BAB II TINJUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Seiring dengan perkembangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hidayat (2006) dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

PETA KABUPATEN BANDUNG BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia salah satunya berfungsi dalam menyembuhkan. berbagai penyakit yang dikenal sebagai tumbuhan obat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersusun dari beribu-ribu pulau

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT.

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Bidang Bina Pendidik Dan Kependidikan (BPTK) DINAS PENDIDIKAN BANDUNG BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. rendah, hutan gambut pada ketinggian mdpl, hutan batu kapur, hutan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah. Diperkirakan terdapat jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. alam yang sangat melimpah, meliputi flora dan fauna beserta sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari hubungan antara masyarakat tradional atau masyarakat lokal. Pada

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengobatan tanaman obat di Nusantara telah berkembang sejak awal,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis 6 LU 11 LS dan 95 BT 141 BT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam hayati Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

PENGERTIAN HIDROLOGI

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2 Pembentukan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang- Undang Nomor 20 Tahun l950 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Studi etnobotani tidak hanya pada

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

RINGKASAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III IMPLEMENTASI PEDOMAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DAERAH PADA PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

PRAKIRAAN ANGKA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN BANDUNG BARAT PASCA PEMEKARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

BAB III GAMBARAN UMUM

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Pemerintahan Government

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah. 2.1 Sejarah dan Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

Transkripsi:

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Etnobotani 1. Definisi Etnobotani Etnobotani dalam terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara etnik (kelompok masyarakat) dengan botani (tumbuhan) di seluruh dunia dan masyarakat umumnya (Suryadarma 2008, dalam Gagan 2011). Etnobotani adalah sebuah kegiatan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di suatu tempat demi menunjang dalam kehidupan sehari-hari (Rusman, 2009). Etnobotani secara harfiah berarti ilmu yang mempelajari botani secara lokal, etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan anatara masyarakat dengan lingkungan nabati. Etnobotani digambarkan sebagai hubungan timbal balik anatara manusia dengan tumbuhan. Etnobotani menjelaskan mengenai cara pemanfaatan tumbuhan sebagai obat oleh masyarakat tertentu (jain dan Mudgal 1999, dalam Suaca 2014). 2. Sejarah Etnobotani Istilah etnobotani baru ditemukan pada tahun1896 oleh ahli botani Harshberger dari Amerika Serikat. Akan tetapi, pengetahuan etnobotani sudah dikenal lama sebelum itu. Pada tahun 77 M seorang dokter bedah dari Yunani yang bernama Dioscorides mempublikasikan sebuah katalog de Materia Medica yang terdapat berkisar 600 tumbuhan-tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat Yunani terutama untuk pengobatan (Ensiklopedia Wikipedia, 2011).

Pemerintah di Afrika telah fokus pada pengetahuan tentang sistem pertanian teradisoanal lokal yang dimana bertujuan untuk menunjang pembangunan pertanian bagi masyarakat perdesaan. Sementara Australia juga fokus mempelajari cara-cara teradisonal dalam pengolahan tumbuhan dengan memperlihatkan aspek ekologinya. Berkisar 41% penelitian etnobotani di Ameriak Serikat yang dilakukan oleh para peneliti seluruh Amerika. Sedangkan di Asia peneliti lebih mefokuskan untuk medapatkan senyawa kimia baru pada tumbuhan obat. Etnobotani mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di beberapa Negara seperti Amerika, India, China, Vietnam dan Malaysia (Ensiklopedia Wikipedia, 2013). Pada abad ke-18 di Indonesia seorang peneliti yang bernama Rumphius telah membuat Herbarium Amboinnense yang kemudian mengarah ke ekonomi botani. Pada tahun 1845 Hasskari mencatatkurah lebih 900 tumbuhan telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia (Ensiklopedia Wikipedia, 2013). 3. Manfaat Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Etnobotani dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tertentu, masyarakat awam yang telah memanfaatkan berbagai macam tumbuhan untuk memenuhi kehidupannya (Lailatul, 2015). Dilihat dari segi ekonomi, ditingkat nasional dan global meliputi prospek dan keaneragaman hayati secara langsung kepada masyarakat lokal. Sedangkan secara lokal mencangkup aspek pendapatan yang berasal dari sumber daya tumbuhan dan pemeliharaan serta perbaikan produksi yang

