BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen mutu terpadu yang biasa dikenal dengan istilah Total

BAB II URAIAN TEORITIS. Total quality management secara harafiah berasal dari kata total yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu instansi pemerintah maupun swasta sangat diperlukan adanya

Kuesioner. Dalam rangka penelitian ilmiah, saya memerlukan informasi untuk mendukung penelitian yang saya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB 1` PENDAHULUAN. Apapun yang dikerjakan oleh manusia baik secara individu maupun

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang terjadi dalam bisnis menjadikan setiap perusahaan dalam negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menguraikan pengertian Teknologi Informasi, Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam negeri, namun juga luar negeri. Perusahaan harus memproduksi barang / jasa

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi Total Quality Management (TQM) kerena TQM membutuhkan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan perusahaan yang semakin kuat pada era globalisasi ini membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

DAFTAR KUESIONER Relatif sedikit sedang relatif banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Total Quality Management (TQM), apakah di perusahaan ini prinsip-prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh penerapan total quality management (TQM),

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Suyadi, 1999) Performance (kinerja) adalah hasil kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa Total Quality

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini banyak perusahaan baru dan bermunculannya konsumen yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. akan dicapai, baik berupa laba yang maksimal, kelangsungan hidup, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN. Berikut ini adalah kuesioner yang berkaitan dengan penelitian tentang PENGARUH KOMPENSASI DAN KEPUASAN TERHADAP KINERJA

Dalam rangka memenuhi tugas akhir dalam menyusun skripsi sebagai. mahasiswa Program Sarjana Strata 1 Ilmu Akuntansi Universitas Katolik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Garrison (2000: 23) kendala atau constraint adalah segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dilihat dengan banyaknya berdirinya perusahaan-perusahaan baru sehingga

KUESIONER. Pengaruh Tingkat Kesesuaian Antara Persepsi Tentang Suatu Keinginan Untuk

Perpustakaan Unika Lampiran - Lampiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, bahkan lebih meningkatkan kualitas barang atau jasanya agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. dimana mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang terbuka. Era globalisasi ini telah muncul sebagai fenomena baru

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan mutu produk yang dihasilkan baik barang atau jasa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan hasil atau dampak dari kegiatan individu selama periode waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mutu atau kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat melihat dan menggunakan peluang yang ada serta dapat mengidentifikasi

MENETAPKAN UPAH STRATEGIS I K A R U H A N A

BAB I PENDAHULUAN. para konsumen, dimana mereka semakin sadar biaya (cost concius) dan sadar nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab kepada banyak stakeholder. (Anthony dan Govindaradjan, 2005:60).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang ada khususnya di Indonesia dihadapkan pada situasi persaingan global.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Manajemen Sumberdaya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).

KUESIONER. Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan, yang saya harapkan Bapak/Ibu. bersedia untuk mengisinya. Bapak/Ibu cukup mengisikan data diri dan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) yang berlaku pada tahun 2003 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. penerapan TQM terhadap kinerja perusahaan. 1. Musran Munizu, Surachman, Ubud Salim dan Solimun (2011)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kompensasi Finansial Langsung

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dalam

Kompensasi Finansial Langsung

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus pula bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini bermunculan usaha-usaha baru baik meniru usaha yang telah

BAB I PENDAHULUAN. namun juga karena kualitas yang lebih baik (Gisella H.G Bella, 2010)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman sekarang ini banyak perusahaan yang berusaha untuk memenangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi

DAFTAR TABEL. Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pernyataan Kuantifikasi kemungkinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya perekonomian, keikutsertaan berbagai

BAB I. Pendahuluan. yang dihasilkan perusahaan jasa ini lebih bersifat intangible atau tidak terlihat.

