BAB II DISKRIPSI PROSES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus Molekul : C 3 H 4 O 2

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus Molekul

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri telah menuntut semua negara ke arah industrialisasi. Indonesia

Prarancangan Pabrik n-butiraldehid dengan Proses Hidroformilasi Propilen Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB II DESKRIPSI PROSES. Kemurnian : minimal 99% : maksimal 1% propana (CME Group) Density : 600 kg/m 3. : 23,2 % berat dari udara.

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Bentuk : cair.

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON PER TAHUN

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL DENGAN KATALIS ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

DESKRIPSI PROSES. pereaksian sesuai dengan permintaan pasar sehingga layak dijual.

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

PRARANCANGAN PABRIK ASAM SULFAT DENGAN PROSES KONTAK ABSORPSI GANDA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK NITROGLISERIN DARI ASAM NITRAT DAN GLISERIN KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB III PERANCANGAN PROSES

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTIL FTALAT DARI FTALAT ANHIDRIDA DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PRARANCANGAN PABRIK METIL SALISILAT DARI METANOL DAN ASAM SALISILAT KAPASITAS TON/TAHUN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK ISOPROPIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ISOPROPANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB II PEMILIHAN DAN DESKRIPSI PROSES. Paraldehida merupakan senyawa polimer siklik asetaldehida yang

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM DIFOSFAT HEPTAHIDRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT KAPASITAS TON / TAHUN

BAB II DISKRIPSI PROSES. : Kuning kecoklatan

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLONITRILE DENGAN PROSES DEHIDRASI ETHYLENE CYANOHYDRINE KAPASITAS TON/TAHUN

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

PRARANCANGAN PABRIK ETIL KLORIDA DARI ETANOL DAN HIDROGEN KLORIDA KAPASITAS TON/TAHUN

Katalis Katalis yang digunakan adalah Rhodium (US Patent 8,455,685).

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRARANCANGAN PABRIK ANILINE

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK. - p-xylene : max 0,50 % wt. - m-xylene : max 0,30 % wt. - o-xylene : max 0,20 % wt

Prarancangan Pabrik Diamil Phthalat dari Amil Alkohol dan Phtalic Anhidrid dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

PRARANCANGAN PABRIK ETIL AKRILAT DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK METIL AKRILAT DARI METANOL DAN ASAM AKRILAT DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK BUTENA-1 DENGAN PROSES DEHIDROGENASI N-BUTANA KAPASITAS TON/TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK METIL TERSIER BUTIL ETER DARI METANOL DAN ISOBUTILENA KAPASITAS TON / TAHUN

KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Pada pembuatan Butil Etanoat dengan proses esterifxkasi fase cair-cair

II. DESKRIPSI PROSES. MEK mulai dikembangkan pada tahun 1980-an sebagai pelarut cat. Dalam pembuatan

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN BUTANOL PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB II. DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK METIL LAKTAT DARI ASAM LAKTAT DAN METANOL KAPASITAS TON / TAHUN

industri farmasi dan makanan terutama untuk ekstrasi dan pemurnian pada

NASKAH PUBLIKASI PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN

LAMPIRAN A HASIL PERHITUNGAN NERACA MASSA

dapat mendorong berdirinya pabrik kimia lainnya, sehingga dapat mengurangi

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK ASAM FORMIAT DARI METIL FORMAT DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN

Transkripsi:

19 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pembantu, dan Produk 2.1.1 Spesifikasi bahan baku a. N-Butanol (PT. Petro Oxo Nusantara) Rumus molekul : C4H9OH Fase : Cair Berat Molekul : 74,122 g/gmol Spesific Gravity : 0,810 (pada T = 20 0 C, Tair = 4 0 C) Titik didih : 117 0 C Titik lebur : -79,9 0 C Warna : Tidak berwarna Kelarutan - air : 9 ml dalam 100 ml ( pada T = 45 0 C) Kemurnian : 99,5 % berat Air : 0,5 % berat b. Asam Oleat (Jinan ZZ International Trade Co.Ltd) Rumus molekul : C17H33COOH Fase : Cair Berat Molekul : 282,46 g/gmol Spesific Gravity : 0,854 (pada T = 78 0 C, Tair = 4 0 C) Titik didih : 285 0 C Titik lebur : 14 0 C Warna : Tidak berwarna atau kuning pucat Kelarutan - air : Tidak larut Kemurnian : 99 % berat (asam oleat) 1 % berat (asam palmitat) 19

