BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

Produksi Kopi (kg / ha)

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian nasional. Peranan yang diberikan sektor pertanian diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. impor gula. Kehadiran gula impor ditengah pangsa pasar domestik mengakibatkan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari Sumber Daya Alam (SDA) dan iklimnya, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEBU. (Saccharum officinarum L).

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DWIYANlP HENDRAWATL Efisiensi Pengusahaan Gula Tebu di Lahan Sawah Dengan Analisis Biaya Sumberdaya Domestik (Dibawah biiigan RITA NJRMALINA SURYANA)

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan era globalisasi menuntut. lingkungan yang berubah secara dinamis, perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan ekonomi daerah di era otonomi sekarang ini, setiap

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di tanah air Indonesia tercinta ini. Contohnya tanaman tebu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi bagi pembentukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. sasaran utama yaitu keseimbangan antara sektor pertanian dan industri.

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23-24). Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya, pertanian mengalami kontraksi yang sangat rendah selama masa krisis dan merupakan sektor yang paling awal bangkit dari masa krisis. Namun selama beberapa tahun terakhir kontribusinya semakin menurun sejalan dengan meningkatnya peranan sektor-sektor industri. Menurut Wibowo (2004:106), struktur ekonomi Indonesia masih sangat bersandar pada sektor pertanian, minyak dan gas alam. Untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang beberapa perubahan pokok perlu dilakukan, salah satunya adalah dalam sektor pertanian. Perkembangan pertumbuhan sektor pertanian perlu diperhatikan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai negara agraris, sebagian besar dari angkatan kerja dan kegiatan ekonomi nasional Indonesia 1

2 berputar di sekitar kegiatan sektor pertanian. Dengan demikian pembangunan sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam menjamin keamanan pangan penduduk, termasuk di dalamnya pembangunan sub-sektor perkebunan yang merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian secara keseluruhan. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi. Keadaan inilah yang memperlihatkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Tanaman tebu juga merupakan satu komoditas perkebunan yang sejak lama sampai sekarang mempunyai prospek yang baik dikembangkan secara komersial. Tanaman tebu adalah salah satu komoditas perkebunan penting yang ditanam untuk bahan baku utama gula. Tanaman tebu memang bukan tanaman yang berdiri sendiri. Artinya setelah dipanen, tebu harus mengalami pengolahan di pabrik sehingga menjadi gula, baru dapat dipasarkan. Dengan demikian masa penanaman tebu sangat tergantung pada masa-masa giling pabrik gula, hingga harus disesuaikan antara rendemen tebu yang paling tinggi dengan masa giling pabrik gula. Pengembangan usaha tani tanaman tebu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, serta memamacu percepatan swasembada gula nasional. Selain menghasilkan gula pasir, Limbah dari pengolahan tanaman tebu juga dapat dimanfaatkan seperti tetes digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkohol, minyak wangi, bumbu masak dan pasta gigi. Ampas tebu digunakan

3 sebagai bahan bakar, bahan kertas atau bahan eternit. Hampir seluruh bagian tanaman tebu dapat dimanfaatkan Hingga saat ini, gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia karena disamping sebagai salah satukebutuhan pokok masyarakat juga sebagai sumber kalori yang relatif murah.berdasarkan penghitungan dari data hasil Susenas, konsumsi gula oleh rumahtangga cenderung mengalami peningkatan. Penurunan konsumsi terjadi pada tahun 1998 sebagai akibat dari tingginya peningkatan harga gula di pasar domestik. Namun periode berikutnya konsumsi gula kembali mengalami peningkatan. Sementara itu dari sisi penawaran, meskipun produksi gula nasional pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 diproyeksikan akan terus meningkat rata-rata sebesar 2,96% per tahun, namun produksi gula dalam negeri diperkirakan baru mampu memenuhi tingkat konsumsi gula rumah tangga, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan industri. Pada tahun 2012 diperkirakan produksi gula sebesar 3,08 juta ton dan 2012 sebesar 3,1 juta ton. Kebutuhan gula oleh rumah tangga pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,1 juta ton dan tahun 2013 sebesar 2,3 juta ton. Dengan demikian permintaan oleh rumah tangga masih bias dipenuhi dari produksi dalam negeri. Namun berdasarkan data ketersediaan untuk industri yang diperoleh dari ketersediaan total dikurangi konsumsi rumah tangga diperoleh informasi bahwa rata-rata kebutuhan industri setiap tahunnya berkisar antara 1,6 1,7 juta ton. Dengan demikian maka untuk tiga tahun mendatang diperkirakan Indonesia masih membutuhkan impor gula sekitar 700 800 ribu ton per