Kategori manakah dibawah ini yang menjelaskan dengan baik alasan yang diberikan oleh atasan Anda ketika revisi anggaran dibuat?alasannya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

TINJAUAN PUSTAKA. suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN TETAP BAGIAN PRODUKSI PADA PT. KOSOEMA NANDA PUTRA DI KLATEN

BAB II LANDASAN TEORI, HIPOTESIS, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain yang memiliki produk, layanan dan segmentasi pasar sama, maka

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Total Quality Management Pengertian kualitas menurut Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Nasution (2010:3): Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kualitas merupakan kunci dalam memenangkan persaingan, dasar perlunya TQM sangatlah sederhana yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik, untuk itu diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan. Maka cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut adalah menerapkan TQM (Lastanto, 2010). Menurut Nasution (2010:22) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Total Quality Manajemen (TQM) dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik dari TQM itu sendiri (Goetsch dan Davis dalam Nasution (2010:22)) :

1. Fokus pada pelanggan Dalam TQM baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. 2. Obsesi terhadap kualitas Dengan kualitas yang sudah ditetapkan organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan mereka. Hal ini berarti bahwa semua karyawan setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya dengan lebih baik. 3. Pendekatan ilmiah Pendekatan ilmiah sangat diperluakan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. 4. Komitmen jangka panjang TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

5. Kerja sama tim Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional sering kali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitar. 6. Perbaikan sistem secara berkesinambungan Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem/lingkungan. Oleh karena itu sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkan dapat semakin meningkat. 7. Pendidikan dan pelatihan Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa perusahaan bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil siap pakai. Jadi perusahaan perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan sekedarnya kepada para karyawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya apalagi dalam era persaingan global. 8. Kebebasan yang terkendali Dalam Total Quality Management keterlibatkan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil karena pihak yang terlibat lebih banyak. 9. Kesatuan tujuan Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik makab perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja. 10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan yang membawa dua manfaat utama. Pertama, hal ini dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang baik atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan yang meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang -orang yang harus melaksanakannya.

2.1.1 Prinsip Total Quality Management (TQM) TQM merupakan sistem manajemen yang berfokus pada semua orang, bertujuan untuk terus-menerus meningkatkan nilai yang diberikan bagi pelanggan dengan biaya penciptaan nilai yang lebih rendah dari pada nilai suatu produk (Nasution, 2005:28). Banker et al (1993:35), menjelaskan bahwa TQM meningkatkan keterlibatan organisasi dalam meningkatkan kualitas secara terus menerus. Bertanggung jawab untuk mendeteksi hal-hal yang tidak sesuai dengan pengendalian mutu. TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam Scheuing dan Christoper,1993 : 165-166) seperti yang dikutip Nasution (2010:30) ada empat prinsip utama dalam TQM yaitu sebagai berikut : 1. Kepuasan pelanggan Dalam TQM konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi- spesifikasi tertentu, tetapi ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan tersebut meliputi pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. oleh Karena itu harus dikoordinasikan untuk

memuaskan pelanggan. Makin tinggi nilai yang diberikan, makin besar kepuasan pelanggan. 2. Respek terhadap setiap orang Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas yang khas. Dengan demikian karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam ti penggambilan keputusan. 3. Manajemen berdasarkan fakta Setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar perasaan saja. 4. Perbaikan berkesinambungan Setiap perusahaan perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang belaku adalah siklus plan-do-check-act-analyze (PDCAA), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. 2.1.2 Manfaat total quality management (TQM) Menurut Tjiptono dan Fandi (2001:10), perusahaan yang menerapkan teknik Total Quality Management akan memperoleh beberapa manfaat utama yang pada akhirnya akan meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan antara lain :

1. Rute pertama yaitu rute pasar Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah pada meningkatnya pengahasilan sehinagga laba yang diperoleh juga semakin besar. 2. Rute kedua yaitu rute biaya Perusahaan dapat meningaktkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat. P E R B A I K A N M U T U Memperbaiki posisi persaingan Meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan Harga yang lebih tinggi Meningkatkan persaingan pasar Mengurangi biaya opeasi Manfaat rute pasar Meningkatkan penghasilan Meningkatkan laba Manfaat rute biaya Gambar 2.1 Manfaat Total Quality Management

