jalan dengan diagnosis hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta. Waktu dan tempat penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang telah ada yaitu penelitian dilakukan pada bulan Januari - Agustus 2015 di beberapa Puskesmas Kota Yogyakarta yaitu Puskesmas Mergangsan, Puskesmas Jetis dan Puskesmas Tegal Rejo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas dan segenap tenaga kesehatan yang bertugas, khususnya farmasis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai DRPs pada pasien hipertensi sehingga dapat memberikan perhatian khusus pada pasien yang memiliki risiko terjadinya DRPs, dapat menghindari kejadian DRPs dan meningkatkan terapi yang tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan.

7 2. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pelajaran akan pentingnya peran farmasis dalam mengevaluasi dan mengidentifikasi pengobatan pasien sehingga tercapai keberhasilan terapi. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui profil kejadian DRPs yang terjadi pada pasien hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta. 2. Mengetahui hubungan antara DRPs dan capaian target terapi hipertensi di Puskesmas Kota Yogyakarta.

Tabel 1. Penelitian yang pernah dilakukan tentang DRPs Nama dan Tahun Judul Metode dan Subjek Hasil Penelitian dan Kesimpulan Gumi dkk., (2013) Identifikasi Drug related Rancangan penelitian deskriptif DRPs efektivitas terapi (100%), pemilihan obat problems Pada Penanganan observasional, pengambilan data secara (24,44%), pemilihan dosis (26,67%), pasien (46,67%) Pasien Hipertensi di UPT Puskesmas Jembrana prospektif. Subjek: pasien BPJS rawat jalan, usia >18 tahun. dan penyebab yang tidak jelas (2,22%). Terdapat hubungan antara penyebab DRPs terhadap perubahan terapi. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok pasien dengan jumlah penyebab DRPs 0, 1, 2, dan 3 terhadap tekanan darah sistolik yang dihasilkan pada kurun waktu 10-15 hari Niquille dan Bugnon, (2010) Relationship Between Drug- Related Problems and Health Outcomes: a crosssectional study among cardiovascular patients Permana, (2014) Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi dan Outcome Terapi pada Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Rancangan penelitian cross sectional. Subjek: pasien kardiovaskuler (56-75 tahun) rawat jalan. Identifikasi DRPs oleh Apoteker untuk mengevaluasi kebutuhan praktek farmasi kolaboratif untuk mencapai hasil ekonomi, klinis dan humanistik. Penelitian observasional deskriptif analitik secara prospektif. Sampel: 67 pasien hipertensi dievaluasi kerasionalitasannya dan dilihat outcome terapi pencapaian tekanan darah. dan 30-45 hari. 91% pasien mengalami DRPs. Pada pasien yang tidak mengalami DRPs, kemungkinan pencapaian target terapi lebih tinggi, kualitas hidup lebih baik dan biaya perawatan lebih rendah. Hasil penelitian: 67 pasien memenuhi kriteria rasional tepat indikasi (100%), tepat obat 67 pasien (100%), tepat pasien 67 pasien (100%), tepat dosis 65 pasien (97,1%) dan efek samping 8 pasien (11,9%). Pola penggunaan obat 33 pasien (49,25%) dengan antihipertensi tunggal, 28 pasien (41,79%) dengan kombinasi 2 obat antihipertensi dan 6 pasien (8,96%) kombinasi 3 obat antihipertensi. Outcome terapi pencapaian target tekanan darah sistolik 10 pasien dengan antihipertensi tunggal dan 11 pasien dengan antihipertensi kombinasi. Pencapaian target tekanan darah diastolik 18 pasien dengan obat tunggal dan 14 pasien dengan kombinasi. 8

Tabel 1. Lanjutan Nama dan Tahun Judul Metode dan Subjek Hasil Penelitian dan Kesimpulan (Gastelurrutia dkk., Negative Clinical Desain penelitian deskriptif analisis. Subjek: Metodologi yang digunakan dalam penelitian difokuskan 2011) Outcomes Associated pasien rawat jalan poliklinik jantung Rumah pada outcome klinis negatif, sehingga DRPs dianggap With Drug-Related Sakit Universitas di Barcelonabulan Oktober sebagai penyebab potensial terjadinya DNOs (Drug Problems in Heart 2008 April 2009 Negative Outcomes). Hasil penelitian menunjukkan 45% Failure (HF) masalah kesehatan yang menyebabkan DNOs adalah Outpatients: Impact dibutuhkan terapi obat, 24% kurang dosis, 33,5% of a Pharmacist in a Multidisciplinary HF penggunaan obat yang tidak aman untuk pasien dan 30% obat tidak efektif. Clinic (Chiburdanidze, 2013) Evaluasi Ketepatan Pemilihan Obat Dan Outcome Terapi Pada Pasien Hipertensi Rawat jalan Di Rumah Sakit A Tahun 2013 Desain penelitian cross sectional dan analisis data secara deskriptif dengan teknik pengambilan sampel non probability purposive sampling. Subjek pasien rawat jalan yang didiagnosis hipertensi dengan atau tanpa penyakit penyerta, bukan pasien baru. Hasil penelitian menunjukkan pengobatan dengan tepat dan terapinya berhasil adalah 38,38% pada pasien hipertensi dan 4,04% pada pasien hipertensi dengan komplikasi. Sedangkan 12,12% pasien hipertensi dan 6,06% pasien hipertensi dengan komplikasi mendapatkan obat anti hipertensi yang tidak tepat dan mengalami keberhasilan terapi. Sebanyak 16,16% pasien hipertensi dan 3,03% pasien hipertensi dengan komplikasi mendapatkan pengobatan dengan tepat, namun tekanan darahnya tidak mencapai target terapi hipertensi. Pemilihan obat anti hipertensi yang tidak tepat dan pasien hipertensi tidak mengalami keberhasilan terapi adalah 18,18% pasien hipertensi dan 2,02% pasien hipertensi dengan komplikasi. 9