4 tahun. Namun demikian, keragaan ekspor impor gula tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Menurut Griffin (2006:14), saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources). Faktor-faktor produksi tersebut harus dikombinasikan oleh petani untuk memperoleh produksi atau pendapatan dalam usahatani. Masing-masing faktor produksi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda namun memiliki keterkaitan satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan. Bila hanya tersedia tenaga kerja, modal, sumberdaya fisik dan kewirausahaan tanpa adanya sumberdaya informasi (keadaan pasar) maka hasil dari produksi tersebut tidak dapat disalurkan ke pasar dengan hasil yang memuaskan. Begitu pula dengan tidak adanya salah satu faktorfaktor produksi yang lainnya, otomatis hasil dari produksi atau pendapatan tidak akan maksimal atau bahkan dapat mengalami kerugian. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi, petani harus cermat dalam penggunaan faktor-faktor produksi usahatani yang mempunyai hubungan terhadap tingkat produksi dan pendapatan yang diterima petani. Semakin luas tanah (lahan) usahatani yang diusahakan, maka jumlah produksi yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga pendapatan yang diterima petani semakin tinggi. Tidak hanya lahan, namun dalam pengusahaan usahatani yang intensif juga memerlukan tenaga

5 kerja dalam jumlah yang banyak dan jumlah biaya produksi yang semakin besar, dengan demikian petani akan mendapatkan hasil produksi yang semakin tinggi. Seorang petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan petaninya. Petani harus memaksimalkan produksinya dan mereka juga berkepentingan agar biaya produksi dapat ditekan serendah-rendahnya dengan memperhatikan keadaan pasar saat ini, sehingga ini dapat disebut sebagai usahatani yang efisien dan menguntungkan. Seorang petani juga harus memiliki keahlian kewirausahaan yaitu meliputi kemahiran untuk mengorganisir atau mengimplementasikan kegiatan manajemen berbagai faktor produksi (input) yang lain tersebut sehingga usahanya berhasil dan berkembang dengan baik dan dapat menyediakan barang yang bermutu kepada masyarakat. Salah satu desa di Kabupaten Langkat yang menjadi daerah penghasil tebu terdapat di Desa Kwala Begumit dan merupakan desa yang terdapat pabrik gula milik negara. Masyarakat di desa ini banyak yang bermata pencaharian sebagai petani tebu. Di Desa Kwala Begumit, tebu yang dihasilkan petani tergantung faktor alam (terutama tanah) yang terbatas, maka mereka akan meningkatkan penggunaan faktor produksi lainnya agar penerimaan atau pendapatan yang mereka peroleh dapat maksimal. Petani bertujuan tidak hanya sekedar memperoleh produksi usahatani yang tinggi, tetapi juga penerimaan atau pendapatan yang mereka peroleh juga tinggi.

6 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap Pendapatan Petani Tebu Di Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.

7 1.2 Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh faktor produksi lahan terhadap pendapatan petani tebu 2. Bagaimana pengaruh faktor produksi tenaga kerja terhadap pendapatan petani tebu 3. Bagamaina pengaruh faktor produksi modal terhadap pendapatan petani tebu 4. Bagamaina pengaruh faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan petani tebu 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh faktor-faktor produksi (lahan, tenaga kerja, dan modal) terhadap pendapatan petani Tebu di Desa Kwala Begumit, Kabupaten Langkat. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah faktor produksi lahan, tenaga kerja, dan modal dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani Tebu di Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.

8 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar faktor produksi Lahan, Tenaga Kerja, dan Modal mempengaruhi pendapatan petani tebu. 1.6 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a) Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis terutama dalam mengaplikasikan ilmu dari bangku kuliah ke masyarakat atau lapangan. b) Bagi petani, sebagai bahan pedoman bagi petani Tebu dalam rangka meningkatkan pendapatan. c) Bagi Universitas Negeri Medan, sebagai tambahan literatur perpustakaan Universitas Negeri Medan di bidang penelitian, khususnya mengenai faktor faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tebu. d) Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.