Banker et al (1993) menjelaskan bahwa TQM meningkatkan keterlibatan organisasi dalam meningkatkan kualitas secara terus-menerus. Bertanggung jawab untuk mendeteksi hal-hal yang tidak sesuai dengan pengendalian mutu, hal tersebut membuat pekerja lebih bertanggung jawab untuk pengendalian mutu dan untuk menghentikan produksi ketika ada suatu masalah dalam produksi. Keuntungan yang didapat perusahaan karena menyediakan barang atau jasa yang berkualitas baik berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah, gabungan keduanya menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan (Nasution, 2005:42). 2.2 Sistem Pengukuran Kinerja Menurut Mulyadi (2001:415) definisi pengukuran kinerja adalah: Penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Anthony et al (1995:46) menyatahan: Performance measurement is measure the performance of each activity in the process (value chain) from the perspective of consumer requirment while assuring that the overall performance of activities meets the requirments of the organization other stakeholders Paragraf diatas menjelaskan bahwa Pengukuran kinerja adalah mengukur kinerja setiap kegiatan dalam proses (value chain) dari perspektif requirment konsumen, sementara memastikan bahwa kinerja keseluruhan kegiatan memenuhi syarat-syarat dari para pemangku kepentingan organisasi lain.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja merupakan mekanisme perbaikan secara periodik terhadap keefektifan tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan berdasarkan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu agar berhasil dalam menetapkan strategi perusahaan. Adapun idikator-indikatornya adalah meningkatkan kinerja karyawan, pengharapan kinerja, menilai dengan tepat kinerja, penilaian yang berbobot, dilakukan dengan cara yang adil, landasan penentuan reward, landasan untuk mengikuti pelatihan, sistem pengukuran kinerja dilakukan secara berkala (Simamora, 1999:425). 2.2.1 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja Pengukuran kierja merupakan suatu proses yang harus dilakukan dalam upaya pengendalian tenaga kerja. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat dan valid tentang perilaku dan kinerja anggota dalam organisasi (Lastanto: 2010). Menurut Mulyadi (2001:416), tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: 1. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakan prilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

2. Memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sbelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. dua yaitu: Menurut Simamora (1999, 425) tujuan pengukuran kinerja dibagi menjadi 1. Tujuan Evaluasi Sebagai landasan penentuan reward, tujuan organisasi dalam melakukan pengukuran kinerja adalah mendapatkan informasi yang akan melandasi keputusan-keputusan pemberian reward. Evaluasi kelayakan, perusahaan melakukan pengukuran kinerja untuk menentukan seberapa besar gaji yang akan diterima oleh karyawannya Pengharapan kinerja, dengan adanya pengukuran kinerja perusahaan mampu meningkatkan kinerja para karyawannya. Menilai dengan tepat kinerja, informasi penilaian sering digunakan untuk menilai kesiapan karyawan untuk posisi-posisi yang lebih tinggi. Hal ini tidak akan menyebabkan terlalu banyak kesukaran bila promosi dilakukan dalam kelompok yang sama. 2. Tujuan Pengembangan Membantu meningkatkan kinerja, pennilaian kinerja dirancang untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan kerja yang buruk,