20 2.1.2 Spesifikasi katalis Asam sulfat (PT. Indonesian Acid Industry) Rumus molekul : H2SO4 Fase : Cair (25 0 C, 1,013) Berat Molekul : 98 g/gmol Spesific Gravity : 1,839 Titik didih : 340 0 C Warna : Tidak berwarna Kelarutan : 9,5% etil alkohol Kemurnian : 98 % berat (asam sulfat) 2 % berat (air) 2.1.3 Spesifikasi produk N-Butil Oleat (Zengzhou Yi Bang Industry CO., Ltd.) Rumus molekul : C17H33COOC4H9 Fase : Cair Berat Molekul : 338,57 g/gmol Spesific Gravity : 0,8704 (pada T = 15 0 C) Titik didih : 228 0 C Titik lebur : -26,4 0 C Warna : light-colored Larut dalam alkohol, eter, vegetable and mineral oil Tidak larut dalam air Kemurnian : 99 % berat 2.1.4 Spesifikasi impuritas Asam Palmitat (Perry, 2008) Rumus molekul : C15H31COOH Fase : Cair Berat Molekul : 256,42 g/gmol

21 Spesific Gravity : 0,849 (pada T = 70 0 C, Tair = 4 0 C) Titik didih : 271,5 0 C Titik lebur : 63 0 C Warna : Tidak berwarna Kelarutan air : Tidak larut eter : Larut 2.2 Konsep Proses 2.2.1 Dasar Reaksi Proses pembuatan butil oleat dari asam oleat dan n-butanol berdasarkan reaksi esterifikasi : C17H33COOH + C4H9OH H2SO4 C17H33COOC4H9 + H2O Pembentukan butil oleat dengan esterifikasi asam oleat dan n-butanol dilangsungkan secara kontinyu di dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB). Reaksi berlangsung pada suhu 100 C dan tekanan 1,013 bar. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak-balik (reversible). Untuk memperoleh konversi yang tinggi, maka reaksi harus digeser ke arah pembentukan produk (ester), yaitu dengan cara membuat berlebihan salah satu reaktan. Untuk itu digunakan perbandingan mol asam oleat dengan n-butanol sebesar 1:5. (100-150 C) Asam Oleat Butanol Butil Oleat Air Untuk mempercepat reaksi esterifikasi digunakan katalis asam sulfat. Kebutuhan asam sulfat sebagai katalis adalah sebanyak 0,9365 % berat dari jumlah umpan (Othmer and Rao, 1950).

22 Untuk mengetahui nilai konstanta kesetimbangan (K) optimum dilakukan penelitian pada suhu 100-150 o C. Selanjutnya nilai konstanta kesetimbangan (K) yang dipakai berdasarkan hasil penelitian yaitu sebesar 1,0260 pada (Othmer and Rao, 1950) 2.2.2 Mekanisme Reaksi Mekanisme reaksi yang terjadi pada proses eterifikasi terhadap Asam Oleat dan n-butanol adalah esterifikasi katalis yaitu esterifikasi dengan menggunakan katalis asam kuat untuk menghasilkan ion H + pada fase cair. Pada reaksi esterifikasi terjadi pemutusan ikatan karbonil oksigen dari asam karboksilat, dalam reaksi ini asam oleat. Proses pemutusan ikatan tersebut dapat diketahui dari struktur elektron reaktan dan produk. Karena oksigen lebih elektronegatif dari karbon, maka karbon karbonil lebih positif daripada oksigen karbonil, sehingga dapat dituliskan sebagai berikut: Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagi berikut: 1. Katalis asam, gugus karbonil pada asam diprotonasi. Protonasi akan mengikat muatan positif pada atom karbon karbonil dan menjadikannya sasaran terbaik bagi serangan nukleofil. 2. Audisi nukleofil yaitu alkohol pada asam yang telah terprotonasi, sehingga ikatan C-O yang baru terbentuk. 3. Tahap kesetimbangan, oksigen-oksigen melepaskan atau mendapatkan proton. 4. Salah satu gugus hidroksil diprotonasi (kedua gugus hidroksil identik). 5. Pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air (kebalikan tahap 2). 6. Ester yang berproton melepaskan protonnya (reaksi tahap 1).

23 2.2.3 Kondisi Operasi Kondisi operasi pada perancangan pabrik butil oleat ini adalah sebagai berikut : Temperatur reaksi : 100 C Tekanan : 1,013 bar Perbandingan mol asam oleat dengan n-butanol : 1 : 5 Pemilihan operasi tersebut berdasarkan nilai K yang optimum yaitu 1,0260 (Othmer and Rao, 1950). 2.2.4 Tinjauan Termodinamika Tinjauan secara termodinamika ditujukan untuk mengetahui sifat reaksi (endotermis/eksotermis) dan arah reaksi (reversible/irreversible). Penentuan panas reaksi berjalan secara eksotermis atau endotermis dapat diketahui dengan perhitungan panas pembentukan standar (ΔHf ) pada P= 1,013 dan T= 298 K. Pada proses pembentukan butil oleat terjadi reaksi sebagai berikut : Reaksi : Asam oleat + n-butanol n-butil oleat + H2O Harga ΔHf masing-masing komponen pada suhu 298 K dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Harga ΔHf Masing-masing Komponen Komponen Harga ΔHf ( kj/mol) Asam oleat -671,780 n-butanol -274,430 Butil oleat -819,270 H2O -241,800 (Yaws, 1999) Asam oleat + n-butanol n-butil oleat + H2O

24 ΔHf 298 K= ΔHf produk - ΔHf reaktan = (ΔHf Butil oleat + ΔHf H2O) - (ΔHf Asam oleat + ΔHf n-butanol) = -1.061,07 (-946,21) = -114,86 kj/mol Karena harga ΔHf 0 298 K negatif maka, reaksi bersifat eksotermis. Nilai konstanta keseimbangan (K) pada suhu reaksi 100 C adalah 1,026 dengan perbandingan mol n-butanol dengan asam oleat untuk reaksi adalah 5,0759 dan persentase katalis asam sulfat 0,9047%. Nilai konstanta kesetimbangan (K) dapat diturunkan untuk mencari konversi kesetimbangannya (Xe). Penurunannya adalah sebagai berikut : K = konsentrasi butil oleat konsentrasi air konsentrasi asam oleat konsentrasi butanol Reaktan pembatasnya adalah asam oleat (A) K = Cc Cd Ca Cb = (Ca0. X)(Ca0. X) Ca0 (1 X). (Cb0 Ca0. X) Nilai B/A = 5,0759, maka persamaannya menjadi, K = Cc Cd = x 2 Ca Cb (1 X)(5,0759 X) = 1,026 1,026 (5,0759 6,0759x + x 2 ) = x 2 5,208 6,234x + 1,026x 2 = x 2 0,026x 2 6,234x + 5,208 = 0 Sehingga, nilai konversi kesetimbangannya adalah 0,84.

25 2.2.5 Tinjauan Kinetika Secara umum derajat kelangsungan reaksi ditentukan oleh kecepatan reaksi dan konsentrasi reaktan. Harga konstanta kecepatan reaksi diperoleh dari jurnal Othmer and Rao tahun 1950, dengan konsentrasi reaksi pembentukan n-butil oleat adalah reaksi reversibel. Dijelaskan pada jurnal ada tiga faktor yang menentukan laju reaksi. Pertama pengaruh jumlah konsentrasi katalis terhadap laju reaksi, dimana katalis yang digunakan adalah H2SO4, ditampilkan pada gambar berikut. Gambar 2.1. Grafik Laju Reaksi vs % Berat Katalis Dengan fungsi liniernya sebagai berikut : k = a + bc dimana : k = konstanta laju reaksi a, b = konstanta C = konsentrasi katalis (% berat)

26 Faktor kedua yang mempengaruhi adalah rasio laju reaksi konstan dengan konsentrasi katalis dan rasio molar dari n-butanol dengan asam oleat. Grafik antara keduanya ditampilkan pada gambar 2.2. dibawah. Gambar 2.2. Grafik Rasio Laju Reaksi dengan Konsentrasi Katalis vs Rasio Molar Asam Oleat dengan n-butanol Dengan fungsi linier sebagai berikut : k = (a + b + B/A)m dimana : k = konstanta laju reaksi a, b, m = konstanta A = asam oleat (molar) B = n-butanol (molar) Faktor ketiga yang mempengaruhi laju reaksi adalah suhu operasi. Berikut ditampilkan grafik antara persamaan antara laju reaksi dengan suhu pada gambar 2.3. berikut.

27 Gambar 2.3. Grafik log 10 4 k vs 1/T Absolut Dengan fungsi linier sebagai berikut : log k = g + h/t dimana : k = konstanta laju reaksi g, h = konstanta T = suhu (K) Setelah ketiga persamaan diatas disubstitusi dan dimasukkan nilai konstantanya diperoleh persamaan untuk menghitung laju reaksi adalah sebagai berikut : k = (0,0007 0,048C + 0,05435C B 1583,57 ) (7,522 ) A T dimana: k = prediksi konstanta laju reaksi

28 C B A T = konsentrasi asam sulfat (% berat) = butanol (molar) = asam oleat (molar) = suhu (K) Reaksi pembentukan n-butil oleat orde 2 terjadi pada perbandingan molar butanol terhadap molar oleat B/A = 5,1424,, konsentrasi katalis H2SO4 0,9365% dan pada saat suhu 100 C. Turunan persamaan empiris akan memprediksi laju reaksi dengan akurasi ± 4% untuk rasio molar butanol/asam oleat tidak lebih dari 10, untuk konsentrasi katalis asam sulfat 0,5%-1,2% dan suhu reaksi 100 C. 2.3. Langkah Proses 2.3.1 Diagram Alir Proses a. Diagram alir proses (gambar 2.4) b. Diagram alir kualitatif (gambar 2.5) c. Diagram alir kuantitatif (gambar 2.6)

30 Keterangan : A : Air B : n-butanol C : n-butil Oleat D : Asam Palmitat E : Asam Oleat F : Asam Sulfat Nomor Arus 11 1,21 114 B C Tekanan T - 02 Temperatur 1 1,58 35 A B R - 01 A B C D E F 5 1,18 119 B C D E 9 1,19 118 B C D MD - 02 T - 03 2 1,87 35 D E 4 1,22 100 DC - 01 MD - 01 12 1,26 35 C D TP T - 01 3 1,14 35 A F 7 1,18 45 A B F 45 1,18 6 A B F 292 1,23 10 D E 45 1,18 8 A B F Gambar 2.5 Diagram Alir Kualitatif

31 Keterangan : A : Air B : n-butanol C : n-butil Oleat D : Asam Palmitat E : Asam Oleat F : Asam Sulfat Satuan (kg/jam) T - 02 T - 03 A : 2,80 B : 557,06 Jumlah : 559,86 1 D : 21,14 E : 2.092,43 Jumlah : 2.113,56 2 R - 01 A : 151,93 B : 2.899,99 C : 2.509,28 D : 26,42 E : 523,11 F : 53,88 Jumlah : 6.164,60 4 B : 2.891,16 C : 2.509,28 D : 26,42 E : 523,11 Jumlah : 5.949,97 DC - 01 9 B : 2.891,16 C : 2.509,28 D : 21,14 Jumlah : 5.421,58 5 MD - 01 MD - 02 11 B : 2.891,16 C : 1,34 Jumlah : 2.892,49 T - 01 A : 0,99 F : 48,71 Jumlah : 49,70 3 7 A : 14,57 B : 0,85 F : 5,17 Jumlah : 20,59 6 A : 151,93 B : 8,83 F : 53,88 Jumlah : 214,63 10 D : 5,28 E : 523,11 Jumlah : 528,39 12 C : 2.507,95 D : 21,14 Jumlah : 2.529,08 TP IPAL 8 A : 137,36 B : 7,98 F : 48,71 Jumlah : 194,04 Gambar 2.6 Diagram Alir Kuantitatif

32 2.3.2 Tahapan Proses Proses pembuatan n-butil oleat secara garis besar dapat dibagi dalam empat tahap, yaitu : 1. Tahap Penyimpanan Bahan Baku Bahan baku pembuatan n-butil oleat yaitu n-butanol yang disimpan pada kondisi suhu 35 o C dan tekanan 1,013 bar serta asam oleat disimpan pada suhu 35 o C dan tekanan 1,013 bar untuk menjaga agar bahan baku tersimpan pada fase cair. 2. Tahap Penyiapan Bahan Baku Asam oleat dengan impuritas asam palmitat dari T-03 dialirkan langsung menuju reaktor. Begitu pula dengan n-butanol dengan impuritas air dari T-02 dialirkan langsung menuju reaktor. Kemudian arus recycle hasil bawah MD-01 yang mengandung asam palmitat, asam oleat, dan asam sulfat serta hasil atas MD-02 yang mengandung n-butanol dan n-butil oleat dialirkan masuk ke dalam reaktor menggunakan pompa. Sehingga di dalam reaktor didapatkan perbandingan mol asam oleat dan n-butanol sebesar 1 : 5. Di dalam reaktor terjadi esterifikasi yang bersifat eksotermis. 3. Tahap Esterifikasi dalam Reaktor Reaksi dalam reaktor berjalan pada suhu 100 o C dan reaksi berjalan secara isothermal. Reaktan yang sudah siap selanjutnya dialirkan menuju reaktor (R-01) sehingga terjadilah reaksi esterifikasi. Reaksi pembentukan n-butil oleat yang terjadi di dalam reaktor adalah sebagai berikut : C17H33COOH + C4H9OH [H2SO4] C17H33COOC4H9 + H2O

33 Reaksi terjadi di dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) dengan bantuan katalis H2SO4. Reaktor dirancang untuk beroperasi pada suhu 100 o C dan tekanan 1,013 bar. Besarnya konversi asam oleat mencapai 80%. Karena reaksi berjalan secara eksotermis maka untuk menjaga suhu operasi diperlukan air sebagai pendingin. Reaksi di dalam reaktor dibantu dengan katalis H2SO4. 4. Tahap Pemurnian Produk Hasil keluaran reaktor yang terdiri atas air, n-butanol, n-butil oleat, asam palmitat, asam oleat, dan asam sulfat bersuhu 100 o C yang kemudian dialirkan masuk ke MD-01 untuk menghilangkan katalis yang terkandung dengan produk. Hasil atas MD-01 bersuhu 113,879 o C berupa air, n-butanol, n-butil oleat, sebagian asam palmitat dan asam oleat yang langsung dialirkan menuju dekanter (DC-01), sedangkan hasil bawah MD-01 bersuhu 315 o C berupa asam palmitat, asam oleat, dan asam sulfat di recycle kembali ke dalam reaktor. Hasil atas MD-01 dialirkan menuju dekanter yang sebelumnya didinginkan hingga suhu operasi dekanter yaitu 45 o C. Fungsi dekanter ini untuk menghilangkan kandungan air yang menjadi impuritas bagi produk. Hasil dari dekanter pada suhu 45 o C berupa n-butanol, n-butil oleat, asam palmitat dan asam oleat dialirkan melewati penukar panas hingga suhunya mencapai 119 o C sebagai umpan masuk MD-02. MD-02 berfungsi untuk memurnikan produk n-butil oleat dari bahan baku berlebih. Hasil atas MD-02 bersuhu 111,26 o C berupa n-butanol dan n-butil oleat langsung di recycle menuju reaktor, sedangkan hasil bawah MD-02 bersuhu 235,99 o C berupa n-butanol, n-butil oleat, asam palmitat dan asam oleat sebagai produk utama

34 sebelumnya didinginkan terlebih dahulu hingga suhu 35 o C. Hasil bawah MD-02 didapatkan produk n-butil oleat dengan kemurnian sebesar 99,17% yang ditampung dalam tangki produk (T-04) pada suhu 35 o C.

35 2.4. Neraca Massa dan Neraca Panas Produk : n-butil Oleat Kapasitas perancangan : 20.000 ton/tahun Waktu operasi selama 1 tahun : 330 hari Waktu operasi selama 1 hari : 24 jam 2.4.1. Neraca Massa Basis perhitungan : 1 jam operasi Satuan : kg/jam Neraca Massa Reaktor - 01 Jenis : Reaktor Alit Tangki Berpengaduk Temperatur : 100 o C Tekanan : 1,23 bar Konversi Reaktor : 80 % Tabel 2.2 Neraca Massa Reaktor - 01 Input Output Komponen Arus 1 Arus 2 Arus 3 Arus 7 Arus 10 Arus 11 Arus 4 kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam Air 2,80-0,99 14,57 - - 151,93 n-butanol 557,06 - - 0,85-2.891,16 2.899,99 n-bo - - - - - 1,34 2.509,28 AP - 21,14 - - 5,28-26,42 AO - 2.092,43 - - 523,11-523,11 AS - 0,000 48,71 5,17 - - 53,88 Jumlah 559,86 2.113,56 49,70 20,59 528,39 2.892,49 6.164,60 6.164,60 6.164,60 Neraca Massa Dekanter - 01 Asumsi : 1. Air yang berada di lapisan bawah 100 % 2. Asam Sulfat terlarut sempurna pada air 3. N-butanol yang berada di lapisan bawah memiliki kelarutan

36 sebesar 9 gr/100 gr H2O Asumsi : 1. Penentuan recycle (arus 7) dan purging (arus 8) menggunakan asumsi perbandingan 1 : 9 dari arus 6 Tabel 2.3 Neraca Massa Dekanter 01 Input Output Komponen Arus 4 Arus 5 Arus 6 Arus 7 Arus 8 kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam kg/jam Air 151,93-151,93 14,58 137,36 n-butanol 2.899,99 2.891,16 8,83 0,85 7,98 n-bo 2.509,28 2.509,28 - - - AP 26,42 26,42 - - - AO 523,11 523,11 - - - AS 53,88-53,88 5,17 48,71 Jumlah 6.164,60 6.164,60 Neraca Massa Menara Distilasi - 01 Asumsi : 1. LK = Asam palmitat 2. HK = Asam oleat 3. 79% Asam palmitat di umpan akan menjadi hasil atas 4. 99,99% Asam oleat di umpan akan menjadi hasil bawah Tabel 2.4 Neraca Massa Menara Distilasi - 01 Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 5 Arus 9 Arus 10 Air - - - n-butanol 2.891,16 2.891,16 - n-bo 2.509,28 2.509,28 - AP 26,42 21,14 5,28 AO 523,11-523,11 AS - - - Jumlah 5.949,97 5.949,97

37 Neraca Massa Menara Distilasi - 02 Asumsi : 1. LK = n-butanol 2. HK = n-butil oleat 3. 99,99 % n-butanol di umpan akan menjadi hasil atas 4. 99,94 % Butil oleat di umpan akan menjadi hasil bawah Tabel 2.5 Neraca Massa Menara Distilasi - 02 Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 9 Arus 11 Arus 12 Air - - - n-butanol 2.891,16 2.891,16 0,003 n-bo 2.509,28 1,34 2.507,95 AP 21,14-21,14 AO - - - AS - - - Jumlah 5.421,58 5.421,58 Neraca Massa Total Tabel 2.6. Neraca Massa Total Input (kg/jam) Output (kg/jam) Komponen Arus 1 Arus 2 Arus 3 Arus 8 Arus 12 Air 2,80-0,99 137,36 - n-butanol 557,06 - - 7,98 0,003 n-bo - - - - 2507,95 AP - 21,14 - - 21,14 AO - 2.092,43 - - - AS - - 48,71 48,71 - Jumlah 559,86 2.113,56 49,70 194,04 2.529,08 2.723,13 2.723,13

38 2.4.2 Neraca Panas Satuan T,reff Basis : kj/jam : 25 o C = 298,15 K : 1 jam operasi Reaktor - 01 Tabel 2.7. Neraca Panas Reaktor - 01 Komponen Q in (kj/jam) Q out (kj/jam) Arus fresh feed Arus 7 Arus 10 Arus 11 Arus 4 Air 111,99 12.220,50 - - 47.638,06 n-butanol 8531,72 57,31-564.031,49 489.350,04 n-butil Oleat - - - 267,04 433.735,24 Asam Palmitat 375,90-4.166,82-5.218,92 Asam Oleat 35.654,61-388. 796,04-98.219,66 Asam Sulfat 488,75 149,16 - - 5.975,81 Q Reaksi 850.516,46 - Q Pendingin - 774.230,04 Total 1.854.367,78 1.854.367,78 Dekanter - 01 Tabel 2.8 Neraca Panas Dekanter - 01 Komponen Q in (kj/jam) Q out (kj/jam) Arus 4 Arus 5 Arus 6 Air 12.723,28-12.723,28 n-butanol 126.693,45 126.095,98 597,47 n-butil Oleat 112.683,70 112.683,70 - Asam Palmitat 1.352,59 1.352,59 - Asam Oleat 25.611,84 25.611,84 - Asam Sulfat 1.554,95-1.554,95 Jumlah 280.619,80 280.619,80

39 Menara Distilasi - 01 Tabel 2.9 Neraca Panas Menara Distilasi - 01 Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) Q masuk arus 5 1.307.098,32 - Q keluar arus 9-1.155.956,36 Q keluar arus 10-404,844,28 Q kondenser - 3.150.753,70 Q reboiler 3.404.455,99 - Jumlah 4.711.554,32 4.711.554,32 Menara Distilasi - 02 Tabel 2.10 Neraca Panas Menara Distilasi - 02 Komponen Input Output Q masuk arus 9 1.166.435,01 - Q keluar arus 11-564.298,53 Q keluar arus 12-1.309.789,34 Q kondenser - 293.974,69 Q reboiler 1.001.627,55 - Jumlah 2.168.062,56 2.168.062,56 Heat Exchanger 01 Tabel 2.11 Neraca Panas Heat Exchanger - 01 Komponen Q in Q out Q masuk arus 4 1.080.137,74 - Q keluar arus 4-280.619,78 Q pendingin - 799.517.94 Jumlah 1.080.137,74 1.080.137,74

40 Heat Exchanger 02 Tabel 2.12 Neraca panas Heat Exchanger - 02 Komponen Q in Q out Q masuk arus 9 265.744,10 - Q keluar arus 9-1.307.098,32 Q pemanas 1.041.354,22 Jumlah 1.307.098,32 1.307.098,32 Heat Exchanger 03 Tabel 2.13 Neraca panas Heat Exchanger - 03 Komponen Q in Q out Q masuk arus 12 1.309.789,34 - Q keluar arus 12-56.562,08 Q pendingin - 1.253.227,27 Jumlah 1.309.789,34 1.309.789,34 Neraca Panas Total Tabel 2.14 Neraca panas Total Input (kj/jam) Output (kj/jam) Arus Fresh Feed 45.162,96 Q reaksi 850.516,46 Q jaket 774.230,04 Qcd MD 1 3.150.753,70 Qrb MD 1 3.404.455,99 HE 01 (Pendingin) 799.517,94 Arus 8 13.448,73 HE 02 (Pemanas) 1.041.354,22 Qcd MD 2 293.974,69 Qrb MD 2 1.001.627,55 HE 03 (Pendingin) 1.253.227,27 Arus 12 56.562,08 Jumlah 6.343.117,18 6.343.117,18

41 2.5 Lay Out Pabrik dan Peralatan Proses 2.5.1 Lay Out Pabrik Menurut (Vilbrant, 1959), lay out atau tata letak pabrik merupakan suatu pengaturan yang optimal dari seperangkat fasilitas-fasilitas dalam pabrik. Tata letak yang tepat sangat penting untuk mendapatkan efisiensi, keselamatan, dan kelancaran kerja dari para karyawan serta keselamatan proses. Pada prarancangan pabrik n-butil oleat ini, tata letak dari pabrik dapat dilihat pada gambar 2.4. Untuk mencapai kondisi yang optimal, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tata letak pabrik ini adalah : 1. Pabrik n-butil oleat merupakan pabrik baru (bukan pengembangan) sehingga penentuan lay out tidak dibatasi oleh bangunan yang ada. 2. Kemungkinan perluasan pabrik sebagai pengembangan pabrik di masa mendatang. 3. Fakor keamanan sangat diperlukan untuk bahaya kebakaran dan ledakan, maka perencanaan lay out selalu diusahakan jauh dari sumber api, bahan panas, bahan yang mudah meledak dan jauh dari asap atau gas beracun. 4. Sistem konstruksi yang direncanakan adalah outdoor untuk menekan biaya bangunan dan gedung, dan juga iklim Indonesia memungkinkan konstruksi secara outdoor. 5. Lahan terbatas sehingga diperlukan efisiensi dalam pemakaian pengaturan ruangan/lahan.

42 Secara garis besar lay out dibagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu : 1. Daerah administrasi/perkantoran, laboratorium dan ruang kontrol. Merupakan pusat kegiatan administrasi pabrik yang mengatur kelancaran operasi. Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian proses, kualitas dan kuantitas bahan yang akan diproses serta produk yang dijual. 2. Daerah proses Merupakan daerah di mana alat proses diletakkan dan proses berlangsung. 3. Daerah penyimpanan bahan baku dan produk Merupakan daerah untuk tempat bahan baku dan produk. 4. Daerah gudang, bengkel dan garasi. Merupakan daerah yang digunakan untuk menampung bahan-bahan yang diperlukan oleh pabrik dan untuk keperluan perawatan peralatan proses. 5. Daerah utilitas Merupakan daerah dimana kegiatan penyediaan bahan pendukung proses berlangsung dipusatkan.

43 126 mm 18 15 16 17 13 14 15 135 mm 12 11 10 6 8 9 4 5 7 1 3 2 1 19 Keterangan : 1. Pos Keamanan 8. Kantor dan Aula 15. Area produksi 2. Kantin 9. Klinik 16. IPAL 3. Musholla 10. Laboratorioum 17. Coal Storage 4. Garasi 11. Safety 18. Area perluasan 5. Area bongkat muat 12. Bengkel 19. Pintu keluar 6. Gudang 13. Utilitas 7 Parkir 14. Ruang kontrol SKALA 1 : 1000 Gambar 2.7 Lay Out Pabrik N-Butil Oleat

44 2.5.2 Lay Out Peralatan Proses Menurut (Vilbrant, 1959), lay out peralatan proses adalah tempat di mana alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Tata letak peralatan proses pada prarancangan pabrik ini dapat dilihat pada Gambar 2.5. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lay out peralatan proses pabrik n-butil oleat ini, antara lain : 1. Aliran Bahan Baku dan Produk Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan keuntungan ekonomi yang besar serta menunjang kelancaran dan keamanan proses produksi. 2. Aliran Udara Kelancaran aliran udara di dalam dan di sekitar peralatan proses. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya stagnasi udara pada suatu tempat sehingga mengakibatkan akumulasi bahan kimia yang dapat mengancam keselamatan pekerja. 3. Cahaya Penerangan sebuah pabrik harus memadai dan pada tempat-tempat proses yang berbahaya atau beresiko tinggi perlu adanya penerangan tambahan. 4. Lalu Lintas Manusia Dalam perancangan lay out peralatan perlu diperhatikan agar pekerja dapat mencapai seluruh alat proses dengan cepat dan mudah. Hal ini bertujuan apabila terjadi gangguan pada alat proses dapat segera diperbaiki. Keamanan pekerja selama menjalankan tugasnya juga diprioritaskan.

45 5. Pertimbangan Ekonomi Dalam menempatkan alat-alat proses diusahakan dapat menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran dan keamanan produksi pabrik. 6. Jarak antar Alat Proses Alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi sebaiknya dipisahkan dengan alat proses lainnya, sehingga apabila terjadi ledakan atau kebakaran maka kerusakan dapat diminimalkan. Tata letak alat-alat proses harus dirancang sedemikian rupa sehingga : 1. Kelancaran proses produksi dapat terjamin. 2. Dapat mengefektifkan luas lahan yang tersedia. 3. Karyawan mendapat kepuasan kerja agar dapat meningkatkan produktivitas kerja disamping keamanan yang terjadi.

46 T-04A T-04B T-04C 30 mm CD-01 HE - 03 30 mm HE - 01 DC -01 HE - 02 MD- 02 RB-02 30 mm CD-01 R-01 MD- 01 RB-01 T-02 T-03B T-03A T-01 Skala 1:200 Keterangan Layout: T-01 : Tangki As Sulfat T-02 : Tangki N-Butanol T-03 : Tangki As Sulfat R-01 : Reaktor MD-01 : Menara Distilasi -01 MD-02 : Menara Distilasi -02 DC-01 : Dekanter CD-01 : Kond. Parsial -01 CD-02 : Kond. Parsial -02 RB-01 : Reboiler -01 RB-02 : Reboiler -02 HE-01 : HE double pipe HE-02 : HE double pipe HE-03 : HE double pipe Gambar 2.8 Lay Out Peralatan Proses