BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari. manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah lahan yang luas tersebut, pasti akan membutuhkan banyak tenaga kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan juga merupakan faktor krisis yang dapat menentukan maju

BAB 1 PENDAHULUAN. dibebankan (Alex S. Nitisemito, 1991:184). Lingkungan kerja terdiri dari dua

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan mampu memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen. Hal ini. sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi spesifikasi perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan laba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut dapat bermacam-macam, berkembang dan berubah terkadang tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang diharapkan dan akan sulit untuk bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS. karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi keadaan pegawai secara langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. sama sekali belum pernah dimasuki kaum hawa. pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

Puji Hastuti F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai adalah aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya manusia adalah faktor yang menentukan keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. produksi yaitu tenaga kerja, modal dan keahlian dimana ketiga faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan yang tidak dapat kita prediksi sebelumnya. Dengan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

SUSI RACHMAWATI F

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KARET CRUMB RUBBER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. banyak faktor pendukung lain yang membuat perusahaan tersebut dikatakan. sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan tersebut.

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan salah satu unsur yang terpenting di dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Globalisasi dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan. kemampuan karyawan agar dapat berkembang secara produktif.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, emansipasi wanita bukanlah hal asing untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak menjadi kendala bagi wanita untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pria seperti halnya mencari nafkah atau bekerja. Wanita turut menyumbang dalam pembangunan perekonomian, hal tersebut dapat dilihat pada struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami perubahan di setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah angkatan kerja tercatat 6,31 juta orang, naik sebesar 180.089 dibandingkan tahun 2013. Peningkatan terjadi pada angkatan perempuan sebesar 2014.113, namun terjadi penurunan pada angkatan kerja lakilaki sebesar 24.015. Jumlah penduduk bekerja meningkat dari 5,6 juta orang di tahun 2012 menjadi 5,7 juta orang di tahun 2013 dan 5,9 juta orang pada tahun 2014. Peningkatan penduduk perempuan yang bekerja sebesar 190.160 di tahun 2014 dan laki-laki menurun sebesar 42.282, sementara di tahun 2013 peningkatan penduduk bekerja di dominasi laki-laki pada tahun 2013 sebanyak 172.890. Pada tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di tahun 2012 hanya memiliki perbedaan 1,03% diantara laki-laki dan perempuan, sedangkan di tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di dominasi perempuan dengan perbedaan 3,17%, kemudian pada tahun 2014 dengan 0,61% di dominasi laki- 15

laki. Hal ini menunjukan bahwa antara pria dan wanita memiliki partisipasi yang tidak jauh berbeda dalam dunia kerja. Tabel 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kegiatan Laki-laki 1. Angkatan kerja 3.606.884 2.707.355 6.314.239 3.790.524 2.341.140 6.131.664 3.766.509 2.545.253 6.311.762 a. Bekerja (working) 3.422.701 2.489.413 5.612.114 3.595.591 2.156.091 5.751.682 3.553.309 2.346.251 5.899.560 b. Mencari kerja 184.183 217.942 402.125 194.933 185.049 379.982 213.200 199.002 412.202 2. Bukan angkatan 702.995 1.742.087 2.445.082 555.965 2.146.688 2.702.653 627.805 1.991.856 2.619.661 kerja 3.Buruh/karya wan/employee 37,90 31,24 35,09 39,96 30,69 36,49 41,45 28,88 36,45 (%) 4. Tingkat partisipasi angkatan 36,56 35,53 72,09 33,12 36,29 69,41 37,40 36,79 70,67 kerja (TPAK) (Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2012,2013&2014) Pilihan wanita untuk bekerja menurut Jacinta (dalam Meidah, 2013) dilandasi oleh motif kerja sebagai berikut : (a) kebutuhan finansial, (b) kebutuhan sosialrelasional, (c) kebutuhan aktualisasi diri, dan (d) merasa lebih rileks dan nyaman jika bekerja. Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Perempu an Jumlah Laki-laki Perempu an Jumlah Laki-laki Perempu an Peran ganda menjadi fenomena dalam dunia kerja yang sering kita jumpai, tidak sedikit kaum wanita yang berpartisipasi dalam dunia industri. Menurut Rahmadita (2013:60) Konflik peran ganda merupakan salah satu konflik yang terjadi pada wanita yang telah berkeluarga yang memilih untuk bekerja, di mana Jumlah 16