penilaian sepatutnya dirancang untuk mengembangkan karyawan yang lebih baik. Landasan untuk mengikuti pelatihan, penilain kineja dapat menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan dari masing-masing karyawan. Dilakukan secara berkala, penilai kinerja dilakukan secara berkelanjutan untuk menilain kemajuandari kinerja karyawan diperusahaan. Penilaian yang berbobot, penilaian kinerja harus memberikan penilai yang sesuai atas kinerja karyawannya. Dilakukan secara adil, agar efektivitas penilai kinerja maksimal proses penilai kinerja hendaknya dilkaukan secara terbuka agar tidak terjadi kesalah pahaman. Tujuan Pokok sistem penilaian kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan sahih tentang prilaku dan kinerja karyawan. Semakin akurat dan sahih informasi yang dihasilkan sistem pengukuran kinerja semakin besar potensi nilainya bagi perusahaan (Simamora, 1999:423). 2.2.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk (Mulyadi, 2001:416): 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Peningkatan kualitas seperti TQM secara individual dapat efektif jika perusahaan telah mengimplementasikan cara-cara untuk memperbaiki kualits secara terus-menerus dibandingkan dibandingkan dengan organisasi pesaing yang mengadakan improvement dengan tidak menggunakan teknik TQM (Mardiyah dan Listianingsih:2005). Tidak setiap sistem pengukuran kinerja akan bebas sama sekali dari tantangan-tantangan legal. Walaupun demikian sistem pengukuran kinerja dapat memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, diantaranya: kriteria yang berkaitan dengan pekerjaan, pengharapan kinerja, fokus pada prilaku yang terobservasi, sensitivitas, standardisasi, sokongan manajemen dan karyawan, keandalan dan validitas, penilaian yang berbobot, komunikasi yang terbuka, kemamputerimaan (Simamora, 1999: 488-495).

2.3 Sistem Penghargaan (Reward) Penghargaan adalah segala bentuk pengembalian baik financial maupun non financial yang ditrima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan. Penghargaan dalam bentuk finansial dapat berupa gaji, upah, bonus, komisi, tunjangan, libur atau cuti tetapi tetap dibayar dan sebagainya. Sedangkan yang dalam bentuk non financial biasanya berupa tugas yang menarik, tantangan tugas, tanggung jawab tugas, peluang, pengakuan, pencapaian tujuan serta lingkungan pekerjaan yang menarik (Lastanto 2010:23). Siswanto (1989) (Halim dan Tjahjono (2000:223)) menyatakan: Kompensasi adalah imbalan jasa yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja karena telah memberikan sumbangan tenaga kerja dan pikiran demi kemajuan serta kontinuitas perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang Setiap organisasi memiliki beberapa tujuan dasar dalam merancang sistem kompensasi, yaitu: memikat karyawan-karyawan, menahan karyawan-karyawan yang kompeten dan motivasi dan kompensasi (Simamora, 1999:548). Terminologi-terminologi dalam kompensasi adalah sebagai berikut: upah, insentif, tunjangan, fasilitas (Simamora, 1999: 544). Penghargaan (reward) menarik karyawan dan memberikan informasi atau mengingatkan akan pentingnya sesuatu yang diberi reward dibandingkan dengan yang lain, reward juga meningkatkan motovasi karyawan terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu karyawan mengalokasikan waktu dan usaha karyawan. Reward berbasis kinerja mendorong karyawan dapat mengubah kecenderungan

semangat untuk memenuhi kepentingan diri sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan organisasi (Mulyadi dan Setyawan, 1999:227). 2.3.1 Manfaat Penghargaan (Reward) Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001:356), penghargaan menghasilkan dua macam manfaat, antara lain: 1. Memberikan Informasi Penghargaan dapat menarik perhatian personel dan memberikan informasi atau menginggatkan mereka tentang pentingnya sesuatu yang diberikan penghargaan dibanding dengan hal yang lain. 2. Memberikan motivasi Penghargaan akan meningkatkan motivasi personel terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu personel dalam memutuskan bagaimana mereka mengalokasikan waktu dan usaha mereka. Penghargaan (reward) yang diberikan kepada karyawan sangat berpengaruh pada tingkat motivasi dan kepuasan kerja, serta hasil kerja (Mangkunegara, 2001:84). Penghargaan menarik perhatian karyawan dan memberikan informasi atau meningkatkan akan pentingnya sesuatu yang diberi penghargaan dibanding dengan yang lain, penghargaan juga menarik meningkatkan motivsi karyawan terhadap ukuran kinerja sehingga membantu karyawan mengalokasikan waktu dan usaha karyawan (Mardiyah dan Listianingsih, 2005).

