BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

Pola buang air besar pada anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi protozoa usus masih menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT


BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

AMOEBIASIS PADA HEWAN KESAYANGAN KERA, ANJING, DAN, KUCING

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

KUESIONER PENELITIAN

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002).

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

GAMBARAN INFEKSI PROTOZOA INTESTINAL PADA ANAK BINAAN RUMAH SINGGAH AMANAH KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang beriklim sedang, kondisi ini disebabkan masa hidup leptospira yang

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 1991). Hubungan antara Entamoeba histolytica dengan penyakit diare sangat erat. Entamoeba histolytica dapat menyebabkan penyakit diare amoeba, karena Entamoeba histolytica bersifat patogen. Diare yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica adalah diare yang terjadi berupa diare disertai darah dan lendir, dapat terjadi hingga 10kali/hari. Pada kasus-kasus berat, gejala dapat timbul mendadak berupa diare berat (lebih dari 10kali/hari), demam dan dehidrasi. Infeksi Entamoeba histolytica sendiri adalah infeksi yang dilakukan. Oleh Entamoeba histolytica pada manusia sehingga dapat menyebabkan penyakit diare (Lynne S. Garcia&David A. Brucnet,1996). Amoebiasis sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Entamoeba histolytica, amoebiasis usus ditandai dengan fase akut atau kronik. Disentri amoeba akut sering terjadi dibeberapa daerah tropik tetapi biasanya berkurang didaerah dengan iklim sedang (Tomio yamaguchi, 1991). 5

Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu: diare yang menetap lebih dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu tinggi, nyeri pada waktu buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir. Sedangkan diare kronik adalah: diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli, penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar (konstipasi) (T. Declan Wash, 1997). Sifat-sifat yang khas pada diare amoeba adalah: 1. Volume tinja pada setiapkali buang air besar pada diare amoeba lebih banyak. 1. Bau tinja yang menyengat. 2. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak bercampur dengan tinja (Soedarto, 1990). Faktor yang menentukan invasi amoeba adalah jumlah amoeba yang ada, kemampuan patogenik parasit, keadaan tuan rumah (seperti kemampuan kekebalan, lingkungan, tingkah laku dan keadaan lain yang berkaitan dengan kontak) (Jawetz, 1991). Perilaku manusia atau orang perorang juga dapat mempengaruhi terjangkitnya orang tersebut terhadap penyakit, terutama diare. B. Entamoeba histolytica

Entamoeba histolytica termasuk dalam kelas Rhizopoda yang merupakan jenis parasit golongan protozoa. Dalam hal ini manusia merupakan hospes dari Entamoeba histolytica yang dapat menjadi pathogen pada manusia. 1. Morfologi a. Entamoeba histolytica 1 Tropozoit 2 Bentuk Tropozoit prakista 3 Kista inti satu Gambar a. Stadium perkembangan Entamoeba histolytica Keterangan gambar a : a.1. Tropozoit i. Bentuk tropozoit merupakan bentuk yang tumbuh, berkembang biak dan aktif mencari makan, bentuknya tidak tetap. ii. Bergerak dengan menggunakan psedopodinya. iii. Ukuran berkisar antara 18-40 mikron. iv. Bentuk ini mudah mati diluar tubuh manusia. a.2. Tropozoit Prakista i. Bentuk peralihan dari tropozoit ke bentuk kista. ii. Berbentuk bulat atau agak lonjong. iii. Psedopodi yang tumpul. iv. Ukuran antara 10-20 mikron.

a.3. Kista Berinti Satu i. Bentuk kista bulat dengan dinding kista dari hialin. ii. Kista bentuk kecil disebut dengan minutaform, berukuran antara 6-9 mikron, kista berukuran besar disebut hagnaform, berukuran antara 10-15 mikron. iii. Stadium kista didapatkan dalam lumen usus, bersama faeses yang berbentuk agak padat, stadium kista merupakan stadium menular dan memegang peran sebagai penyebaran penyakit disentri emoebiasis. 2. Siklus hidup dan penularan penyakit diare a. Siklus hidup Dalam lingkaran hidupnya semua spesies amoeba sama dengan lingkaran hidup spesies amoeba yang Entamoeba Histolytica, yang sifatnya pathogen dari pada diantaranya. Lingkaran hidup Entamoeba Histolytica mengalami proses:

