BAB IV PENUTUP. Perselisihan Hubungan Industrial yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI BIAK TENTANG

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

KEJURUSITAAN PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB VI ANALISIS YURIDIS TERHADAP PROSES BERACARA PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SIFAT KHUSUS PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Tugas Pokok dan Fungsi. Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

hal 0 dari 11 halaman

PENETAPAN KETUA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA NEGERI SERANG

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

ABSTRAK Latar belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

ww.hukumonline.com PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN UPAYA HUKUM KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III EKSEKUSI NAFKAH IDDAH DAN MUT AH. A. Prosedur dan Biaya Eksekusi di Pengadilan Agama Pekalongan

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DALAM PERKARA PERDATA PELAYANAN PERKARA PRODEO

EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1. Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2.

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1 Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2

BAB I PENDAHULUAN. (sengketa hubungan industrial) di Indonesia belum terlaksana sebagaimana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 09 SERI A NOMOR 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN NOMOR 09 TAHUN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENYANDERAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ANALISIS PENGGUNAAN UANG PAKSA (DWANGSOM) DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PALU

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PENGADILAN PAJAK UU. NOMOR 14 TAHUN 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 41/PJ/2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

Kecamatan yang bersangkutan.

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian mengenai Eksekusi Putusan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap (Studi kasus Perkara Nomor : 178 K/Pdt.Sus-PHI/2015) maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyebab Perusahaan tidak mentaati Putusan Perkara Nomor : 178 K/Pdt.Sus-PHI/2015 disebabkan karena perusahaan yang telah memberikan kuasa kepada kuasa hukumnya selalu mencari alasan dan mengudur waktu dalam pembayaran hak-hak pekerja sebagaimana putusan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Perkara Nomor : 178 K/Pdt.Sus-PHI/2015 yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Perusahaan beralasan para pekerja dalam mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Klas 1A Padang dulunya telah salah dalam penulisan nama perusahaan, seharusnya nama perusahan tersebut PT. Anom Hasil Bumi Raya Mandiri, sedangkan yang digugat oleh pekerja adalah PT. Anom Hasil Bumi Raya sehingga gugatan menjadi kabur. Terkait kesalahan dalam mengajukan gugatan versi Perusahan ini telah disebutkan juga dalam agenda sidang eksepsi atau jawaban tergugat pada proses persidangan, namun eksepsi perusahaan tersebut tidak dikabulkan oleh majelis hakim, karena hakim menilai antara nama 107

perusahan PT. Anom Hasil Bumi Raya Mandiri dengan apa yang digugat oleh penggugat, pada dasarnya sama, dengan pimpinan dan management yang sama. Sehingga alasan perusahaan tidak mau menjalan putusan pengadilan tidaklah bisa diterima karena pada dasarnya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap seharusnya dapat dilaksanakan supaya pekerja mendapatkan kepastian hukum, karena kepastian hukum memberi perlindungan kepada justiciabelen dari tindakan sewenang-wenang pihak lain. Pengadilan juga harus paham juga dengan teori Badan Hukum, dimana walaupun nama perusahaan telah berubah, tanggungjawab dia dengan nama yang lama tetap ada, dengan dibebankan kepada nama perusahaan yang baru seadainya nama yang lama tidak dipakai lagi. 2. Kendala dalam Eksekusi Putusan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Perkara Nomor : 178 K/Pdt.Sus-PHI/2015 adalah permasalan permohonan eksekusi Perkara Nomor : 178 K/Pdt.Sus-PHI/2015, ketika pihak Pengadilan telah melakukan peringatan/ aan maning terhadap perusahaan, maka akan menunggu kesediaan perusahan untuk membayarkan, tetapi apabila perusahaan tidak mau melaksanakannya, maka akan dilakukan eksekusi secara paksa. Akan tetapi karena dalam perkara ini, tidak ada barang/ harta perusahaan yang disita atau menjadi jaminan untuk dilakukan eksekusi maka Pengadilan meminta kepada pekerja untuk mencari aset-aset perusahaan dan melaporkan kepada pengadilan untuk dilakukan sita dan selanjutnya dilakukan lelang. 108

Pekerja juga terkendala mencari apa saja harta/ aset perusahaan yang akan disita karena pekerja tidak lagi bekerja disana dan pasti tidak akan boleh oleh pihak keamaanan perusahaan (sekuriti) untuk memasuki wilayah perusahaan. Kalaupun meminta bantuan kepada teman-teman pekerja yang masih bekerja di Perusahaan tersebut, mereka tentunya mendapatkan ancaman akan diberhentikan kalau membocorkan data aset perusahaan. 3. Langkah yang harus dilakukan untuk mengefektifkan pelaksanaan putusan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Klas 1A Padang adalah Pengadilan harus tegas, tanpa kompromi kalau sudah masuk pada tahap eksekusi, apabila perusahaan pada waktu yang ditentukan tidak juga membayarkan hak buruh atau menjalankan isi dari putusan maka Pengadilan hendaknya pro aktif untuk melakukan sita jaminan atas aset perusahaan, dan segera mungkin untuk dilakukan lelang, agar pada pekerja yang menang dalam gugatan tidak lama menikmati hasil kerjanya pada perusahaan tersebut. Pengadilan tidak boleh pasif seperti halnya perdata biasa yang diatur dalam hukum acara perdata karena permasalahan ini adalah permasalahan khusus yang harus memakai hukum acara khusus dan cara yang khusus juga. Pemerintah harus pro aktif juga ketika ada Perusahaan yang tidak menjalankan putusan pengadilan agar memberi teguran terhadap perusahaan supaya taat pada aturan atau putusan Pengadilan. Kalau memungkinkan pemerintah membuat surat edaran untuk tidak melayani 109

surat menyurat dari Perusahaan yang tidak taat hukum, tidak menjalankan perintah pengadilan serta perusahaan yang tidak membayar pajak. Serta apabila memungkinkan menggangu dari pasaran perusahaan tersebut. B. SARAN 1. Hendaknya Pengadilan apabila telah ada putusan yang berkekuatan hukum tetap, dan perusahaan tidak menjalankan putusan tersebut, maka Pengadilan dengan upaya paksa memerintahkan Perusahaan/ Tegugat melaksanakan putusan tersebut. Apabila pihak Pengadilan tetap meminta pekerja mencari aset-aset perusahaan untuk dieksekusi, tentu pekerja akan mengalami kesulitan untuk mencarinya, karena pekerja tidak memiliki akses masuk kedalam perusahaan dan juga tidak mengetahui aset tersebut dimiliki oleh siapa. Sehingga disini penulis menyarankan agar pengadilan melakukan penyitaan sendiri seperti menyita dalam perkara pidana, yang mudahnya pengadilan melakukan sita terhadap aset-aset koorporasi. Perlawanan pihak ketiga apalagi perlawanan pihak termohon eksekusi yang sengaja menunda eksekusi, maka semestinya eksekusi tersebut tetap dilaksanakan. 2. Pengadilan hendaknya mengacu kepada hukum acara khusus perselisihan hubungan industrial dalam melakukan eksekusi, kalau pengadilan berpedoman kepada hukum acara perdata biasa tentunya akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksekusi. Sehingga apabila tidak diatur dalam hukum acara khusus atau dalam UU PPHI, maka 110

hendaknya Pengadilan meminta petunjuk kepada Mahkamah Agung dalam pelaksanaan eksekusi tersebut. 3. Pada setiap anggaran Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri mengusulkan adanya biaya prodeo untuk panjar eksekusi, yang nilai gugatanya di atas Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Di samping itu, sekiranya anggaran prodeo tidak/belum ada, diharapkan kepada pimpinan pengadilan dan kepolisian membantu pemohon eksekusi yang tidak mampu melalui diskresi yang dimilikinya, sehingga faktor tiadanya biaya dari pemohon eksekusi tidak menghambat eksekusi. Karena sekarang ini walaupun biaya perkara ditanggung negara namun dalam hal biaya pengamanan dari kepolisian tidak ada, sehingga itu juga menjadi penghambat terlaksananya eksekusi. Kepada pihak kepolisan juga bisa membuat anggaran sendiri apabila Pengadilan Hubungan Industrial meminta pengamanan ketika melakukan eksekusi, seperti halnya pengamanan aksi unjuk rasa yang tidak dibebankan kepada peserta aksi tapi tetap menjadi tanggungjawab negara. 4. Aturan pelaksanaan eksekusi ada yang diatur pada Pasal 195-208 HIR dan Pasal 224 HIR, Pasal 206-240 Rbg dan Pasal 256 Rbg serta Pasal 1033 Rv. Untuk itu diharapkan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat segera membahas dan mengesahkan RUU Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata menjadi Undang-Undang, ataupun perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Kerja yang mana dalamnya juga mengatur mengenai eksekusi 111

secara jelas, waktu pelaksanaan eksekusi sejak putusan, sistematis, dan lengkap, sehingga memudahkan dalam memahami aturan eksekusi serta memberikan kemudahan dan kepastian dalam pelaksanaannya dan memberi kepastian hukum bagi pencari keadilan. Dalam penelitian penulis di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Klas IA Padang, pada tahun 2014 gugatan PHI tentang PHK, 7 (tujuh) diantaranya diselesaikan dengan damai, 1 (satu) masuk sampai tahap permohonan eksekusi tapi perusahan tidak membayarkan penuh sebagaimana putusan pengadilan, sedangkan 6 (enam) lainnya pengadilan belum mampu melaksakan eksekusi. 5. Adanya dorongan dari Pemerintah untuk menegur perusahaan yang tidak menjalankan putusan Pengadilan, sehingga pemerintah bisa mengeluarkan surat edaran yang berkaitan dengan Dinas tidak melayani surat menyurat Perusahaan-perusahaan yang bermasalah apalagi yang tidak taat kepada aturan dan sejalan dengan ini agar pemerintah menggangu pasar dari Perusahaan tersebut. Sehingga walaupun dengan terpaska Perusahaan akan menjalankan Putusan-putusan Pengadilan dan Pekerja mendapatkan hak-haknya setelah bekerja. 112