BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu

Seni Berperang Sun Tzu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao. Agama Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

PERWIRA. Metta Amurwa Bhumi Kusumo 1), Deassyana Taradipa 2), Liza Jayanty 3) 2 Dharmacarya,STABN Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu jiwa (Sensus 2010) 1. Orang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan wisatawan, mulai dari kota besar sampai kota kecil. Bukan

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

ATRIBUT RUANG SEBAGAI PENANDA RUANG RITUAL PADA PESAREAN GUNUNG KAWI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan ciri khas yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat, dimodifikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D I A N K U R N I A A N G G R E T A, S. S O S, M. S I 1

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

LAMPIRAN. Sejarah Singkat Ilmu Feng Shui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi paling utama di dunia. Tanpa adanya bahasa, tidak akan

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sempurna keseimbangannya, dan menjadi pusat dari dunia. 1 Melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antar satu dengan yang lain. Dengan bahasa, orang dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat keberadaan manusia di dunia ini, maka kita akan dapat menemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Upacara minum..., Yuanita Tanuwijaya, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkehidupan bersama dengan manusia yang lain. Mereka sebagai individu yang

BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA

BAB I PENDAHULUAN. sandang ini merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat

KONSEP AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB 1 PENDAHULUAN. Filsuf Prancis, Rene Descartes ( ) menegaskan cogito ergo sum yang

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

Gambar 26. Tampak muka klenteng Xie Dian Gong, Bandung. Jelas terlihat pola simetris pada bangunan.(foto oleh penulis)

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. ritmis yang indah (Sudarsono, 1965: 17). Musik sendiri adalah segala sesuatu

Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

I. PENDAHULUAN. Atas prakarsa dan swadaya masyarakat yang makin meningkat, jumlah tempat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, kebudayaan ini tersusun karena adanya tingkat pengetahuan dan sebuah ide, keduanya akan menghasilkan sebuah perwujudan budaya seperti bahasa, seni, kepercayaan, perilaku dan lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau religi yang kompleks. Salah satu perwujudan kebudayaan adalah kepercayaan. Sejak dahulu manusia sudah meyakini adanya dunia lain khususnya dunia setelah kematian. Mereka mengenal animisme dan dinamisme sebagai kepercayaan tentang adanya roh yang diyakininnya. Peralatan yang digunakan untuk berhubungan dengan keyakinannya berbeda-beda sesuai perubahan peradaban. Keyakinan sangat bervariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan cara-cara mereka berhubungan dengan keyakinan tersebut. Agama pada dasarnya merupakan pedoman dan undang-undang manusia untuk menjalankan perintah dan aturan (Roger M. Keesing, 1981 : 92). Ketika membahas tentang kepercayaan masyarakat Tionghoa maka tidak bisa kita lepaskan dari istilah Tiongkok yang merupakan sumber awal munculnya agama Khonghucu, Tiongkok mempunyai tiga pandangan keagamaan yaitu Khonghucu, Budha dan Tao atau yang lebih disebut dengan istilah Tridharma yang mana ketiganya hidup berdampingan di sana. Hal ini sesuai dengan

2 tulisan Ismail Raqi Al-Faruqi (1974 : 23) dalam bukunya yang berjudul Historical Atlas Religion of the World. The Chinese Tradition has such a syncretic and harmonizing tendency that in every religious practice the average Chinese makes no distinction between, for example, a taois shrine, a buddist monastery and a confusion temple and the religious ideal of the Chinese tradition is tipically reflected in the expression sanchiao- I, meaning the grand harmonious unity of the tree teaching of conficianism,taoism, Budhism. Dalam bahasa Indonesia arti tulisan di atas yaitu tradisi Tiongkok mempunyai hubungan yang sinkretis dan harmonisasi bahwa dalam setiap praktik keagamaan Tiongkok rata-rata tidak berbeda, misalnya, sebuah kuil Taoisme, sebuah wiara budha dan sebuah kuil Confucius dan tradisi masyarakat Tionghoa biasanya tercermin dalam ekspresi san-chiao-i, yang berarti kesatuan yang harmonis tiga ajaran yaitu Konfusianisme, Taoisme, Buddhisme. Dari tulisan tersebut kita dapat mengetahui tentang tradisi masyarakat bahwa rata-rata mempunyai rasa persaudaraan walaupun mereka mempunyai agama yang berbeda, dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak pernah membedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain. Manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan ritme alam semesta. Kehidupan harus harmonis dengan tiga dasar yaitu kehidupan langit, bumi dan kehidupan manusia. Mereka percaya bahwa alam semesta ini sebagai akibat inkarnasi kekuatan alam.