di satu sisi ia harus melakukan pekerjaan di tempat kerja dan di sisi lain harus memperhatikan keluarga secara utuh. Artinya terdapat dua peran sekaligus yang harus dijalankan oleh wanita tersebut, yaitu sebagai istri, ibu dan sebagai wanita yang bekerja. Menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga tidaklah mudah. Karyawan wanita yang telah menikah dan mempunyai anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita single. Hal ini terutama berlaku pada wanita yang memiliki beban pekerjaan yang cukup tinggi serta bekerja dibawah tekanan, sehingga konflik peran inilah yang menjadi pemicu stres kerja (Ruslina, 2014). Meningkatnya peran wanita sebagai pencari nafkah keluarga, maka bertambahlah pula masalah-masalah yang timbul. Kedua peran tersebut samasama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian. Masalah ini timbul apabila yang bekerja adalah ibu rumah tangga yang mempunyai anak-anak dan masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun rohaniah. Banyak persoalan yang akan dialami seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Ada yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit semakin berkembang dalamkehidupan sehari-hari. (Pratama, 2011) Konflik peran ganda memiliki dua bentuk, yaitu konflik pekerjaankeluarga serta konflik keluarga-pekerjaan (Yavas et al., 2008). Menurut Posig & Kickul (dalam Laksmi, 2012:4) konflik pekerjaan-keluarga merupakan suatu bentuk konflik peran yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Ketika seseorang berpartisipasi pada pekerjaan (keluarga) akan 17

menimbulkan kesulitan untuk berperan pada keluarga (pekerjaan). Penurunan kualitas hubungan dalam keluarga inilah yang menyebabkan kondisi keluarga yang kurang harmonis. Sedangkan konflik keluarga-pekerjaan merujuk kepada suatu bentuk konflik peran dimana tuntutan umum, waktu dan ketegangan yang diciptakan oleh keluarga mengganggu tanggung jawab yang berkaitan dengan pekerjaan (Netemayer et al., dalam Yavas et al., 2008). Konflik peran ganda dapat dihadapi oleh semua wanita dengan berbagai profesi. Salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja yaitu profesi sebagai karyawan/buruh pabrik. Pekerjaan sebagai karyawan/buruh pabrik selain dituntut mencapai target dalam pekerjaannya mereka juga bekerja selalu dalam pengawasan. Profesi ini pun menuntut adanya ketelitian dan kecermatan serta tanggung jawab yang tinggi, sehingga sering menyebabkan stres atau tekanan mental pada buruh pabrik wanita. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Ruslina (2014) tentang hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita bekerja. Seperti banyaknya waktu yang dicurahkan untuk menjalankan pekerjaan menghalangi seseorang untuk menjalankan kewajibannya di rumah atau urusan keluarga, mencampuri urusan pekerjaan (seperti merawat anak yang sakit akan menghalangi seseorang untuk dating ke tempat kerja). Peneliti menunjukan bahwa peranan konflik peran ganda memberikan sumbangan efektif dalam mempengaruhi stres kerja pada wanita berperan ganda. 18

Menurut penuturan salah seorang karyawan wanita di PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi saat dilakukan wawancara pada 10 Oktober 2015, sebagai seorang karyawan pabrik mereka harus bertindak profesional serta disiplin dalam pekerjaannya dan dituntut untuk tidak mencampur adukkan konflik keluarga dengan pekerjaan karena dapat menyebabkan karyawan tidak fokus pada pekerjaan sehingga hasil kerja tidak maksimal. Berdasarkan hasil uji terhadap responden yang telah dilakukan kepada karyawan wanita PT. Batanghari Tebing Pratama dalam dimensi konflik pekerjaan-keluarga, lebih dari 43,8% responden mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan sering membuat mereka pulang tidak tepat waktu sehingga waktu yang diberikan kepada keluarga menjadi berkurang. Hal ini menjadi penyebab konflik di dalam keluarga karena tidak terpenuhinya tuntutan yang diminta oleh keluarga terhadap perannya sebagai istri dan ibu. Sedangkan pada dimensi konflik keluarga-pekerjaan, faktor yang memicu stres paling tinggi yaitu lebih dari 46,9% responden mengatakan bahwa suami yang tidak mendukung pekerjaan yang dilakukan akan menyulitkan mereka dalam melakukan pekerjaan. Besarnya tuntutan suami kepada istri untuk dapat memenuhi kewajibannya diurmah yang terkadang tidak sepenuhnya dapat dilakukan sehingga tak jarang menimbulkan perselisihan. Sebagai seorang wanita yang telah menikah dan punya anak menjadikan keluarga sebagai faktor utama dalam kehidupannya, sehingga apabila masalah dalam keluarga terjadi seringkali memicu rasa emosional pada pekerjaan yang 19

dikerjakannya sehingga wanita menjadi tidak fokus dalam bekerja, tidak bergairah, dan mudah marah saat bekerja. Selain konfik peran ganda, hal yang berkaitan dengan stres kerja karyawan adalah kepemimpinan. Menurut Drath & Palus (dalam Hartiti, 2011) Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seorang manajer dalam menimbulkan pemahaman tentang apa yang harus dilakukan agar para bawahan mengerti dan bersedia melaksanakan tugas-tugasnya. PT. Batanghari Tebing Pratama adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pengolahan bokar (bahan olahan karet) menjadi karet remah (crumb rubber) yang digolongkan sebagai bahan baku untuk industri ban dan industri produk jadi karet lainnya. Dalam melakukan kegiatan operasional, khususnya bagi karyawan PT. Batanghari Tebing Pratama yang memiliki frekuensi pekerjaan yang cukup padat dengan kapasitas produksi reguler sebesar 20.000 ton per tahun menuntut kesadaran yang tinggi dari para karyawan dan tidak jarang para karyawan mengalami stres kerja. Akibatnya pelaksanaan tugas tidak dapat berjalan dengan lancar dan produksi yang kadang tidak sesuai dengan target yang ditetapkan, disini lah peran pemimpin diperlukan untuk memberikan bimbingan dan arahan secara tepat pada bawahannya. Menurut Widodo (2015:196) seharusnya pemimpin atau para supervisi tentu harus melibatkan feedback dalam kegiatannya untuk bisa memelihara hubungan baik dengan bawahannya.berdasarkan penelitian yang dilakukan Eldy (2013) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, mengatakan 20

bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh yang positif terhadap stres kerja karyawan. Namun berdasarkan hasil uji penelitian yang di lakukan pada responden wanita PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh atasan tidak berpengaruh secara signifikan dalam menjadikan stres kerja, terdapat tiga dimensi yang digunakan untuk mengukur bagaimana cara pemimpin dalam : 1) memberikan arahan 2) membuat keputusan dan 3) kemampuan sosial yang dimiliki atasan. Dari ketiga dimensi tersebut faktor yang dominan mempengaruhi adalah bagaimana cara atasan membuat keputusan, lebih dari 40,6% responden mengatakan bahwa atasan mereka dinilai kurang adil dalam membuat keputusan, keputusan yang diambil terkadang tidak sesuai kebijakan perusahaan, dan juga dinilai kurang adil dalam menilai kinerja bawahannya atau bersifat subjektif. Meskipun demikian karyawan merasa bahwa peran pimpinan tidak mempengaruhi secara langsung kondisi psikologis mereka sehingga stres kerja masih dapat diatasi. Adapun faktor lain yang berpengaruh terhadap stres kerja karyawan adalah lingkungan kerja fisik. Sedarmayanti (dalam Norianggono et al., 2014:3) mengemukakan bahwa lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Nitisemito (dalam Susilo, 2012) penyebab yang memungkinkan karyawan menjadi stres adalah lingkungan pekerjaan yang kurang nyaman, seperti pencahayaan yang kurang, kualitas udara dan juga suara mesin saat beroperasi. 21

Seperti diketahui bahwa PT. Batanghari Tebing Pratama adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan bokar (bahan olahan karet) yang memiliki berbagai kandungan mulai dari zat yang menguap, kotoran, abu dan lainnya dalam proses produksinya menjadi karet remah (crumb rubber). Tabel 1.2 Kandungan zat yang dihasilkan oleh PT.Batanghari Tebing Pratama Kandungan produk yang dihasilkan Standard Indonesian Rubber (crumb rubber) (% SIR) Kadar kotoran (% berat maks) 0,1 Kadar abu (% berat maks) 0,75 Kadar zat menguap (% berat maks) 0,8 Initial Wallace Plasticity/Po (batas min) 30 Plasticity Rentention Index/PRI (batas min) 70 Kadar Nitrogen (% berat maks) 0,6 Sumber : Laboratorium PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi Sebagai perusahaan yang berproduksi dalam bidang bahan olah karet (bokar) menjadi karet remah (crumb rubber), kondisi pabrik tentu sangat dipenuhi oleh aktifitas yang cenderung mengasilkan suara dan getaran cukup tinggi yang berasal dari peralatan pabrik, kondisi lingkungan sekitar produksi yang panas dan jauh dari kesan bersih meskipun para pekerja telah menggunakan pengaman dan pelindung pada saat melakukan pekerjaan, terlebih lagi bau busuk yang ditimbulkan dari proses penguraian protein di dalam bahan olah karet (bokar) akan sangat menyengat pada saat dilakukan penjemuran getah di tempat penyimpanan sleb dan lump, kamar gantung angin (pre-drying room) dan asap yang ditimbulkan pada saat proses pengeringan dengan mesin pengering (dryer). Kondisi demikian tentu dapat menganggu konsentrasi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Seharusnya lingkungan kerja memberi rasa nyaman dan puas. Namun sebaliknya, apabila lingkungan kerja tidak 22

nyaman, maka akan tercipta kejenuhan dari para karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan stres kerja mereka. Penelitian Manzoor, et al., (dalam Putra & Agus, 2015:8) menyatakan sebagian besar stres kerja berawal dari lingkungan kerja yang buruk dan berdampak pada pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada responden PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi dimana pada hasil uji t yang dilakukan signifikansi berada pada tingkat 0,000 artinya faktor lingkungan kerja fisik sangat mempengaruhi tingkat stres kerja karyawan yang bekerja di dalamnya. Karyawan merasa tidak nyaman bekerja pada lingkungan kerja fisik yang tidak memadai sehingga menyebabkan mereka tidak fokus bekerja akibatnya pekerjaan mereka menjadi lama terselesaikan. Pekerjaan yang lama terselesaikan akan membuat karyawan stres karena karyawan bekerja pada sistem target kerja per hari nya, apabila pekerjaan tidak selesai tepat waktu akan mengakibatkan waktu kerja lembur ditambah dan mendapat teguran dari atasan. Lebih dari 65,6% responden wanita mengatakan bahwa faktor dari lingkungan kerja fisik yang dominan mempengaruhi tingkat stres kerja mereka adalah mereka harus berada di lingkungan kerja yang mengandung bau-bauan yang penuh dengan zat kimia dalam waktu yang lama. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi lainnya adalah suara mesin dan getaran yang keras dari hasil produksi, lebih dari 44% mengatakan bahwa suara mesin yang sangat kuat pada bagian produksi membuat mereka sulit berkonsentrasi dan berkomunikasi dengan karyawan lainnya. 23

Fathoni, (dalam Eldy, 2013) berpendapat bahwa stres kerja adalah kondisi dimana individu mendapatkan tekanan dari pihak internal (berupa kondisi fisik, perilaku, emosional, dan lain-lain) maupun eksternal (berupa lingkungan fisik pekerjaan, karakteristik pekerjaan, tekanan dari pimpinan dan lain-lain). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (dalam Ruslina, 2014) wanita yang bekerja mengalami stres kerja lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbandingan stres kerja antara wanita dan laki-laki didapatkan hasil rata-rata sebesar 28% wanita mengalami stres ditempat kerja, sedangkan pada laki-laki didapatkan rata-rata sebesar 20%. Jika seseorang stres dalam pekerjaannya, maka ia tidak akan dapat memberikan 100% kemampuan terbaiknya sehingga efisiensi kerjanya akan terpengaruh. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang berjudul PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA, KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP STRES KERJA KARYAWAN WANITA PADA PT. BATANGHARI TEBING PRATAMA KOTA TEBING TINGGI 24

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah konflik peran ganda berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi? 2. Apakah kepemimpinan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi? 3. Apakah lingkungan kerja Fisik berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi. 25

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan, tentang konflik peran ganda, kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik yang ada hubungannya dengan stres kerja karyawan wanita sehingga dapat dicari upaya untuk mengurangi stres kerja pada karyawan wanita. 2. Bagi Pihak Lain / Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi atau sumbangan pemikiran terutama bagi mahasiswa yang sedang melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh konflik peran ganda, kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan wanita. 3. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pengaruh konflik peran ganda, kepemimpinan dan lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan wanita pada PT. Batanghari Tebing Pratama Kota Tebing Tinggi. 26