2.3.2 Jenis-jenis Penghargaan Menurut Mulyadi (2001:419-420), penghargaan digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu: 1. Penghargaan Intrisik Penghargaan yang berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu. Untuk meningkatkan penghargaan intrinsik manajemen dapat menggunakan berbagai teknik seperti penembahan tanggung jawab, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan usaha lain yang meningkatkan harga diri seseorang yang mendorong orang menjadi lebih baik. 2. Penghargaan Ektrinsik Terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan antar lain: Kompensasi langsung Pembayaran langsung berupa gaji atau upah pokok, honorarium lembur dan hari lembur, pembagian laba, pembagian saham, dan berbagai bonus lain yang didasarkan atas kinerja karyawan. Kompensasi tidak langsung Semua pembayaran untuk kesejahteraan karyawan seperti asuransi kecelakaan, asuransi hari tua, honorarium liburan, dan tunjangan rumah sakit. Kompensasi ini tidak mempunyai dampak terhadap motivasi individu dalam pencapaian sasaran organisasi.

Distribusi penghargaan ekstrinsik, baik yang langsung, tidak langsung, maupun nonkeuangan memerlukan data hasil kinerja karyawan agar penghargaan tersebut dirasa adil oleh karyawan yang menerima penghargaan tersebut (Mulyadi, 2001:420). Menurut Simamora (1999:544) terminologi-terminologi penghargaan (kompensasi) adalah sebagai beriku: 1. Gaji, umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, atau tahunana. 2. Insentif adalah tambahan-tambahan kompensasi diluar gaji atau upah yang diberikan oleh perusahaan 3. Tunjangan, biasanya berupa asuransi kesehatan dan jiwa, liburan-liburan yang ditanggung oleh perusahaan, dan tunjangan-tunjangan yang berhubungan dengan kepegawaian. 4. Fasilitas biasanya berupa mobil perusahaan, keanggotaan klub, tempat parkir khusus, dan lain sebagainya. Tujuan kompensasi biasanya meliputi berbagai insentif yang berkaitan dengan kinerja. Sasarannya adalah untuk menciptakan kesesuaian tujuan, sehingga manajer akan menunjukan kerja terbaiknya bagi perusahaan (Hansen and Mowen, 2002). 2.4 Kinerja Manajerial Kinerja merupakan ukuran kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang di bebankan kepadanya (Lastantto, 2010).

Menurut Mulyadi (2001:415-416), kinerja dapat diartikan sebagai efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Handoko T. Hani (2003:34), kinerja manajerial didefinisikan sebagai tingkat kecakapan manajer dalam melaksanakan aktivitas manajemen. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas organisasi (Handoko T.Hani, 2003:34). Kegiatan personal dari kinerja manajerial meliputi delapan dimensi, yaitu (Mahoney et al dalam Handoko, T.Hani, 2003:34): 1. Perencanaan Menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan pemrograman. 2. Investigasi Mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan. 3. Pengkoordinasian Kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain dibagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.

4. Evaluasi Menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, pemeriksaan produk. 5. Pengawasan Mengarahkan, memimpin, dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih, dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan. 6. Pengaturan staff Mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut, mewawancarai, dan memilih pegawai baru, menempatkan, mempromosikan, dan mutasi pegawai. 7. Negosiasi Dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar menawar secara kelompok. 8. Perwakilan Menghindari pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan. Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial bersifat kompleks, dimana

manajer mengandalkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan kemampuan serta usaha beberapa orang lain yang berbeda Mulyadi (1999:164). Pekerjaan seorang manajer harus selalu berdasarkan tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran perusahaan, pekerjaan itu harus tampak nyata yang nantinya akan memberikan sumbangan yang kelihatan jika mungkin dapat ditikar dengan keberhasilan perusahaan (Lastanto, 2010). Mahoney et al (1963) dalam Mardiyah dan Listianingsih (2005) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berbeda di dalam daerah wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi (Mardiyah dan Listianingsih, 2005) 2.5 Kerangka Pemikiran 2.5.1 Pengaruh TQM terhadap Kinerja Manajerial Dalam dunia usaha seperti sekarang ini perusahaan harus mampu menciptakan jasa yang berkualitas baik dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh konsumennya. Ini menuntut perusahaan untuk melakukan usaha lebih keras agar jasa yang dihasilkannya dapat diterima dengan baik dan mempunyai nilai bagi perusahaannya sendiri. Tujuan akhir dari perusahaan adalah meningkatkan