Gambar lingkaran hidup Entamoeba histolytica. Kista infektif dari lingkungan masuk kedalam tuan rumah baru (1) dalam usus besar mengadakan pembelahan kista di keluarkan dari dinding kista (2) kista mulai pecah menjadi tropozoit (3,4) tropozoit-tropozoit ini menginvasi usus besar (40) tropozoit-tropozoit berkembang biak dengan membelah diri (5-7) dalam usus besar mengadakan pematangan (8-11) sebagian masuk dalam usus besar atau (11.kolonisasi sekunder) (8a,9a) sebagian tetap di dalam usus besar (1.Kolonisasi primer) (8-11) tropozoit dan prakista keluar bersama faeses cair, sedangkan kista keluar bersama faeses agak padat (1) (Depkes RI, Jakarta,1989). b. Penularan penyakit diare

Penularan penyakit diare dari orang yang sakit kepada orang yang sehat, sebagian besar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi kista yang berasal dari faeses penderita. Penularan dalam keluarga satu rumah biasa terjadi karena orang yang menyediakan atau memasak makanan mengandung kista (penderita/karier). Dibeberapa tempat seringkali faeses manusia dipakai sebagai pupuk tanaman atau sayuran dicuci dengan air permukaan yang sudah tercemari faeses, sehingga meningkatkan terjadinya penularan. Wabah juga dapat terjadi bila air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas, tercemari faeses manusia, terutama diwaktu hujan dimana selokan mampat tersumbat sampah, air dan kotorannya meluap kemana-mana (Indah Entjang, 2003). Makanan dan minuman yang terkontaminasi melalui tangan yang kotor, lalat, dan alat-alat makan yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit diare tersebut (Azrul Azwar,1989 ).

Adapun sumber-sumber penularan penyakitnya dapat terjadi melalui : 1. Air Air dalam alam mengandung zat makanan untuk keperluan jasad renik dan mikro-organisme. Bila didalam air terdapat parasit pathogen berarti terjadi kontaminasi dengan tanah atau pembuangan kotoran (tinja). Seseorang dapat terjangkit penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air apabila orang tersebut minum air atau mencuci peralatan makan dengan air yang terkontaminasi. 2. Makanan dan minuman Makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kuman atau parasit tersebut dapat menyebabkan penyakit pada manusia. 3. Tanah Tanah yang lembab dan basah merupakan media untuk berkembangbiaknya kuman-kuman parasit. 4. Tangan Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan tangan dan kuku harus diperhatikan dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja, makan. Tangan dan kuku yang panjang serta kotor merupakan tempat bersarangnya kuman penyakit. 5. Alat yang digunakan secara pribadi Gelas dan alat-alat yang digunakan secara pribadi merupakan perantara bagi penularan penyakit. Bila seseorang penderita disentri amoeba sembuh dari penyakitnya, maka amoeba akan bertukar bentuk menjadi bentuk kista. Kista ini akan

keluar bersama faeses dan dapat hidup terus karena tahan terhadap segala pengaruh dari luar. Buang air besar sembarangan akan menjadikan sarang lalat, apabila lalat tersebut hinggap pada makanan, maka akan terjadi kontaminasi (Depkes RI,Jakarta,1991). 4. Epidemologi Distribusi infeksi Entamoeba histolytica dan parasit kelas Rhizopoda yang lain kosmopolit dan terutama didaerah tropik. Privalensi di amerika serikat pada tahun 1961 diperkirakan sekitar 3% sampai 7% (Burrows,1961). Data dari CDC (Centens For Disease Control) dari hasil pemeriksaan spesimen dilaboratorium kesehatan masyarakat di Amerika serikat menunjukkan prevalensi (E.histolytica) yang kurang dari 2%,keculli di enam negara bagian yaitu : 2% - 3% di California,Texas, Illioonis, dan Pennsylvania ; 4% - 9% di Oklahoma dan New york city; dan 8% di Arizona (Centers for Disease Control,1979). Diperkirakan juga bahwa untuk setiap kasus dengan kelainan invasi, paling sedikit ada 10 sampai 20 penderita yang mengeluarkan kista infektif. Populasi dengan insiden Amoebiasis lebih tinggi ditemukan pada imigran yang berasal dari Amerika tengah dan selatan juga dari Asia tenggara. Penduduk di bagian Tenggara dan Barat daya Amerika Serikat cenderung mengidap infeksi parasit usus yang lebih tinggi, demikian juga pasien di institusi hental. Diperkirakan bahwa infeksi di seluruh dunia berkisar antara3% sampai 10 %. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan penyakit ini antara lain : gizi kurang, iklim tropis, berkurangnya daya tahan tubuh. Manusia merupakan hospes perantara E. histolytica dan dapat menularkan ke orang lain, anjing, kucing, dan mungkin babi. Stadium kista sangat tahan

