BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gigi dan mulut di Indonesia khususnya karies cukup tinggi, Kementerian Kesehatan RI (2008) menyatakan bahwa salah satu masalah gigi dan mulut yang sering terjadi di Indonesia adalah karies dengan prevalensi karies aktif sebesar 43,4%. Tingginya prevalensi karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia (Yustina dkk., 2012). Karies gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan pulpitis (DeLong dan Burkhart, 2013). Pulpitis adalah inflamasi yang terjadi pada pulpa gigi (DeLong dan Burkhart, 2013). Pulpitis dibagi menjadi dua, yaitu reversible pulpitis dan irreversible pulpitis (Türp dkk., 2007). Pada reversible pulpitis, rasa sakit yang disebabkan oleh stimulus termal akan menghilang setelah stimulus dihilangkan. Pada irreversible pulpitis, rasa sakit tetap ada setelah stimulus dihilangkan atau dapat timbul secara spontan (DeLong dan Burkhart, 2013). Reversible pulpitis disebabkan oleh beberapa hal seperti karies, trauma, syok termal, dehidrasi kavitas, iritasi pada dentin servikal gigi yang terbuka, dan preparasi kavitas (Hedge, 2008). Pulpa pada kondisi reversible pulpitis dapat kembali normal jika penyebabnya dihilangkan (Garg dan Garg, 2014), namun apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan irreversible pulpitis dan berlanjut menjadi nekrosis (Ngangi dkk., 2013). 1
2 Pada pulpitis terjadi infiltrasi sel-sel inflamasi terutama pada area di bawah lesi. Sel-sel inflamasi tersebut adalah netrofil, makrofag, sel limfosit, dan sel plasma. Netrofil adalah sel inflamasi yang berperan penting pada awal terjadinya inflamasi. Sel ini muncul 6-12 jam setelah jejas awal dan berfungsi untuk memfagosit bakteri, sel-sel mati, dan debris seluler (McCance dan Huether, 2014). Netrofil melepaskan faktor-faktor kemotaksis, seperti kemokin yang dapat menarik sel-sel inflamasi lainnya ke area jejas (Antel dkk., 2005). Pada praktik kedokteran gigi, perawatan pada kasus reversible pulpitis adalah kaping pulpa (Fouad, 2009). Kaping pulpa bertujuan untuk menstimulasi terbentuknya dentin reparatif sehingga vitalitas pulpa tetap terjaga (Robinson dan Bird, 2013). Kaping pulpa dilakukan dengan cara membuang jaringan karies secara hati-hati dan menyeluruh, kemudian dentin dilapisi dengan bahan kaping pulpa (Tarigan, 2006). Kalsium hidroksida merupakan material standar untuk kaping pulpa (Accorinte dkk., 2008), yang memiliki efek terapeutik pada pulpa dengan memicu pembentukan dentin reparatif (Phinney dan Halstead, 2001). Akan tetapi, kalsium hidroksida memiliki kekurangan yaitu jembatan dentin yang terbentuk setelah aplikasi kalsium hidroksida menunjukkan adanya tunnel defect yang dapat menyebabkan microleakage (Olivi dan Olivi, 2015). Menurut Barrieshi-Nusair dan Qudeimat (2006), dentinal bridge yang menunjukkan adanya tunnel defect setelah aplikasi kalsium hidroksida pada kaping pulpa mencapai 89%. Melihat adanya efek negatif dari kalsium hidroksida, maka perlu adanya suatu penelitian untuk menemukan bahan alternatif untuk perawatan kaping pulpa yang aman.
3 Produksi telur itik di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2015), produksi telur itik di 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 273.057 ton. Tingginya produksi telur itik tersebut menyebabkan banyaknya limbah cangkang telur itik. Membran cangkang telur yang selama ini hanya dianggap sebagai limbah ternyata memiliki kandungan yang bermanfaat. Menurut DeVore dan Long (2013), memban cangkang telur mengandung kondroitin sulfat, glukosamin, dan asam hyaluronat yang diketahui memiliki efek antiinflamasi. Menurut Madden dkk. (2013), glukosamin mempunyai efek antiinflamasi untuk mengobati osteoarthritis. Glukosamin berperan dalam penyembuhan luka melalui mekanisme penekanan jumlah netrofil dan produksi kemokin (Igawa dkk., 2013). Kondroitin sulfat dapat mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi serta mengurangi nyeri dan peradangan (Lovu dkk., 2008). Asam hyaluronat mempunyai efek antiinflamasi, yaitu menghambat fagositosis makrofag dan adhesi netrofil (Madden dkk., 2013). Adanya kandungan zat antiinflamasi dalam membran cangkang telur tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak membran cangkang telur terhadap infiltrasi sel netrofil pada pulpa tikus Sprague dawley yang mengalami reversible pulpitis. Konsentrasi ekstrak membran cangkang telur itik yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 70%. Menurut Long dkk. (2008), ekstrak membran cangkang telur memberikan efek terapeutik pada konsentrasi 70-100%.
4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, muncul suatu permasalahan, bagaimana pengaruh aplikasi ekstrak membran cangkang telur itik (Anas platyrhynchos) konsentrasi 70% terhadap infiltrasi sel netrofil pada pulpa yang mengalami reversible pulpitis? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai membran cangkang telur sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Ruff dkk. (2009) yang meneliti tentang kemungkinan natural eggshell membrane (NEM) sebagai pilihan bahan terapeutik baru yang efektif dan aman untuk perawatan nyeri dan kekakuan sendi dan penyakit jaringan ikat. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa NEM bisa digunakan sebagai bahan untuk perawatan penyakit sendi dan jaringan ikat. Selain itu, Ruff dkk. (2012) juga melakukan penelitian mengenai evaluasi keamanan NEM sebagai bahan terapeutik alami untuk osteoarthritis serta penyakit sendi dan jaringan ikat. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa NEM aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Penelitian mengenai pengaruh aplikasi ekstrak membran cangkang telur itik (Anas platyrhynchos) terhadap infiltrasi sel netrofil pada pulpa yang mengalami reversible pulpitis sejauh peneliti ketahui belum pernah dilakukan sebelumnya.
5 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi ekstrak membran cangkang telur itik (Anas platyrhynchos) konsentrasi 70% terhadap infiltrasi sel netrofil pada pulpa yang mengalami reversible pulpitis. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi mengenai alternatif bahan obat untuk mempercepat proses penyembuhan inflamasi pada reversible pulpitis menggunakan ekstrak membran cangkang telur itik. 2. Memberikan dukungan ilmiah untuk pengembangan penelitian di bidang kedokteran gigi mengenai pengaruh aplikasi ekstrak membran cangkang telur itik terhadap infiltrasi sel netrofil pada reversible pulpitis.