laba. Peningkatan laba pada perusahaan jasa dengan peningkatan kualitas baik dalam hal pelayanan maupun sarana dan prasarana (Simamora, 1999). Pengembangan dan peningkatan kualitas suatu jasa merupakan prioritas dan tantangan yang harus dihadapi dalam persaingan usaha yang kompetitif. Salah satu usah yang dapat diterapkan oleh perusahaan yaitu dengan menerapkan konsep Total Quality Management (TQM). TQM merupakan salah satu usaha untuk memaksimalkan daya saing melalui perbaikan secara terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya (Tjiptono dan Diana, 2001:4). Menurut Nasution (2010:22) TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya. Tujuan dari penerapan TQM menurut Feigenbaum (2001:72) adalah: 1. Meningkatkan efisiensi dan produktifitas perusahaan 2. Memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen 3. Meningkatkan kerjasama dan semangat kerja karyawan Untuk meingkatkan dan menjaga citra perusahaan perhatian penuh terhadap mutu dan memberikan dampak positif terhadap kinerja operasional disetiap bidang perusahaan. Dampaknya terhadap kinerja terjadi melalui peningkatan sumber daya manusia melalui pelayanan yang diberikan memiliki kualitas yang memuaskan sehinga terjadi peningkatan kinerja untuk perusahaan (Sirait, Minggu 2011:8).

Kinerja menurut Simamora (2004:327) yaitu: Kinerja merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan Mahoney et al (1963) dalam Mardiyah dan Listianingsih (2005) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja manajerial adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial Mulyadi dan Setyawan (1999:164). Pekerjaan seorang karyawan harus selalu berdasarkan tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran perusahaan, pekerjaan itu harus tampak nyata yang nantinya akan memberikan sumbangan yang kelihatan jika mungkin dapat ditukar dengan keberhasilan perusahaan (Lastanto, 2010). Dari seluruh penjelasan yang telah dikemukakan diatas memberi suatu pemikiran bahwa TQM dapat mempengaruhi kinerja manjerial. Bila perusahaan sudah menerapkan TQM dengan baik maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kinerja manajerialnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sahat,Minggu pada tahun 2011 menunjukan adanya pengaruh positif antara penerapan TQM terhadap kinerja perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Narsa dan Yuniawati pada tahun 2003 juga menunjukan adanya pengaruh yang positif antara penerapan TQM terhadap kinerja manajerial.

2.5.2 Pengaruh Pengukuran Kinerja terhadap Kinerja Manajerial Mulyadi (2001:415) menjelakan bahwa sistem pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan. Anthony et al (1995:46) berpendapat bahwa pengukuran kinerja adalah mengukur kinerja setiap kegiatan dalam proses (value chain) dari perspektif requirment konsumen, sementara memastikan bahwa kinerja keseluruhan kegiatan memenuhi syarat-syarat dari para pemangku kepentingan organisasi lain. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja merupakan mekanisme perbaikan secara periodik terhadap keefektifan tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan berdasarkan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu agar berhasil dalam menetapkan strategi perusahaan. Tujuan Pokok sistem pengukuran kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan sahih tentang prilaku dan kinerja karyawan. Semakin akurat dan sahih informasi yang dihasilkan sistem pengukuran kinerja semakin besar potensi nilainya bagi perusahaan (Simamora, 1999:423). Pengukuran kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan perannya dalam organisasi. Jadi apabila kinerja yang dilakukan oleh karyawan dalam perusahaan itu baik, maka karyawan tersebut akan mendapatkan timbal balik atas kinerjanya tersebut biasanya berupa penghargaan (reward) (Mulyadi, 2001:416).

