Penentuan Parameter Desain Alat Penangkap Undur-Undur Laut di Cilacap dan Kebumen

dokumen-dokumen yang mirip
BIOMASSA SESAAT SUMBER DAYA PERIKANAN UNDUR-UNDUR LAUT (CRUSTACEA: DECAPODA: HIPPIDAE) DI PANTAI BERPASIR CILACAP DAN KEBUMEN, JAWA TENGAH

ASPEK PERTUMBUHAN UNDUR-UNDUR LAUT, Emerita emeritus DARI PANTAI BERPASIR KABUPATEN KEBUMEN Ali Mashar* dan Yusli Wardiatno

BIOLOGI POPULASI UNDUR-UNDUR LAUT (CRUSTACEA: HIPPIDAE) DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH ALI MASHAR

Aspek Pertumbuhan Undur-undur

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kepiting Pasir

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

BIOLOGI REPRODUKSI UNDUR-UNDUR LAUT EMERITA EMERITUS DI KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN, JAWA TENGAH DEWI AYU KUSUMAWARDANI

III. METODE PENELITIAN

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING RAJUNGAN (Portunus pelagicus L.) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

ESTIMASI PRODUKTIVITAS SEKUNDER KEPITING PASIR

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

STUDI BEBERAPA ASPEK BIOLOGI KEPITING PASIR DI KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN ENI MEGAWATI SKRIPSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

UJI JARAK ROTOR DAN VARIASI BENTUK MATA PISAU PADA ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS SILINDER TUNGGAL

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

KAJIAN ASPEK PERTUMBUHAN POPULASI POKEA (Batissa violacea celebensis Martens, 1897) DI SUNGAI POHARA SULAWESI TENGGARA 1

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA MESIN PENGAYAK SERAT COCOFIBER Performance Analysis of Sieving Machine for Cocofiber

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

III. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR, SEDIMEN, DAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PANTAI BELAWAN, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3 Lampu tabung.

3. METODE PENELITIAN

Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater tipe Catamaran

3. METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 8. Lokasi penelitian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

3. METODOLOGI PENELITAN

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

Bioecology and Natural Habitat Characteristics of Sea Turtles in Pariaman Coast

PENGARUH PERSILANGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) STRAIN GIFT DENGAN STRAIN NIFI TERHADAP NILAI HETEROSIS PANJANG, LEBAR, DAN BERAT BADAN

3. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), April 2015 Vol. 20 (1): ISSN

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

ANALISIS POWDER FACTOR DAN FRAGMENTASI HASIL LEDAKAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KUZ-RAM PADA TAMBANG BATUBARA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

MEKANISME ABRASI PESISIR DI KAWASAN PANTAI DEPOK, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai

PERENCANAAN SISTEM PEMBUANGAN LIMBAH DOMESTIK PERUMAHAN NELAYAN PUGER DENGAN MODULAR SYSTEM SHALLOW SEWER

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU GILI KETAPANG PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN ONE-LINE MODEL

DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO. Max Wagiu ABSTRACT

KARAKTERISTIK DIMENSI UTAMA KAPAL PERIKANAN PUKAT PANTAI (BEACH SEINE) DI PANGANDARAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Timur. Wilayah Kepulauan Derawan secara geografis terletak di 00 51`00-0l

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JENIS MATA POTONG TERHADAP HASIL PEMOTONGAN RUMPUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

3. BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian ini terdiri dari tiga proses, yaitu perancangan,

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 08 September 2016 ISBN 978-602-70530-4-5 halaman 248-255 Penentuan Parameter Desain Alat Penangkap Undur-Undur Laut di Cilacap dan Kebumen Design Parameters Determining of Sea Ant-lion in Cilacap and Kebumen Gatot Pramuhadi* 1), Yusli Wardiatno 2), dan Ali Mashar 3) 1 Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), Fateta, IPB Kampus Darmaga, Bogor 2 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB Kampus Darmaga, Bogor 3 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB Kampus Darmaga, Bogor *e-mail: gpramuhadi@yahoo.com ; gph3025818@gmail.com ABSTRACT Sea ant-lion ( yutuk ) in research locations (Cilacap and Kebumen beaches) were catched by local fishermen utilized a traditional catching tool ( sorok ), or by their hands. Utilizing of sorok for yutuk catching was done 1 kilometer along the beach with duration of 1 hour. They obtained yield of 1 kg up to 1.5 kg. The utilizing of sorok was about 5 cm depth to lift up the yutuk, and then it was catched by their hand and entered it into a basket net. The catching results were three species: Emerita emeritus, Hippa adactyla, and Albunea symmysta. Survey s results showed that yutuk dimensions were length of (1.70-5.00) cm and width of (1.40-3.70) cm. Digging ability to the beach sands of the yutuk was (1.50-5.50) cm. Power requirement for beach sands digging was determined by measured pooling force and cutting area of the beach sands. Research results showed that the amount of pooling draft was (0.05-0.28) kgf/cm 2. It can be concluded that parameters for designing of mechanical yutuk catcher were: (1) screen dimension for yutuk and sands separating is less than 1.40 cm, (2) digger depth was more than 5.50 cm, and (3) pooling draft was more than 0.28 kgf/cm 2. Key words: sea ant-lion ( yutuk ), yutuk dimension, digging depth, and pooling draft Diterima: 14 Agustus 2016 disetujui: 31 Agustus 2016 PENDAHULUAN Pantai Bunton, Widarapayung, Cilacap dan Pantai Bocor, Setrojenar, Kebumen adalah dua di antara pantai-pantai di Indonesia, yang banyak ditemukan undur-undur laut (yutuk). Pantai Bunton yang terletak di Desa/Kelurahan Widarapayung, yang sering juga disebut Pantai Widarapayung, nampak asri, bersih, dan tidak banyak dikunjungi orang-orang. Pantai Setrojenar yang terletak di Desa Setrojenar, yang sering juga populer disebut Pantai Bocor, nampak asri, bersih, pantai yang agak curam dengan gelombang air laut cukup besar ini merupakan pantai wisata yang banyak dikunjungi orang-orang (pengunjung) yang berwisata. Kondisi inilah yang membuat hewan laut, seperti undur-undur laut (yutuk), hidup dan berkembangbiak dengan pesat sehingga banyak nelayan lokal yang mencari nafkah dengan menangkap undur-undur laut (yutuk) untuk dijual, baik dalam keadaan masih segar (hidup) maup un yang sudah dimasak siap santap berupa rempeyek atau goreng krispi undur-undur laut dan dikemas menggunakan kemasan wadah dari bahan plastik.

