BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

30% Pertanian 0% TAHUN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Tahun Bawang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai Glycine max (L.) Merill adalah tanaman asli daratan Cina dan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAPATAN DAN FUNGSI PRODUKSI USAHA TANI CABAI LAHAN PASIR STUDI DI DUSUN NGEPET, DESA SRIGADING, KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL, DIY TAHUN 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PRODUKSI CABAI BESAR DAN CABAI RAWIT

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil strategis terutama yang menyangkut komoditas pangan. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk pertanian ini, diharapkan dapat dilakukan secara lebih terencana dengan pemanfaatan yang optimum, serta dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia. Sebagai sektor dominan di wilayah berbasis sumberdaya alam, pertanian memiliki peran sebagai penghasil pangan, bahan mentah dan bahan baku industri, penyedia lapangan kerja dan lapangan usaha, sumber devisa, serta pelestari fungsi lingkungan (Nasution, 1997). Tabel 1.1 di bawah ini, menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memberikan kontribusi terbesar ketiga bagi PDB Indonesia yaitu sebesar Rp 350.722,2 miliar pada tahun 2014 atau sebesar 12,06%. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Berdasarkan sensus pertanian yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2013, sektor pertanian masih menyerap tenaga kerja terbesar dengan persentase 34,6 persen dari jumlah tenaga kerja. Selain itu, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB yaitu sebesar 12,26 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia, masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dan sumber pendapatan utama. 1

2 Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2011-2014 Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014** Pertanian, Peternakan, 315.036,80 328.279,70 339.560,80 350.722,20 (12,78%) (12,53%) (12,26%) (12,06%) Pertambangan dan 190.143,20 193.139,20 195.853,20 195.425 Penggalian (7,72%) (7,37%) (7,07%) (6,72%) Industri Pengolahan 633.781,90 670.190,60 707.481,70 741.835,70 (25, 72%) (25,59%) (25,55%) (25,50%) Listrik, gas, 18.899,70 20.094 21.254,80 22.423,50 dan air bersih (0,77%) (0,77%) (0,77%) (0,77%) Bangunan 159.122,90 170.884,80 182.117,90 194.093,40 (6,46%) (6,52%) (6,58%) (6,67%) Perdagangan, hotel 437.472,90 473.152,60 501.040,60 524.309,50 dan restoran (17,75%) (18,07%) (18,09%) (18,02%) Pengangkutan 241.303 265.383,70 291.404 318.527,90 dan Komunikasi (9,79%) (10,13%) (10,52%) (10,95%) Keuangan, persewaan 236.146,60 253.000,40 272.141,60 288.351 & jasa persh. (9,58%) (9,66%) (9,83%) (9,91%) Jasa jasa 232.659,10 244.807 258.198,40 273.493,30 (9,44%) (9,35%) (9,32%) (9,40%) Total Produk Domestik Bruto (PDRB) 2.464.566,10 (100%) 2.618.932,00 (100%) 2.769.053,00 (100%) 2.909.181,50 (100%) Sumber : BPS, 2015. Keterangan: * (Angka sementara). Sektor pertanian di Indonesia meliputi enam subsektor yang dirilis oleh BPS dari sensus pertanian 2013. Keenam subsektor tersebut adalah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, serta kehutanan. Salah satu subsektor pertanian yang berkembang di Indonesia adalah subsektor tanaman hortikultura. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang

3 Hortikultura, pasal 1 menyebutkan bahwa: Yang dimaksud dengan hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura atau tanaman hias (BPS, 2015 : 01). Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mempunyai potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi penawaran atau produksi, luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura, yang mencakup 323 jenis komoditas terdiri dari 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka, dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Ditjen Hortikultura, 2008). Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan memiliki wilayah dataran rendah maupun dataran tinggi, dapat menghasilkan berbagai jenis tanaman. Salah satu jenis tanaman yang sesuai dengan iklim di Indonesia adalah tanaman sayuran. Salah satu jenis sayuran yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah tanaman cabai. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris yang cocok untuk budidaya tanaman cabai. Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Cabai merupakan salah satu sayuran yang permintaannya cukup tinggi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor ke mancanegara seperti Malaysia dan Singapura.