3 Alam pikiran masyarakat Tiongkok Kuno berkeyakinan bahwa alam semesta dikuasi oleh Thein (Tuhan). Keseluruhan alam semesta itu berada pada tempat dan tugasnya masing-masing, yang kemudian membentuk pola dasar kosmos berdasarkan ketentuan alam itu sendiri. Kehidupan di dunia ini dihubungkan dengan peredaran kosmos, seperti dalam peredaran musim, arah, warna, tanda-tanda, lingkaran yang memberi ramalan tertentu (Hidajat, 1993 :45). Di Yogyakarta terdapat dua Wihara yang terkenal yaitu Kelenteng Gondomanan atau disebut Wihara Budha Prabha Yogyakarta dan Kelenteng Poncowinatan. Adapun Tugas Akhir ini membahas mengenai Kelenteng Gondomanan atau disebut Wihara Budha Prabha Yogyakarta, dalam Tugas Akhir ini penulisan akan menggunakan nama Wihara Budha Prabha. Jika dilihat dari keberadaan dewa di dalam Wihara, Wihara Budha Prabha memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan Wihara lain di Yogyakarta karena di Wihara ini yang paling utama untuk dipuja adalah Dewa Amurwa Bhumi atau fú dé zhèng shén ( 福德正神 ). Salah satu budaya Tiongkok yang dapat dijumpai dalam masyarakat Tionghoa yaitu ramalan Ciam Si. Ciam Si adalah tradisi peramalan yang berakar pada Taoisme. Ajaran Tao berbeda dengan Taoisme, ajaran Tao didirikan oleh Laozi dan Zhuangzi pada saat akhir musim semi dan gugur, sedangkan Taoisme telah terbentuk pada zaman Dinasti Han Timur yang didirikan oleh Zhang Daoling. 1 Zhang Daoling menciptakan metode Ciam Si 1 Wawancara dengan Yetty Herlina, dosen bahasa Mandarin UGM pada tanggal 17 Januari 2014 pukul 11.00 WIB di kediaman Yetty Herlina.

4 dengan tujuan membantu pengunjung berdoa di wihara untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang dihadapi. Ramalan Ciam Si juga digunakan sebagai media untuk mengetahui peruntungan nasib dari seseorang, dimana biasanya orang yang bersangkutan harus terlebih dahulu mengikuti aturan tradisi yang ada di wihara dengan cara mengocok batang bambu kecil, menyerupai sumpit yang diletakkan di dalam sebuah wadah gelas. Batang bambu dalam wadah tersebut memiliki nomor satu sampai seratus yang sudah disesuaikan dengan jumlah kertas syair. Penjaga wihara dalam melakukan ramalan Ciam Si akan memberikan kertas ramalan sesuai dengan angka pada bilah bambu yang jatuh. Jawaban diberikan dalam bentuk syair yang ditulis di lembar-lembar kertas yang isinya berupa penjelasan atau petunjuk tertentu yang dianggap sebagai jawaban dewa atau dewi atas doa yang dipanjatkan. Wihara Budha Prabha Yogyakarta memiliki 100 bilah bambu dalam satu wadahnya. Dalam mendapatkan jawaban ramalan Ciam Si tidak semua kertas ramalan isinya baik, ada juga yang sangat jauh dari harapan. 2 Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ramalan nasib ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, melainkan juga oleh masyarakat umum. Hal ini yang mendorong penulis tertarik untuk memahami motivasi pengunjung Wihara Budha Prabha Yogyakarta dalam melakukan ramalan Ciam Si. 2 Wawancara dengan Vincent salah satu anggota Generasi Muda Cetiya Budha Prabha (GMCBP) pada tanggal 29 September 2013 pukul 10.30 di Wihara Budha Prabha.

5 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian yang tertera dalam latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1. Apakah yang dimaksud dengan ramalan Ciam Si? 2. Apakah tujuan pengunjung Wihara Budha Prabha Yogyakarta melakukan ramalan Ciam Si? 3. Bagaimanakah sikap pengunjung Wihara Budha Prabha Yogyakarta setelah mendapat ramalan Ciam Si? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini sebagai berikut : 1. Memberikan penjelasan tentang ramalan Ciam Si. 2. Mengetahui tujuan pengunjung melakukan ramalan Ciam Si. 3. Mengetahui seberapa percayakah sikap pengunjung apabila mendapat kertas ramalan yang diterimanya. 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini, yaitu : 1. Dapat menjadi sumbangan pemikiran dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Sebagai bahan referensi dalam mengenal ramalan Ciam Si. 3. Bagi perguruan tinggi diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bacaan guna menambah wawasan bagi mahasiswa dan

6 kegiatan akademika Universitas Gadjah Mada serta memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya. 1.5 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini yakni menggunakan metode wawancara, studi pustaka dan observasi partisipan. 1. Metode Wawancara Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab. Dalam penulisan ini wawancara dilakukan dengan para narasumber yang mempunyai pengetahuan tentang ramalan Ciam Si. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui tradisi ritual masyarakat Tionghoa tentang ramalan Ciam Si. Dalam wawancara ini, sebelumnya telah dipersiapkan materi yang akan ditanyakan kepada narasumber agar proses wawancara dapat terarah pada pokok pembahasan. 2. Metode Studi Pustaka Metode pustaka adalah cara pengumpulan data-data dari buku, majalah, intenet, maupun bacaan lain yang mendukung. Metode studi pustaka dimaksudkan untuk menambah informasi secara luas. 3. Observasi Partisipan Penulis menggunakan metode observasi partisipan dimana observasi partisipan adalah observer turut ambil bagian dalam penelitian yaitu observer

7 juga mengikuti kegiatan ritual Ciam Si. Narasumber yang dipilih adalah orang yang sedang melakukan Ciam Si dan yang pernah melakukan Ciam Si. Penulis menggunakan metode observasi partisipan bertujuan agar penulis lebih memahami kegiatan ramalan Ciam Si selain itu juga agar bisa merasakan hal yang sama dengan subyek yang diteliti. 1.6 Sistematika Penulisan Secara garis besar Tugas Akhir ini dibagi menjadi empat bab, yaitu : Bab I Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Landasan teori dan Tinjauan Pustaka Membahas tentang definisi Wihara, Motivasi, Ramalan dan Ciam Si. Bab III Sejarah singkat dan asal-usul Ciam Si di Wihara Budha Prabha Yogyakarta Berisi tentang sejarah dan berkembangnya Wihara Budha Prabha Yogyakarta, Sejarah awal Ciam Si dan Tata cara Ciam Si Bab IV Motivasi dan pandangan pengunjung Wihara Budha Prabha Yogyakarta melakukan ramalan Ciam Si Bab ini berisikan tentang gambaran umum responden, tingkat pemahaman responden, motivasi dan pandangan pengunjung

8 Wihara Budha Prabha yang percaya terhadap ramalan Ciam Si dan yang tidak percaya terhadap ramalan Ciam Si. Bab V Penutup Dalam penyusunan Tugas Akhir ini berisi kesimpulan dan saran.