Kemiringan pantai di Cilacap dan Kebumen memiliki kemiringan pantai yang landai, yakni berkisar antara 0.4-0.6 persen. Gelombang, yang merambat ke pantai dengan periode antara 5-7 detik, merupakan gelombang yang dibangkitkan oleh angin (Mashar dan Wardiatno 2013.a). Ketika rasio antara tinggi gelombang dan panjang gelombang telah melewati 1/7, maka gelombang tersebut menjadi tidak stabil sehingga pecah dan sekaligus melepas energi. Tipe pantai di Cilacap dikategorikan sebagai pantai dissipative. Kategori ini sesuai dengan karakteristik pantainya yang memiliki gelombang besar, substrat pasir dan zona swash zone-nya yang lebar. Ukuran butiran sedimen yang ditemukan di pantai lokasi studi sama dengan ukuran di pantai selatan Uruguay yang merupakan habitat Emerita brasiliensis. Pantai Uruguay tersebut memiliki tipe reflective hingga dissipative. Karakteristik habitat undur-undur laut tersebut dapat membantu dalam membuat disain alat tangkap (Mashar dan Wardiatno 2013.b). Undur-undur laut di lokasi penelitian (Cilacap dan Kebumen) ditangkap oleh nelayan lokal menggunakan tangan (secara manual) atau menggunakan alat tangkap tradisional berupa sorok. Alat tangkap (sorok) ini terbuat dari bambu, yang dibuat secara sederhana. Sapuan pantai (penyorokan) untuk menangkap undur-undur laut sejauh kurang lebih 1 kilometer dengan hasil tangkapan sebanyak kira-kira 1 kg hingga 1.5 kg. Penyorokan pasir pantai tersebut hingga kedalaman sekitar 5 cm untuk mengangkat undur-undur laut (yutuk), kemudian ditangkap menggunakan tangan dan memasukannya ke dalam keranjang jaring. Hasil tangkapan terdiri atas 3 (tiga) spesies yaitu Emerita emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta. Spesies yang dominan tertangkap yaitu E. emeritus. Dengan mempelajari metode, cara tangkap, dan perilaku hidup undur-undur laut (yutuk), maka dapat dilakukan penelitian guna mendesain alat tangkap mekanis undur-undur laut agar kapasitas penangkapannya meningkat sehingga kesejahteraan nelayan penangkap undur-undur laut juga meningkat. Tujuan penelitian yaitu menentukan parameter-parameter untuk mendesain penangkap undur-undur laut (yutuk) berdasarkan perolehan data metode dan cara tangkap, dimensi, dan cara hidup undur-undur laut, serta besar prediksi kebutuhan draft penarikan untuk penyorokan pasir pantai di Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Kebumen. METODE Penelitian dilaksanakan untuk mengambil data primer, perancangan dan pembuatan prototipe penangkap undur-undur laut (yutuk), serta untuk melakukan ujicoba kinerja prototipe dan penyempurnaan kinerja prototipe di tiga lokasi, yaitu : (1) Pantai Bunton, Kecamatan Widarapayung, Kabupaten Cilacap; (2) Pantai Bocor, Kecamatan Setrojenar, Kabupaten Kebumen; dan (3) Bengkel Daud Teknik Maju, Desa Cibereum, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret hingga Oktober 2016. Bahan dan peralatan untuk melaksanakan penelitian terdiri atas bahan dan peralatan untuk survey undur-undur laut (yutuk) dan untuk perancangan serta pembuatan prototipe penangkap undur -undur laut, yaitu : (1) pasir pantai di Cilacap dan Kebumen; (2) undur-undur laut (yutuk) hasil tangkapan nelayan setempat; (3) peralatan untuk menangkap yutuk: sorok dan keranjang jaring (net basket); (4) peralatan untuk mengukur dimensi dan kedalaman penggalian oleh yutuk: penggaris, jangka sorong, dan wadah transparan; (4) peralatan dan instrumen untuk mengukur gaya penarikan dan luas pemotongan pasir pantai: timbangan digital / analog, tali, meteran, dan cangkul; dn (5) peralatan dan mesin untuk membuat prototipe penangkap undur-undur laut: bengkel lengkap. Lingkup kegiatan penelitian desain alat tangkap (panen) mekanis undurundur laut (yutuk), yaitu: (1) undur-undur laut yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah undur-undur laut yang mendiami daerah intertidal terutama di swash area ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016 249

(2) prototipe alat tangkap (panen) mekanis undur -undur laut dapat ditarik (dioperasik an) menggunakan traktor tangan (traktor roda dua) yang sudah sangat dikenal oleh sebagian besar petani dan nelayan di Indonesia (3) desain prototipe alat tangkap (panen) mekanis undur-undur laut didasarkan atas keberadaan undur-undur laut di daerah intertidal, terutama di swash area (4) kegiatan penelitian : (a) pengukuran dan analisis seluruh parameter dan variabel input desain alat tangkap (panen) mekanis undur -undur laut sehingga alat mekanis ini dapat didesain dan dibuat, (b) pembuatan prototipe alat tangkap (panen) mekanis undur-undur laut, (c) ujicoba prototipe alat tangkap (panen) mekanis undur-undur laut yang diaplikasikan di dua lokasi yaitu di Cilacap dan Kebumen, Jawa Tengah, (d) evaluasi kinerja (unjuk kerja) prototipe alat tangkap (panen) mekanis undur-undur laut, dan (e) perbaikan dan penyempurnaan kinerja (unjuk kerja) prototipe alat tangkap (panen) mekanis undur - undur laut Secara umum tahapan penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Bagan alir tahapan penelitian untuk mendesain penangkap undur-undur laut 250 ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN Undur-undur laut (yutuk) ditangkap oleh nelayan lokal (Cilacap dan Kebumen) dengan menggunakan alat tangkap tradisional berupa sorok, atau secara manual menggunakan tangan. Alat tangkap (sorok) ini terbuat dari bambu, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2. Penyorokan untuk menangkap undur-undur laut sejauh kurang lebih 1 kilometer dengan hasil tangkapan sebanyak (1.0 1.5) kilogram. Penyorokan pasir pantai tersebut hingga kedalaman sekitar 5 cm untuk mengangkat undur-undur laut, kemudian ditangkap menggunakan tangan dan memasukannya ke dalam keranjang jaring. Gambar 2. Alat tangkap tradisional (sorok) untuk mengangkat undur-undur laut Hasil tangkapan yutuk terdiri atas 3 (tiga) s pesies yaitu Emerita emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3. Spesies yang dominan tertangkap yaitue. emeritus. Setiap spesies dilakukan eksperimen sederhana, yaitu melihat pengaruh spesies, dimensi, jenis kelamin, kondisi kematangan seksual (bertelur atau tidak bertelur) terhadap kedalaman undur -undur laut masuk ke dalam pasir (mengubur diri) yang merupakan pola adaptasi dan kebiasaan hidup. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan wadah transparan sehingga mudah untuk diamati dan diukur, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4. Pada Tabel 1 dan Tabel 2 disajikan data karakteristik fisik undur-undur laut yang berhasil ditangkap. Gambar 3. Tiga spesies yutuk yang berhasil ditangkap, yaitu: Albunea symmysta, Hippa adactyla, dan Emerita emeritus ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016 251

Gambar 4. Pengamatan eksperimen kemampuan yutuk menggali pasir laut (lingkaran merah adalah bagian tubuh yutuk terlihat dari luar) Tabel 1. Data karakteristik fisik undur-undur laut yang berhasil ditangkap di Cilacap Panjang (cm) Lebar (cm) Kedalaman Galian (cm) Jenis Kelamin Spesies yutuk : Emerita emeritus 1.70 3.00 1.40 2.30 1.50 4.50 Betina (33 = 100%) Spesies yutuk : Hippa adactyla 2.30 2.80 1.90 2.70 2.00 2.90 Jantan (6 = 35.30%) 2.00 3.80 1.90 3.60 2.00 5.00 Betina (11 = 64.70%) Spesies yutuk : Albunea symmysta 1.70 2.50 1.90 2.40 1.90 5.50 Jantan (5 = 55.56%) 2.10 2.60 2.00 2.80 3.70 4.50 Betina (4 = 44.44%) Total 1.70 3.80 1.40 3.60 1.50 5.50 Jantan dan Betina Tabel 2. Data karakteristik fisik undur-undur laut yang berhasil ditangkap di Kebumen Panjang (cm) Lebar (cm) Kedalaman Galian (cm) Jenis Kelamin Spesies undur-undur laut : Emerita emeritus 1.90 3.00 1.50 2.00 2.50 4.60 Betina (12 = 100%) Spesies undur-undur laut : Hippa adactyla 2.30 2.90 2.20 2.80 1.80 4.50 Jantan (6 = 67%) 4.00 5.00 2.80 3.70 4.70 5.20 Betina (3 = 33%) Total 1.90 5.00 1.50 3.70 1.80 5.20 Jantan dan Betina Penentuan prediksi besar daya yang diperlukan untuk mengeruk pasir dan mengangkat yutuk didasarkan atas pengukuran prediksi besar gaya penarikan dan luas pemotongan pasir pantai dimana yutukyutuk menggali masuk ke dalam pasir pantai setelah ombak dari laut menuju ke pantai. Dalam Gambar 5 dan Gambar 6 ditunjukkan contoh pengukuran prediksi besar gaya penarikan dan pengukuran luas pemotongan pasir pantai. Pada Tabel 3 dan Tabel 4 disajikan data hasil pengukuran prediksi besar gaya 252 ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016

penarikan dan pengukuran luas pemotongan pasir pantai. Draft hasil desain penangkap mekanis undur-undur laut (yutuk) dapat dilihat dalam Gambar 7. Gambar 5. Contoh pengukuran prediksi besar gaya penarikan Gambar 6. Contoh pengukuran lebar dan kedalaman pemotongan pasir pantai Tabel 3. Data pengukuran draft penarikan di pasir Pantai Widarapayung, Cilacap Gaya Penarikan (kgf) Lebar Pemotongan (cm) Kedalaman Pemotongan (cm) Luas Pemotongan (cm 2 ) Draft Penarikan (kgf/cm 2 ) 20 18 5 90 0.22 25 18 5 90 0.28 25 18 5 90 0.28 Tabel 4. Data pengukuran draft penarikan di pasir Pantai Setrojenar, Kebumen Gaya Penarikan (kgf) Lebar Pemotongan (cm) Kedalaman Pemotongan (cm) Luas Pemotongan (cm 2 ) Draft Penarikan (kgf/cm 2 ) 15 26.5 11 291.50 0.05 15 26.5 10 265.00 0.06 18 26.5 14.5 384.25 0.05 18 26.5 11.5 304.75 0.06 20 26.5 12.5 331.25 0.06 25 26.5 14 371.00 0.07 28 26.5 14.5 384.25 0.07 30 26.5 15 397.50 0.08 ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016 253

Gambar 7. Draft hasil desain penangkap mekanis undur-undur laut (yutuk) Hasil survey menunjukkan bahwa dimensi yutuk yaitu: panjang (1.70 5.00) cm dan lebar (1.40 3.70) cm. Kemampuan menggali ke dalam pasir pantai (1.50 5.50) cm. Besar daya yang dibutuhkan untuk menggali pasir pantai ditentukan dengan mengukur besar gaya penarikan dan luas pemotongan pasir pantai tersebut. Hasil survey menunjukkan bahwa besar prediksi draft penarikan sebesar (0.05 0.28) kgf/cm 2. Dengan demikian, bisa ditemukan beberapa parameter desain alat penangkap undur-undur laut (yutuk), diantaranya yaitu: (1) ukuran lubang saringan (screen) pemisah yutuk dengan pasir < 1.40 cm, (2) kedalaman garpu penggali yutuk > 5.50 cm, dan (3) kemampuan mesin penarik beban harus > 0.28 kgf/cm 2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil survey lapangan di pantai Cilacap dan Kebumen, serta berdasarkan analisis hasil survey undur-undur laut tersebut dapat diperoleh dan ditentukan parameter-parameter desain alat penangkap mekanis undur-undur laut (yutuk), yaitu : (1) ukuran lubang saringan (screen) pemisah yutuk dengan pasir < 1.40 cm; (2) kedalaman garpu penggali yutuk > 5.50 cmdan (3) kemampuan mesin penarik beban harus > 0.28 kgf/cm 2. 254 ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016

DAFTAR PUSTAKA Mashar, A. and Y. Wardiatno. 2013.a. Growth aspect of the mole crab, Emerita emeritus collected from sandy beach in Kebumen District. Jurnal Biologi Tropis 13(1): 28 38. (In bahasa Indonesia with English abstract) Mashar, A. and Y. Wardiatno. 2013.b. Growth aspect of the mole crab, Hippa adactyla collected from sandy beach in Kebumen District. Jurnal Biologi Tropis 13(2): 119 127. (In bahasa Indonesia with English abstract) end ProsidingSeminarNasional Pengembangan Teknologi Pertanian V Polinela 2016 255