4 Negara tujuan ekspor cabai Indonesia pada tahun 2014 dilakukan ke Negara Singapura sebesar 196 ton atau 80,60% dari total volume ekspor cabai Indonesia (Gambar 1.1). Negara tujuan ekspor selanjutnya adalah Malaysia sebesar 18 ton (7,21%), Arab sebesar 16 ton (6,53%) dan Jepang sebesar 8 ton (3,48%) dari total volume ekspor cabai Indonesia. Sumber : Departemen Pertanian, 2015. Gambar 1.1 Beberapa Negara Tujuan Ekspor Cabai Indonesia, Tahun 2014 (Ton) Terdapat beberapa jenis cabai, yakni cabai besar dan cabai keriting. Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi cabai dalam bentuk segar, kering dan olahan. Kebutuhan cabai untuk kota besar yang berpenduduk satu juta atau lebih sekitar 800.000 ton/tahun atau 66.000 ton/bulan. Pada musim hajatan atau hari besar keagamaan, kebutuhan cabai biasanya meningkat sekitar 10-20% dari kebutuhan normal. Tingkat produktivitas cabai secara nasional selama 5 tahun terakhir yaitu sekitar 6 ton/ha. Tingginya kebutuhan masyarakat akan cabai ini membuat cabai menjadi komoditas unggulan yang mempunyai nilai ekonomi

5 yang tinggi, sehingga banyak dibudidayakan di Indonesia (Sekjen Pertanian, 2015). Salah satu daerah di Indonesia yang cukup potensial dalam bidang pertanian, khususnya pertanian tanaman hortikultura seperti tanaman cabai adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sektor pertanian DIY mampu menyumbang sekitar 13,91% untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di DIY merupakan sektor yang cukup potensial dan perlu terus dikembangkan. Salah satu subsektor pertanian di DIY yang cukup potensial adalah subsektor pertanian hortikultura. Sumber : BPS DIY, 2013. Gambar 1.2 Luas Panen Sayuran Potensi Tahun 2012 2013 (Hektar) Gambar 1.2 menunjukkan luas panen tanaman hortikultura sayuran potensial di DIY pada tahun 2012-2013. Jenis tanaman dengan luas panen terbesar adalah tanaman cabai besar yang mengalami kenaikan luas lahan sebesar 135 hektar dari tahun 2012 ke tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai khususnya komoditas cabai besar, mengalami peningkatan cukup signifikan dan

6 semakin banyak diminati untuk dibudidayakan khususnya beberapa tahun terakhir ini. Salah satu keunggulan tanaman cabai khususnya cabai besar, yaitu mampu ditanam baik di lahan sawah (basah), tegalan (kering), pegunungan (dataran tinggi), maupun lahan pasir pantai atau pinggir laut (dataran rendah). Meskipun sektor pertanian khususnya untuk komoditas cabai semakin berkembang, banyak petani yang mengalami masalah terkait dengan ketersediaan lahan yang semakin hari semakin sempit. Tantangan bagi sektor pertanian khususnya di pulau Jawa adalah bagaimana meningkatkan produktivitas, seiring semakin menyempitnya lahan. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan alternatif dalam upaya penyediaan lahan untuk sektor pertanian. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam upaya penyediaan lahan untuk pertanian, yaitu dengan memanfaatkan lahan marginal pasir pantai sebagai lahan bercocok tanam. Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung,debu,dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 cm per jam. Sebaliknya, kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia. Angin di kawasan pantai justru sangat tinggi, yaitu sekitar 50 km/jam (Prapto dkk., 2000). Salah satu daerah yang membudidayakan pertanian lahan pasir khususnya untuk komoditas cabai besar adalah di kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul saat ini menjadi salah satu sentra produsen bawang merah dan cabai besar di Provinsi DIY setelah kabupaten Kulonprogo.

7 Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan produksi cabai besar di kabupaten Bantul pada tahun 2013, yang mengalami peningkatan sebesar 69 persen dibandingkan dengan kondisi 2012. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa, komoditas cabai besar di kabupaten Bantul merupakan komoditas yang sangat potensial untuk terus dikembangkan, karenaterus mengalami peningkatan signifikan khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Tabel 1.2 Produksi Tanaman Hortikultura Sayuran (Kuintal) di Kabupaten Bantul, 2011-2013 Uraian Tahun 2011 2012 2013 Bawang Merah 117.947 92.191 73.270 Cabai Besar 5.251 10.402 17.651 Cabai Rawit 1.550 437 4.099 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2014. Di kabupaten Bantul sendiri, terdapat 17 kecamatan produsen cabai besar. Areal pertanian bawang merah dan cabai besar, terkonsentrasi di kecamatan Kretek dan Sanden. Tabel 1.4 menunjukkan perbandingan luas panen dan produksi cabai besar menurut kecamatan di kabupaten Bantul Tahun 2013. Kecamatan Sanden merupakan salah satu daerah produsen cabai besar terbesar setelah kecamatan Kretek. Potensi lahan untuk usaha tani cabai besar di kecamatan Sanden yang sudah mulai dikembangkan oleh para petani adalah lahan pasir. Di kecamatan Sanden, terdapat kawasan pantai yang menjadi sentra

8 budidaya pertanian lahan pasir. Kawasan pantai tersebut adalah kawasan Pantai Samas yang terletak di dusun Ngepet, desa Srigading. Pertanian lahan pasir di daerah ini sudah diawali sejak tahun 1983 karena adanya masalah keterbatasan lahan yang semakin menyempit, sehingga para petani mengalihfungsikan lahan pasir yang ada menjadi lahan pertanian. Tabel 1.3 Perbandingan Luas Panen dan Produksi Cabai Besar Menurut Kecamatan di Kabupaten Bantul Tahun 2013 Kecamatan Tahun 2013 Luas Panen (Ha) Rata-rata Produksi Produksi (Kw) (Kw/Ha) Srandakan 17 33,76 574 Sanden 170 24,32 4.134 Kretek 334 31,66 10.574 Pundong 5 33,60 168 Bambanglipuro 33 49,24 1.625 Pandak 0 0,00 0 Bantul 9 22,56 203 Jetis 0 0,00 0 Imogiri 0 0,00 0 Dlingo 0 0,00 0 Pleret 0 0,00 0 Piyungan 9 31,33 282 Banguntapan 2 32,50 65 Sewon 0 0,00 0 Kasihan 0 0,00 0 Pajangan 0 0,00 0 Sedayu 2 13,00 26 Jumlah 581 30,38 17.651 Rata rata 34,18 16,00 1.038,29 Sumber : BPS Bantul, 2014. Salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan oleh para petani di kecamatan Sanden adalah bawang merah dan cabai besar. Pertanian cabai besar di lahan pasir ini dilakukan dengan sistem tumpang sari dan menggunakan pestisida alami, sehingga cabai bebas dari bahan kimia. Berdasarkan data yang diperoleh

9 dari BPS, perkembangan komoditas cabai besar baik lahan sawah maupun lahan pasir di kecamatan Sanden menunjukkan peningkatan signifikan terhadap luas lahan untuk lima tahun terakhir, yaitu sebesar 160,2 Ha. Tabel 1.4 Perbandingan Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Cabai Besar Kecamatan SandenTahun 2009 2013 Tahun Luas Panen (Ha) Rata-rata Produksi (Kw/Ha) Produksi (Kw) 2009 274 37,47 10.340 2010 189 46,8 8.845 2011 47 12,38 582 2012 121 77,17 9,338 2013 170 24,32 4.134 Rata-rata 160,2 39,628 4.782 Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Sanden, 2014. Peningkatan luas lahan ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Tabel 1.4 menunjukkan perbandingan luas panen, produksi, dan produktivitas cabai besar baik lahan sawah maupun lahan pasir di kecamatan Sanden dari tahun 2009-2013. Rata-rata produksi dan produktivitas komoditas cabai besar lahan sawah maupun lahan pasir yaitu masing-masing sebesar 39,628 Kw/Ha dan 4.782 Kw. Berdasarkan data tersebut, produktivitas dan produksi cabai besar baik lahan sawah maupun lahan pasir tahun 2013 cenderung menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yaitu masing-masing sebesar 24,32 Kw/Ha dan 4.134 Kw. Penurunan produksi tersebut menunjukkan ketidakstabilan produksi komoditas cabai besar lahan sawah maupun lahan pasir. Dalam lima tahun terakhir, hasil produksi komoditas cabai besar lahan sawah maupun lahan pasir di

10 daerah ini sangat berfluktuasi. Ketidakstabilan hasil produksi tersebut berkaitan dengan penggunaan faktor produksi yang kurang optimal khususnya untuk pertanian dilahan pasir mengingat pertanian lahan pasir memerlukan teknologi (metode) khusus jika dibandingkan dengan pertanian lahan biasa. Selain itu petani di dusun Ngepet, desa Srigading, kecamatan Sanden juga mengeluhkan masalah terkait mahalnya harga bibit serta pupuk. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan petani cabai besar lahan pasir, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading, kecamatan Sanden, kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti, mengingat pertanian lahan pasir khususnya untuk komoditas cabai besar dapat dikatakan sangat potensial serta mampu memberikan keuntungan bagi petani. Oleh karena itu, pertanian lahan pasir khususnya untuk komoditas cabai besar, harus terus dikembangkan dan mendapat perhatian khusus dari semua pihak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading? 2. Bagaimana pengaruh jumlah bibit terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading?

11 3. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading? 4. Bagaimana pengaruh jumlah pupuk terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading? 5. Bagaimana pengaruh jumlah pestisida terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading? 6. Bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah bibit, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah pestisida secara keseluruhan terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh luas lahan terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah bibit terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis jumlah pupuk terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis jumlah pestisida terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading.

12 6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah bibit, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah pestisida secara keseluruhan terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Sebagai informasi dan masukkan bagi penyelenggara usahatani cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading, kecamatan Sanden, agar dapat meningkatkan produksi cabai besar secara efisien. 2. Sebagai tambahan informasi bagi dinas dan pihak terkait untuk menentukan kebijakan di masa mendatang. 3. Sebagai salah satu bahan acuan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada penelitian di bidang pertanian khususnya pertanian cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading, kecamatan Sanden, kabupaten Bantul, DIY. 1.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah : 1. Diduga variabel luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi cabai besar. 2. Diduga variabel bibit berpengaruh positif terhadap produksi cabai besar. 3. Diduga variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi cabai besar. 4. Diduga variabel pupuk berpengaruh positif terhadap produksi cabai besar. 5. Diduga variabel pestisida berpengaruh positif terhadap produksi cabai besar.

13 6. Diduga variabel luas lahan, jumlah bibit, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk dan jumlah pestisida berpengaruh secara keseluruhan terhadap produksi cabai besar lahan pasir di dusun Ngepet, desa Srigading. 1.6 Sistematika Penulisan 1. Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang mengenai permasalahan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini dan penelitian terdahuluyang melandasi penelitian ini, serta kerangka penelitian teoritis. 3. Bab III Metode Penelitian Pada metode penelitian ini akan diuraikan mengenai lokasi penelitian, metode pengambilan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis. 4. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh. 5. Bab V Penutup Pada bab ini dijelaskan secara singkat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasi bagi pihak yang berkepentingan.