disesuaikan dengan kondisi lingkungan lokal supaya dapat meningkatkan perekonomian dari masyarakat lokal tersebut (Vahmy, 2010). Konservasi sumber daya alam hayati, secara nasional meliputi konservasi habitat untuk keaneragaman hayati dan lingkungan serta konservasi keaneragaman tumbuhan obat untuk peningkatan potensi ekonomi lokal. Sedangkan secara lokal antara lain: konservasi dan pengakuan pengetahuan lokal konservasi keaneragaman jenis dan habitat secara tradisional (Purwanto 1993 dalam Vahmy 2010). B. Tumbuhan Obat 1. Definisi Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah bahan atau ramuan bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tumbuhan obat dikenal juga denga istilah Toga. Tanaman obat keluarga pada hakikatnya sebidang tanah yang berada disekitar rumah yang dimanfaatkan sebagai kebun ataupun ladang yang dibudidayakan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Tumbuhan obat merupakan beberapa jenis tumbuhan obat pilihan yang ditanam di perkarangan rumah atau sekitar lingkungan rumah (Damanik, 2015). Tumbuhan obat tradisional yang lebih populer disebut jamu merupakan kebutuhan pokok dalam memenuhi tuntutan kesehatan selain obat-obatan farmasi. Kenyataannya bahwa sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama daerah perdesaan masih menggunakan tumbuhan obat untuk menyembuhan penyakit atau untuk menjaga kesehatannya. Itu semua disebabkan karena jamu merupak warisan nenek moyang sejak dahulu telah menggunakan untuk perawatan dan pengobatan.

Selain itu juga bahan-bahan untuk pembuatan jamu sangat mudah diperoleh di lingkingan sekitar (Nugroho 1995, dalam Damanik 2015). 2. Manfaat Tumbuhan Obat Tumbuhan sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari, karena disamping sebagai sumber makanan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kadang-kadang untuk menyembuhkan suatu penyakit tidak hanya dapat disembuhkan dengan obat farmasi saja, tetapi juga disembuhkan dengan menggunakan dari tumbuhan obat-obatan yang berkhasiat (widyawati 1999, dalam Eriscon 2015). obat seperti: ( S u r p i o n o 1997, dalam Abrori 2011) ada beberapa manfaat tumbuhan 1. Menjaga kesehatan. Fakta keampuhan obat tradisional dalam menunjang kesehatan telah terbukti secara empirik, penggunaannya pun terdiri dari berbagai lapisan, mulai anak-anak, remaja dan orang lanjutusia. 2. Memperbaiki status gizi masyarakat. Banyak tanaman apotik hidup yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatkan gizi, seperti: kacang, sawo, belimbing wuluh, sayur-sayuran dan buah-buahan sehingga kebutuhan vitamin akan terpenuhi. 3. Menghijaukan lingkungan, meningkatkan penanaman apotik hidup salah satu cara untuk penghijauan lingkungan tempat tinggal. 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat. Penjualan hasil tanaman akan menambah penghasilan keluarga. 3. Tumbuhan Potensi Obat

Tumbuhan potensi obat adalah jenis tumbuhan obat yang diduga mengandung senyawa atau bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusur (Zuhud, 2004). C. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Bandung Barat Wilayah Administratif Gambar 2.3.1 Peta Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77 KM², terletak antara 60º 41 s/d 70º 19 lintang Selatan dan 107º 22 s/d 108º 05 Bujur Timur. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 M dan Maksimum 2.2429 M dari permukaan laut. Kemiringan wilayah yang bervariasi antara 0 8%, 8 15% hingga diatas 45%, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat : Berbatasan dengan kabupaten Cianjur. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

Selebah timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Selatan Kabupaten Badung dan Kabupaten Cianjur (PEMDA Bandung Barat). Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 15 (lima belas) kecamatan yang terdiri dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta, Cihampelas dan Rongga (Pemda Bandung Barat). Penggunaan lahan Eksisting Dilihat dari sisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bandung Barat, penggunaan lahan untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan terbesar yaitu 66.500,294 ha, sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas 50.150,928 ha, budidaya non peratanian seluas 12.159,151 ha dan lainnya seluas 1.768,654 ha (PEMDA Bandung Barat). Luas wilayah lindung di daerah Kabupaten Bandung Barat terkait dengan isu kawasan Bandung Utara, disamping itu dilihat dari kondisi fisik geografis posisi wilayah Kabupaten Bandung Barat dinilai kurang menguntungkan, hal ini dikarenakan terdiri dari banyak cekungan yang berbukit-bukit dan di daerahdaerah tertentu sangat rawan dengan bencana alam (PEMDA Bandung Barat). Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: Utara : Kecamatan Cikalong Kulon (Kabupaten Cianjur); Kecamatan Maniis, Darang, Bojong dan Kecamatan

Wanayasa (Kab. Purwakarta);Kec. Sagalaherang, Jalancagak & Cisalak (Kab. Subang) dan Kab. Sumedang. Timur : Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Soreang (Kabupaten Bandung); Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari (Kota Bandung); Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan (Kota Cimahi). Selatan : Kecamatan Ciwidey dan Rancabali (Kabupaten Bandung) dan Kecamatan Pagelaran (Kabupaten Cianjur); Barat : Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojong picung, Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Mande (Kabupaten Cianjur);(PEMDA Bandung Barat). 2. Kecamatan Cipongkor Gambar 2.3.2 Peta Kecamatan Cipongkor

Wilayah Kecamatan Cipongkor pada umumnya terdiri dari dataran tinggi dengan kondisi wilayah berbukit-bukit dan dikelililngi pegunungan yang memiliki ketinggian 650-1.200 meter di atas permukaan laut serta keadaan iklim rata-rata minimal 15 celcius dan maksimal 28 celcius (PEMDA Cipongkor). Adapun keadaan curah hujan dalam setahun rata-rata mencapai 700-800 mm/tahun. Kecamatan Cipongkor terletak di sebelah Barat ibukota Kabupaten Bandung Barat dengan jarak dari pusat pemerintahan wilayah Kecamatan Cipongkor dengan : Desa yang terjauh : 16 km dengan waktu tempuh 1 jam Ibukota kabupaten : 45 km dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit Ibukota Propinsi : 60 km dengan waktu tempuh 3 jam Luas Kecamatan Cipongkor adalah6.304,527 hektar atau 63,045 km 2 yang dengan batas wilayah : Sebelah utara ::Kecamatan Saguling Sebelah Selatan : Kecamatan Sindangkerta Sebelah Barat : Kecamatan Rongga dan Kabupaten Cianjur Sebelah Timur : Kecamatan Cililin Secara administratif, Kecamatan Cipongkor mencakup 44 dusun, 110 RW, 398 RT dan 14 desa yang meliputi : Desa Cicangkanghilir, Desa Sukamulya, Desa Citalem, Desa Cijenuk, Desa Neglasari, Desa Mekarsari, Desa Karangsari, Desa Sarinagen, Desa Cijambu, Desa Baranangsiang, Desa Citaasih dan Desa Sirnagalih (PEMDA Cipongkor).

3. Desa Cibenda Gambar 2.3.3 peta Desa Cibenda Desa Cibenda terletak di Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 366.800 ha. Desa Cibenda terdiri dari 4 Dusun, 26 RT dan 8 RW (Pemda Desa Cibenda, 2016). Kondisi geogerafris Desa Cibenda dengan ketinggian tanah berkisar 700-1200 m DPL memanjang dari barat ke timur dengan perbatasan : Sebelah Utara : Desa Cijambu Sebelah Selatan : Desa Cintaasih Sebelah Barat : Desa Cibitung Kec Rongga Sebelah Timur : Desa Sarinagen Masyarakat di Desa Cibenda mayoritasnya pekerja sebagai petani. Petani di Desa Cibenda selain menanam padi mereka juga menanam tanaman sayur dan tanaman toga seperti kuning, jahe, lada dan banyak lagi (Pemda Desa Cibenda, 2016).

D. Analisis Pembelajaran Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Kurikulum, 2013). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan siswa, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar siswa (Arifin 2010, dalam Vanya 2015). Penelitian ini memiliki tujuan untuk pengembangan dalam bidang pendidikan berdasarkan keluasan dan kedalaman materi. Penelitian tentang kajian Etnobotani Jenis Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Desa Cibenda kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat, dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang serupa namun memiliki tujuan dan teknik yang berbeda serta tempatnya berbeda pula. 1. Kedudukan Materi Dalam Kompetensi Dasar Pembelajaran Biologi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Kurikulum 2013).

Penelitian ini memiliki keterkaitan dengan Pembelajaran biologi kelas X SMA, terutama pada KD 3.2 Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia dan KD 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan supaya pelestarian keanekargaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestraian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk informasi, dalam penelitian ini keanekaragaman yang dibahas adalah keanekaragaman tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. 2. Pengaplikasian Peneliatian Dalam Kegiatan Pembelajaran Biologi Berdasarkan penelitian Kajian Etnobotani Jenis Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Desa Cibenda Kecamatan Cipongkor Kabupaten bandung Barat berkaitan dengan salah satu Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Biologi kelas X SMA yaitu KD 3.2 Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat kenaekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia dan KD 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk informasi. Penelitian ini dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Penelitian ini menjelaskan pada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penerapan di kelas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Menjelaskan tumbuhan yang telah diidentifikasi dari morfologinya.

2) Mengkomunikasikan dan mengaplikasikan hasil pengamatan tentang tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Tingkat Kesukaran KD Dalam Pembelajaran Pada Peserta Didik Kompetensi Dasar pada penelitian ini yaitu KD 3.2 Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia dengan kerja operasional KD 3.2 yaitu menganalisis (C4). Tingkat kesulitan soal menganalisis (C4) untuk siswa dalam pembelajaran dan keterkaitannya dengan teori taksonomi bloom. Dikatakan bahwa analisis merupakan upaya memisahkan suatu kesatuan menjadi komponen-komponen/unsur-unsur bagian, sehingga jelas hierarkinya/eksplisit unusur-unsurnya, meliputi unusr-unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip yang terorganisasi. (Faishal,2012).