A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB VII INDUSTRI, PERDAGANGAN, KEUANGAN, KOPERASI DAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah asset maksimal 0 sampai Rp 50 juta dan omzet total 0 sampai 300 juta.

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

BAB I PENDAHULUAN. saing nasional. Selama dua dasawarsa sebelum krisis ekonomi, peran sektor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. tahan yang kuat dalam kondisi krisis. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

Transkripsi:

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar di Asia Tenggara.Indonesia sebagai sebuah negara dengan pertumbuhan penduduk yang besar dan kaya dengan sumber daya. Namun Indonesia perlu meningkatkan pembangunan masyarakat secara bertahap dan berkesinambungan, yaitu dengan cara meningkatkan konsumsi masyarakat. Peningkatan kosumsi bergantung pada peningkatakn pendapatan, dan peningkatkan peningkatkan pendapatkan sangat bergantung pada produksinya. Maka dari itu sudah semestinya masyarakat turut serta dalam pembangunan ekonomi, dengan cara meningkatkan produksi. Namun hal tersebut belum tentu berhasil. Karena tidak semua lapisan masyarakat memiliki potensi dan kemampuan yang sama, sehingga kemakmuran dan tingkat pendapatan pun berbeda. Disinilah yang kemudian dapat menimbulkan kesenjangan antara lapisan masyarakat. Adanya jurang pemisah antara masyarakat ekonomi atas dan ekonomi menengah ke bawah inilah yang semestinya diatasi, dan dicari jalan keluarnya. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya pembangunan ekonomi yang terfokus pada masyarakat ekonomi menengah kebawah, salah satunya dengan memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) Di Indonesia mempunyai nilai yang sangat strategis. Saat ini UMKM hadir sebagai salah satu jalan keluar bagi Indonesia untuk bangkit dari masa- masa krisis ekonomi. Selain itu, UMKM tumbuh dengan berlandaskan ekonomi domestik, sementara itu pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia pun sebagian besar didorong oleh ekonomi domestik. Hal ini terjadi karena mayoritas pelaku usaha Indonesia di dominasi oleh Usaha UMKM. Disinilah dapat dilihat betapa kuatnya pengaruh UMKM di Indonesia.Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat jumlah pelaku usaha sampai tahun 2013 adalah sebesar 57.900.787 unit usaha (mikro, kecil, menengah, dan besar). Dari jumlah tersebut, persentase jumlah pelaku usaha kelas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu sebesar 57.895.721 unit atau 99,99% dari jumlah pengusaha sebesar 57.900.787 unit, UMKM jelas memegang peranan vital dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kementerian Koperasi dan UMKM telah menetapkan dalam Peraturan Presiden Tahun 2010 tentang kedudukan Kementerian Negara serta susunan

organisasi, tugas dan fungsi Eselon I Kementerian Negara pasal 552,553 dan 554 yaitu: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempuyai tugas meyelenggarakan urusan di bidang koperasi dan usaha kecil menengah dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam meyelenggarakan pemerintahan negara. Menurut data BPS tahun 2010, jumlah populasi UMKM mencapai 53,82 juta unit atau 99,99% dari total unit usaha. Jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 99,4 juta orang atau 97,22% dari total angkatan kerja yang bekerja dengan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp3.466,39 triliun atau 57,12% terhadap total PDB. Kontribusi UMKM dalam ekspor mencapai Rp175,89 triliun atau 15,81% dari total ekspor nonmigas nasional sebesar Rp1.112,71 triliun. Salah satu upaya dalam meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat Indonesia adalah dengan cara menggembangkan Koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dan tidak dapat di pungkiri bahwa koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) Mampu berperan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan penggerak roda ekonomi. Koperasi dan UMKM khususnya, UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam membangun perekonomian Indonesia. Dalam Berry dkk. (2001) mengatakan kelompok usaha ini dilihat sangat penting di insdrustri-indrustri yang tidak stabil atau ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubsahan kondisi pasar yang cepat, seperti krisis ekonomi 1997/98 yang dialami oleh beberapa negara di Asia Tengara termasuk Indonesia. Ningsih (dalam Citra, 2013) mengatakan bahwa fungsi utama UMKM dalam menggerakkan pekonomian Indonesia. Pertama, sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal. Kedua, ikut berkontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Ketiga, sebagai penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh sektor ini. Banyaknya UMKM yang ada di Kota Surakarta merupakan sebuah potensi yang besar yang perlu dikembangkan karena melalui sektor ini mampu menyediakan jumlah lapangan kerja yang cukup sehingga mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Kota Surakarta. Disamping itu, melalui sektor ini mampu menyumbangkan pendapatan bagi kabupaten, provinsi, dan nasional serta menyumbang devisa melalui ekspor produk-produk yang dihasilkan. Namun, secara umum sektor ini masih dihadapkan pada masalah mendasar yang secara garis besar mencakup, yaitu pertama,

masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkan, kedua, masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, serta ketiga, keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan seperti pada lembaga-lembaga keuangan formal, khususnya perbankan (Wijono, 2014). Menurut Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta, selama ini banyak UMKM di Surakarta sulit mengembangkan usahanya bahkan untuk sekedar mempertahankan eksistensi produknya agar tetap diminati oleh konsumen dan tetap bersaing dengan produk asing. Walaupun secara umum UMKM di Surakarta memiliki kedudukan yang sangat potensial dalam perekonomian nasional, kenyataannya masih banyak masalah yang muncul dalam mengembangkan UMKM di Surakarta, diantaranya adalah: 1. kelemahan dalam organisasi/manajemen; 2. adanya keterbatasan modal; 3. kelemahan akses UMKM pada pasar dan perluasan pangsa pasar; 4. Lemahnya akses terhadap teknologi; 5. Lemahnya akses terhadap kemitraan usaha; Masalah keterbatasan modal dapat berakibat buruk pada perkembangan usaha. Lembaga keuangan perbankan yang merupakan sumber modal terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Namun, untuk dapat bermitra dengan bank, UMKM dituntut untuk mengikuti persyaratan yang tidak mudah apalagi untuk UMKM yang masih bersifat kecil. Selain itu rendahnya akses UMKM pada lembaga keuangan formal tersebut juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1. Produk bank tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi UMKM; 2. Adanya anggapan belebihan tentang besarnya resiko kredit UMKM; 3. Persyaratan bank teknis kurang dipenuhi; 4. Monitoring dan koleksi kredit UMKM tidak efisien; 5. Bank umumnya belum terbiasa dengan pembiayaan kepada UMKM; Sehingga dampak dari adanya kertebatasan modal mengakibatkan usaha UMKM cenderung stagnan, tidak berkembang. Selain keterbatasan modal, adanya permasalahan dalam hal pemasaran dan pangsa pasar juga merupakan permasalahan serius dan pelik bagi para pelaku UMKM. Oleh sebab itu, terkait permodalan yang sangat diperlukan untuk mengembangkan UMKM yang ada di Kota Surakarta, modal usaha dapat diperoleh

dari pemerintah dalam bentuk dana bergulir. Dalam hal pemberdayaan UMKM, dana bergulir ini serahkan kepada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta dalam hal pengelolaannya. Sehingga dengan adanya dana bergulir ini diharapkan memberikan dampat meningkatan pengembangan UMKM yang ada di Kota Surakarta Menurut Peraturan Walikota Surakarta Nomor 07 Tahun 2005 tentang pedoman pengelolaan dana bergulir modal kerja bagi usaha kecil menengah Kota Surakarta, modal kerja bergulir adalah Dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta yang dipinjamkan kepada Koperasi dan Usaha Menengah lewat Badan Kredit Kecamatan dan Bank Pasar dengan ketentuan dan prosedur dalam petunjuk teknis. Menurut Buletin teknis Nomor 07 yang mengatur tentang Akuntansi dana bergulir, dana bergulir adalah dana yang dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan kepada masyarakat oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran yang bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan tujuan lainnya Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Surakarta 2013 (data diolah) Gambar 1.1 Grafik Penyaluran Kredit dana bergulir Kota Surakarta Tahun 2013 Dana bergulir yang berkaitan dengan modal kerja sangat di perlukan bagi para pelaku UMKM. Sehingga melalui penyaluran kredit dana bergulir melalui kredit tersebut dapat membantu pendanaan usaha bagi sektor usaha kecil dan usaha rumah tangga. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta, UMKM yang sudah terdaftar di dinas Koperasi dan UMKM sebesar 43.897 umkm (infoumkm.surakarta.go.id) yang tersebar di seluruh kecamatan di Surakarta. Sehingga untuk melayani pemberian kredit dana bergulir di perlukan pengendalian intern. Hal ini diperlukan dikarenakan sistem tersebut berhubungan erat dengan kegiatan DISKOP (Dinas Koperasi dan UMKM) Kota Surakarta.

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Surakarta 2014 (data diolah) Berdasarkan gambar 1.2 pada tahun 2013, grafik laporan dian bergulir APBD mengalam fluktuasi yang cukup tajam sehingga selain pengendalian intern di perlukan juga indikator kinerja yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah di tetapkan. Salah satunya melalui PAR (portofolio at risk) mampu melihat pencapaian kinerja penyaluran dana bergulir DISKOP Kota Surakarta sehingga dapat menggambarkan tingkat pencapaian tujuan.. Sehingga Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan analisis faktor-faktor kredit macet pada program dana bergulir, yang tertuang dalam tugas akhir dengan judul Evaluasi Sistem Pengedalian Intern kredit dana bergulir Pada Dinas Koperasi Dan Umkm Kota Surakarta. Gambar 1.2 Grafik Laporan Dana Bergulir APBD Kota Surakarta Per Desember 2014