terhadap kondisi lingkungan dan tetap bertahan di tanah selama delapan hari pada suhu 28 0 24 0 C, 40 hari pada 2 0 6 0 C dan 60 hari pada 60 0 C. Penderita yang carier mengeluarkan kista dan bekerja sebagai penyaji makanan merupakan penyebar infeksi yang penting (Lynne S. Garcia, 1996). C. Sanitasi Lingkungan dan Hygien Perorangan 1. Sanitasi Lingkungan Penduduk dari sebagian besar negara berkembang, hidup dipedesaan. Umumnya mereka hidup dari bertani dalam lingkungan flora dan fauna serta iklim yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit. Keadaan lingkungan rumah juga berpengaruh terhadap timbulnya penyakit diare seperti: keadaan sekitar rumah, lantai rumah, menjaga kebersihan rumah, dan air yang digunakan dalam kebutuhan kesehariannya. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung terjangkitnya diare. Keadaan lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan penyebaran penyakit secara terus menerus. Diare merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan oleh infeksi Entamoeba histolytica yang biasanya sering mengontaminasi selokan, saluran air, makanan dan lain-lain (Jan tambayong, 2000). 2. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan adalah kebiasaan hidup dengan selalu memperhatikan kebersihan perorangan antara lain adalah: mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan, memakai alas kaki, memotong kuku, kebiasaan mandi, serta ganti pakaian. Kebersihan meliputi memasak air minum

sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat (Jan tambayong, 2000). Perlu juga dilakukan pemberantasan lalat dan kecoa karena dapat mengontaminasi makanan dan minuman yang akan kita makan, dalam pemberantasan ini sifatnya sangat penting bagi kita (Indah Entjang,2003). D. Usaha Pencegahan dan Pemberantasan Diare 1. Usaha Pemberantasan Diare Kegiatan yang dijalankan dalam pemberantasan diare ditujukan untuk memutuskan rantai penularan pada salah satu atau lebih mata rantai host. Usaha pemberantasan, pembasmian diare dilakukan tindakan-tindakan yang ditujukan kepada dua faktor tersebut yaitu : a. Tindakan terhadap manusia sebagai tuan rumah i. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar dapat terhindar dari penyakit diare, misalnya: makan makanan yang bersih dan juga cuci tangan sebelum dan sesudah makan. ii. Memberikan pengobatan kepada semua penderita untuk penyembuhan dan meniadakan sumber penularan penyakit b. Tindakan terhadap Entamoeba histolytica yang sifatnya pathogen dapat menyebabkan diare. Memberikan obat-obatan untuk penderita diare, dan juga usaha untuk membasmi Entamoeba histolytica.

2. Usaha Pencegahan Penyakit Diare Usaha-usaha yang dilakukan dalam pencegahan penyakit diare: a. Pemeliharaan lingkungan Peranan lingkungan besar pengaruhnya terhadap kesehatan. b. Persediaan air bersih c. Pembuangan sampah Sampah yang dibuang sembarangan dan dibiarkan merupakan sumber atau tempat berkembang biaknya bibit penyakit. d. Pembuangan air limbah atau air kotor e. Pembuangan tinja Pembuangan tinja yang tidak baik akan mencemari lingkungan dan bila air yang telah tercemar dipergunakan oleh manusia maka akan membahayakan kesehatan manusia. f. Kebersihan makanan dan minuman g. Menjaga kebersihan jari dan kuku h. Mencuci tangan Cara mencuci tangan yang baik dengan menggunakan air bersih dan mengalir, dengan menggunakan sabun, kemudian dilap kering atau lap sekali pakai. i. Desinfeksi kotoran dan muntahan penderita (Depkes,RI, Jakarta,1991). E. Diagnosa Laboratorium Untuk menentukan diagnosa pasti dari diare dilakukan pemeriksaan faeses yaitu sediaan langsung tanpa pewarnaan, sediaan langsung dengan pewarnaan lugol dan sediaan langsung dengan pewarnaan eosin. Pada pemeriksaan sediaan langsung

dengan pewarnaan lugol lebih memudahkan identifikasi parasit, sedangkan pada pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan eosin bukanlah mewarnai sediaan, tetapi hanya melatar belakangi saja untuk memudahkan menemukan parasit, terutama tropozoit atau kista. Pemeriksaan parasit yang beku merupakan prosedur yang dianjurkan untuk mendapatkan serta mengidentifikasi Entamoeba histolytica dalam tinja.pemeriksaan mikroskopik sediaan basah larutan garam faal secara langsung, dapat menemukan tropozoit yang bergerak yang mungkin berisi sel darah merah, tetapi jumlah tropozoit yang berisi sel darah merah biasanya tidak banyak. Pada banyak pasien tanpa disentri akut dapat ditemukan tropozoit tetapi tidak berisi sel darah merah ( Lynne S. Garcia, 1996).