Sistem pengukuran kinerja diharapkan akan mempengaruhi hasil kerja dari manajer yang dalam hal ini adalah kinerja manajerial. Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial yang tinggi. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks (Mulyadi dan Setyawan, 1999:214). Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dijelaskan bahwa sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor utama dalam memastikan pelaksanaan yang berhasil dari rencana srategis perusahaan yang mengukur kinerja bisnis dalam hubungan dengan tujuan-tujuan dan sasaran yang dikembangkan dalam proses perencanaan. Jika perusahaan dapat meningkatkan kinerja karyawannya maka kinerja menejerial perusahaan itu sendiri akan semakin meningkat. Penelitian yang dilakukan Kren (1992) menyatakan bahwa infomasi kinerja yang komprehensif dari sistem pengukuran kinerja akan memberikan informasi yang lebih spesifik dan relevan untuk proses pengambilan keputusan, sehingga meningkatkan kinerja manajerial. Berbeda dengan yang dilakukan Lastanto pada tahun (2010) yang menunjukan tidak adanya pengaruh signifikan antara sistem pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial. 2.5.3 Pengaruh Sistem Penghargaan terhadap Kinerja Manajerial Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001:227) sistem penghargaan adalah sebagai berikut:

sistem penghargaan merupakan salah satu alat pengendali penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memotivasi personelnya agar mencapai tujuan perusahaan dengan perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Penghargaan adalah segala bentuk pengembalian baik financial maupun non financial yang diterima karyawan atas kinerja yang dihasilkan untuk perusahaan (Lastanto, 2010). Setiap perusahaan memiliki beberapa tujuan dalam merancang sistem penghargaan, yaitu: memikat karyawan, menahan karyawan yang kompeten dan motivasi dan kompensasi (Simamora 1999:548). Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa penghargaan merupakan alat penting yang digunakan organisasi untuk memotivasi karyawannya untuk meningkatkan kinerjanya demi mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan Hansen dan Mowen (2000:76) menyatakan tujuan kompensasi biasanya meliputi berbagai insentif yang berkaitan dengan kinerja. Sasarannya adalah untuk mencapai kesesuaian tujuan, sehingga karyawan akan menunjukan kerja terbaiknya bagi perusahaan. Penghargaan juga meningkatkan motivasi karyawan terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu karyawan mengalokasikan waktu dan usaha karyawan, yang nantinya akan mendorong karyawan untuk mengubah kecenderungan semangat untuk memenuhi kepentingan sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan organisasi (Mulyadi dan Setyawan, 1999:227). Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem penghargaan (reward) dapat mempengaruhi kinerja karyawan maupun perusahaan. Dimana semakin bagus penghargaan (reward) yang diterima karyawan makan semakin bagus pula kinerja yang diberikan karyawan kepada perusahaan, apabila kinerja dari karyawan

perusahaan sudah bagus maka dengan sendirinya akan mempengaruhi kinerja manajerialnya. Penelitian yang dilakuakan Narsa dan Yuniawati (2003) menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara sistem penghargaan (reward) terhadap kinerja manajerial. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mardiyah dan Listianingsih (2005) menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara sistem penghargaan (reward) dengan kinerja manajerial. Apabila diuraikan dalam bentuk bagan, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran TQM (X1) Pengukuran kinerja (X2) Kinerja Manajerial (Y) Sistem reward (X3)

: Hubungan antara total quality management, sistem pengukuran kinerja, dan sistem reward terhadap kinerja manajerial secara parsial. : Hubungan anatara total quality management, sistem pengukuran kinerja, dan sistem reward terhadap kinerja manajerial secara simultan. 2.6 Hipotesis Penelitian Berdasarka pada kajian pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut: H1: TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. H2: Sistem pengukuran kinerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial H3: Sistem reward berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial