HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

4 Hasil dan Pembahasan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

POTENSI KULIT KACANG TANAH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REAKTIF CIBACRON RED APRILIA SUSANTI

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

BAB III METODE PENELITIAN

PENJERAPAN ZAT WARNA REAKTIF CIBACRON RED MENGGUNAKAN ADSORBEN SEKAM PADI JENI YULIKA

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

Hasil dan Pembahasan

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

POTENSI KULIT SALAK (Salacca zalacca) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REMAZOL POTENCY OF SALACCA PEELS (Salacca zalacca) AS AN ADSORBENT FOR REMAZOL DYE

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka. Pembuatan adsorben campuran kaolinlimbah KMK pada NDS dan HDTMA-Br

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cocoa L.) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMIN B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB III METODE PENELITIAN

ADSORPSI Pb 2+ OLEH ARANG AKTIF SABUT SIWALAN (Borassus flabellifer)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

III METODOLOGI PENELITIAN

AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REAKTIF CIBACRON RED MAIPA DIAPATI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

SINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

Gambar 6. Kerangka penelitian

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

Transkripsi:

5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam. Kemudian bahan dikeringkan pada suhu 11 C. Serbuk kulit kacang tanah ini selanjutnya disebut adsorben modifikasi asam (AMA). Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna konsentrasi 1 ppm dibuat dengan cara melarutkan 1. g serbuk cibacron red dalam air destilata dan diencerkan hingga satu liter. Kemudian larutan tersebut dibuat dengan konsentrasi.5, 1., 5., 1., 15., 2., dan 25. ppm untuk pembuatan kurva standar. Penentuan Kondisi Optimum Waktu Adsorpsi, Bobot, dan Konsentrasi Awal Zat Warna ATM, AMA, dan arang aktif dengan variasi bobot adsorben 1., 2., dan 3. gram dimasukkan ke dalam 1 ml larutan zat warna cibacron red dengan konsentrasi awal 5, 1, dan 15 ppm, kemudian larutan dikocok dengan shaker. Adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu adsorpsi 3, 45, dan 6 menit (Raghuvanshi et al. 24), dilihat perubahan warna yang terjadi. Campuran disaring dan dibaca absorbansi filtratnya dengan spektronik 2D + pada panjang gelombang maksimum. Desain penentuan kondisi optimum adsorpsi dilakukan menggunakan desain rancangan acak lengkap faktorial dengan program statistika ver.6 metode respon surface. Kondisi yang digunakan sebagai faktor adalah waktu adsorpsi, bobot adsorben, dan konsentrasi awal zat warna sedangkan responnya kapasitas adsorpsi (Q) dan efisiensi penjerapan (E). Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan dapat dihitung dengan persamaan: V ( C o C a ) Q = m C o Ca E = 1% Co Keterangan: Q = kapasitas adsorpsi per bobot adsorben (µg/g adsorben) V = volume larutan (ml) C o = konsentrasi awal larutan (ppm) C a = konsentrasi akhir larutan (ppm) m = bobot adsorben (g) Penentuan Isoterm Adsorpsi Erlenmeyer yang berisi bobot optimum ATM dan AMA dilarutkan dalam 1 ml larutan zat warna cibacron red dengan variasi konsentrasi., 25., 5., 75., 1., dan 15. ppm pada kondisi waktu optimum untuk masing-masing adsorben kemudian disaring dan diukur adsorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Arang aktif sebagai pembanding diperlakukan sama seperti halnya kulit kacang tanah. Kemudian diukur kapasitas adsorpsi (Q) dan konstanta afinitas dihitung dengan model isoterm Langmuir dan Freundlich (Atkins 1999). Penentuan Kapasitas Adsorpsi Limbah Industri Tekstil ATM, AMA, dan arang aktif yang didapat pada perlakuan kondisi optimum dimasukan pada limbah industri tekstil yang terlebih dahulu diketahui intensitas warnanya dilarutkan dalam 1 ml limbah cair. Campuran disaring dan filtrat yang diperoleh diukur intensitas warnanya (unit Pt-Co) pada panjang gelombang 455 nm dengan spektronik DR/2. Absorban HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang Gelombang Maksimum dan Pembuatan Kurva Standar Pemilihan panjang gelombang yang tepat untuk pengukuran sampel ialah yang paling banyak diserap oleh sampel tersebut. Pengukuran pada panjang gelombang tersebut akan memberikan kepekaan dan ketelitian pengukuran yang paling tinggi dengan spektrofotometer. Panjang gelombang maksimum cibacron red yang diperoleh adalah 517 nm (Lampiran 2). Menurut Aldrich (27) panjang gelombang maksimum cibacron red adalah 517 nm. Kurva standar ialah gambaran yang menunjukkan hubungan antara serapan suatu sinar tertentu dengan konsentrasi zat yang menyerap sinar dapat dilihat pada Lampiran 3. Persamaan kurva standar cibacron red yang dihasilkan adalah y =.13x +.37 dengan R 2 =.9998 (Gambar 2)..4.3.2.1. y =.13x +.37 R 2 =.9998 5 1 15 2 25 [Cibacron red] (ppm) Gambar 2 Kurva standar cibacron red.

6 Kondisi Optimum Waktu adsorpsi, Bobot Adsorben, dan Konsentrasi Adsorben dari kulit kacang tanah digunakan untuk menjerap zat warna reaktif cibacron red dan limbah cair industri tekstil. Penentuan kondisi optimum dilakukan dengan mengukur tiga parameter, yaitu waktu adsorpsi, bobot adsorben, dan konsentrasi awal zat warna. Setiap adsorben memiliki karakteristik yang berbeda dalam proses adsorpsi, sehingga kondisi yang dibutuhkan untuk adsorpsi juga berbeda. Penentuan kondisi optimum dilakukan menggunakan metode respon surface sebagai suatu kumpulan teknik penyelesaian masalah dengan menggunakan matematika dan statistik dalam bentuk model matematika atau fungsi dalam menganalisis masalah tersebut. Respon yang ingin dicapai dipengaruhi oleh beberapa peubah sehingga respon tersebut berada pada titik optimumnya. Penentuan kondisi optimum ini melibatkan dua respon, yaitu kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan. Dari dua respon tersebut dengan analisis statistik didapatkan titik temu kedua respon tersebut sehingga didapatkan suatu kondisi optimum masing-masing adsorben. Kondisi Optimum Adsorben Tanpa Modifikasi Data pada Lampiran 4 dan 5 untuk adsorben tanpa modifikasi (ATM) menunjukkan bahwa penjerapan zat warna (adsorbat) mencapai kesetimbangan (optimum) pada waktu 45 menit, bobot 1. gram, dan konsentrasi 1 ppm. Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan adsorben tanpa modifikasi mengalami kenaikan sampai mencapai maksimum dengan nilai ketepatan percobaan yang dilakukan menggunakan program statistik sebesar 8.3%, maka dihasilkan nilai kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan sebesar 476.34 µg/g (artinya sebanyak 476.34 µg adsorbat yang terjerap dalam 1. g adsorben) dan 4.69% (Tabel 2). Tabel 2 Kondisi optimum ATM Parameter Optimum Q E (%) (µg/g) Waktu 45 (menit) Bobot 1. 476.34 4.69 (gram) Konsentrasi 1 (ppm) Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan meningkat seiring dengan meningkatnya waktu adsorpsi. Waktu optimum yang diperoleh adsorben tanpa modifikasi adalah 45 menit. Setelah melewati 45 menit, kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan menurun (Lampiran 5). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Raghuvanshi et al. (24) yang menyatakan bahwa efisiensi penjerapan berbanding lurus dengan waktu sampai pada titik tertentu, kemudian mengalami penurunan setelah melewati titik tersebut. Bobot ATM menunjukkan adanya penurunan kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan seiring meningkatnya bobot adsorben. Pada saat bobot adsorben dinaikkan sedangkan konsentrasi cibacron red tetap, terjadi penurunan kapasitas adsorpsi. Peningkatan sisi aktif akan meningkatkan penyebaran adsorbat, sehingga kapasitas adsorpsi lebih rendah dibandingkan dengan jumlah sisi aktif yang lebih sedikit. Pada bobot 1. gram hampir seluruh permukaan adsorben telah terikat dengan adsorbat, sedangkan pada bobot 2. dan 3. gram masih banyak sisi aktif yang belum berikatan dengan adsorbat sehingga kapasitas adsorpsi 1. gram lebih besar dibandingkan dengan kapasitas adsopsi pada bobot 2. dan 3. gram (Lampiran 5). Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi awal cibacron red hingga konsentrasi 1 ppm kemudian kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapannya menurun pada konsentrasi 15 ppm, hal ini menunjukkan bahwa ATM mengalami kejenuhan pada konsentrasi yang lebih tinggi (Lampiran 5). Penurunan kapasitas adsorpsi disebabkan adanya penurunan molekul cibacron red yang terikat pada sisi aktif permukaan adsorben. Pencirian adsorpsi cibacron red menunjukkan bahwa kejenuhan permukaan adsorben bergantung pada konsentrasi cibacron red tersebut. Pada konsentrasi yang rendah adsorben mampu menjerap lebih banyak molekul cibacron red yang tersedia dengan cepat. Sementara itu, pada konsentrasi yang tinggi molekul cibacron red tersebar pada seluruh permukaan adsorben melalui difusi intrapartikel secara besarbesaran dengan kecepatan yang lebih rendah. Kondisi Optimum Adsorben Modifikasi Asam Adsorben modifikasi asam dapat memberikan kapasitas adsorpsi dan efisiensi

7 penjerapan yang lebih besar dibandingkan adsorben tanpa modifikasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Raghuvanshi et al. (24) yang menunjukkan bahwa modifikasi asam oleh asam sulfat dapat meningkatkan efisiensi penjerapan. Pengaruh waktu adsorpsi, bobot, dan konsentrasi terhadap kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan oleh adsorben modifikasi asam (AMA) dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan terus mengalami kenaikan dan mencapai kondisi optimum pada waktu 6 menit, bobot 1.5 gram, dan konsentrasi 15 ppm, dari analisis statistiknya didapat nilai kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan dengan nilai ketepatan percobaan 77.6% sebesar 8837. µg/g (artinya sebanyak 8837. µg adsorbat yang terjerap dalam 1.5 g adsorben) dan 87.14% (Tabel 3). Hasil ini membuktikan bahwa modifikasi asam pada adsorben dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan. Modifikasi adsorben dengan asam paling umum dilakukan dan terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kapasitas dan efisiensi adsorben (Gufta 1998). Tabel 3 Kondisi optimum AMA Parameter optimum Q E (%) (µg/g) Waktu 6 (menit) Bobot 1.5 8837. 87.14 (gram) Konsentrasi 15 (ppm) Waktu adsorpsi adsorben modifikasi asam sebesar 6 menit belum dikatakan optimum karena adsorben membutuhkan waktu yang lebih lama agar terjadi kesetimbangan antara adsorben dan adsorbat. Ketersediaan tapak aktif diperbesar dengan penambahan bobot AMA, tetapi peningkatan tapak aktif berbanding terbalik dengan kapasitas adsorpsi (Lampiran 6 dan 7). Hal ini dikarenakan tapak aktif dalam jumlah besar membutuhkan waktu kesetimbangan yang lebih lama. Pada Lampiran 7 terlihat bahwa bobot optimum adsorben modifikasi sebesar 1.5 gram dan setelah melewati titik tersebut, kapasitas adsorpsi menurun dan efisiensi penjerapan meningkat. Penurunan kapasitas adsorpsi setelah mencapai nilai optimum dimungkinkan adanya sisi aktif yang belum berikatan dengan adsorbat sehingga kapasitas adsorpsi 1.5 gram lebih besar dibandingkan 3. gram. Barros et al. (23) menyatakan bahwa peningkatan bobot adsorben akan menyediakan tapak aktif yang lebih besar, sehingga meningkatkan efisiensi penjerapan. Konsentrasi cibacron red optimum yang diperoleh oleh AMA adalah 15 ppm (Lampiran 6 dan 7). Melalui Lampiran 7 dapat dilihat bahwa pada selang konsentrasi yang diberikan, kapasitas adsorpsi berbanding lurus dengan konsentrasi awal cibacron red. Kenaikan kapasitas adsorpsi mengindikasikan jumlah molekul cibacron red yang terjerap pada tapak aktif semakin besar. Konsentrasi yang tinggi akan meningkatkan jumlah molekul cibacron red dalam larutan, sehingga semakin besar kemungkinannya akan terjerap. Semakin besar konsentrasi, semakin tinggi jumlah molekul dalam larutan, sehingga meningkatkan laju reaksi antara molekul adsorbat dan adsorben (Barros et al. 23). Pada penelitian ini, konsentrasi 15 ppm belum dapat dikatakan sebagai konsentrasi optimum, karena kapasitas adsorpsi yang lebih besar masih mungkin diperoleh pada konsentrasi yang lebih tinggi. Kondisi Optimum Arang Aktif Arang aktif merupakan adsorben komersial yang memiliki kemampuan menjerap berbagai jenis senyawa dan zat warna. Proses adsorpsi pada arang aktif dianggap sebagai proses fisikokimia: molekul atau ion-ion adsorbat terikat oleh permukaan partikel yang reaktif. Selain itu, materi ini memiliki pori-pori sehingga molekul adsorbat dapat terperangkap dalam pori tersebut. Lampiran 8 dan 9 menunjukkan pengaruh waktu adsorpsi, bobot, dan konsentrasi terhadap kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan oleh arang aktif. Kondisi optimum yang diperoleh adalah waktu 6 menit, bobot 3. gram, dan konsentrasi 15 ppm (Tabel 4), dari analisis statistiknya dengan ketepatan percobaan 73.97% didapat nilai kapasitas adsorpsi dan efisiensi sebesar 3827.5 µg/g (artinya sebanyak 3827.5 µg adsorbat yang terjerap dalam 3. g adsorben) dan 75.56%. Tabel 4 Kondisi optimum arang aktif Parameter optimum Q (µg/g) E (%) Waktu 6 (menit) Bobot 3. 3827.5 72.56 (gram) Konsentrasi 15 (ppm)

8 Arang aktif yang digunakan berasal dari tempurung kelapa memiliki ukuran 3 mesh. Luas permukaan akan semakin besar jika ukuran adsorben semakin kecil. Luas permukaan yang besar meningkatkan ketersediaan tapak aktif, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai waktu kesetimbangan lebih lama. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kapasitas adsorpsi arang aktif terus mengalami peningkatan pada selang waktu yang diberikan. Bobot 3. gram merupakan bobot optimum arang aktif. Semakin besar bobot menyebabkan kapasitas adsorpsi menurun dan efisiensi penjerapan meningkat (Lampiran 9). Semakin besar bobot adsorben menyebabkan luas permukaan aktifnya juga meningkat. Peningkatan jumlah luas permukaan aktif akan meningkatkan efisiensi penjerapan. Kenaikan kapasitas adsorpsi terus meningkat sampai pada selang konsentrasi 15 ppm, ini dikarenakan jumlah molekul cibacron red yang terjerap pada tapak aktif dari arang aktif semakin besar (Lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi optimum arang aktif pada ketiga parameter belum dikatakan optimum, karena kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan yang lebih besar masih mungkin diperoleh pada waktu, bobot, dan konsentrasi yang lebih tinggi. Q (mikrogram/gram adsorben) 1 8 6 4 2 Adsorpsi Larutan Tunggal Kulit kacang tanah sebagai adsorben yang potensial perlu diuji kemampuannya dalam menjerap zat warna dengan cara membandingkan dengan adsorben komersial (dalam penelitian ini digunakan arang aktif). Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan digunakan sebagai faktor pembanding. Perbandingan antara ATM, AMA, dan adsorben komersial terhadap kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan menggunakan kulit kacang tanah dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. 476.34 8837. 3827.5 ATM AMA Arang aktif Gambar 3 Perbandingan kapasitas adsorpsi modifikasi, adsorben modifikasi asam, dan arang aktif. Efisiensi penjerapa n (% ) x/m 1 8 6 4 2 1 8 6 4 2 4.69 87.14 y =.652x - 1.2481 R 2 =.9413 4 8 12 16 c 72.56 ATM AMA Arang aktif Gambar 4 Perbandingan efisiensi penjerapan modifikasi, adsorben modifikasi asam, dan arang aktif. Kapasitas adsorpsi AMA lebih tinggi dibandingkan ATM dan arang aktif berturutturut sebesar 8837., 476.34, dan 3827.5 µg/g adsorben (Gambar 3). Efisiensi penjerapan AMA juga menunjukkan hal yang sama, lebih tinggi jika dibandingkan ATM dan arang aktif berturut-turut sebesar 87.14, 4.69, dan 72.56% (Gambar 4). Hasil ini membuktikan bahwa modifikasi asam pada adsorben dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan. Isoterm Adsorpsi Tipe isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme adsorpsi zat warna. Kapasitas adsorpsi dipelajari melalui tipe isotermnya. Telah banyak isoterm adsorpsi yang dikembangkan untuk mendeskripsikan interaksi antara adsorben dan adsorbat. Isoterm Freundlich dan Langmuir pada umumnya dianut oleh adsorpsi padat-cair (Atkins 1999). Kurva regresi linier untuk tipe isoterm Freundlich dan Langmuir menggunakan data konsentrasi awal cibacron red, konsentrasi terjerap, dan bobot adsorben (Lampiran 1, 11, dan 12). Isoterm adsorpsi cibacron red oleh ATM tipe Langmuir dan Freundlich diperlihatkan pada Gambar 5 dan 6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua kurva adalah linier. Hal ini disebabkan oleh banyaknya gugus kimia yang reaktif pada permukaan adsorben dan dapat mendukung terjadinya proses adsorpsi. Gambar 5 Isoterm Langmuir adsorpsi modifikasi.

9 log x/m 1..8 y = 1.496x - 2.1257 R 2 =.965.6.4.2. -.2..5 1. 1.5 2. 2.5 -.4 1..5 log c Gambar 6 Isoterm Freundlich adsorpsi modifikasi. Linieritas kedua tipe isoterm pada adsorpsi cibacron red menunjukkan linieritas yang tinggi, yaitu 94.13% untuk isoterm Langmuir dan 96.5% untuk isoterm Freundlich. Fakta ini menunjukkan bahwa kedua tipe isoterm terjadi pada proses adsorpsi untuk cibacron red. Jika dibandingkan linieritas kedua tipe isoterm tersebut, dapat dilihat ternyata linieritas isoterm adsorpsi tipe Freundlich lebih tinggi dibandingkan isoterm Langmuir. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh Hussein et al. (24) yang menyatakan bahwa dengan linieritas 9%, dapat dinyatakan bahwa kedua tipe isoterm adsorpsi terjadi pada proses adsorpsi zat warna. m x/ log x/m 1 8 6 4 2 y = 2.5945x + 26.8934 R 2 =.8956 1 2 Gambar 7 Isoterm Langmuir adsorpsi cibacron red oleh adsorben modifikasi asam. 2.5 2. 1.5 y =.2961x + 1.4834 R 2 =.9751. -2. -1.. 1. 2. log c Gambar 8 Isoterm Freundlich adsorpsi cibacron red oleh adsorben modifikasi asam. Isoterm adsorpsi cibacron red oleh AMA menunjukkan linieritas yang tinggi, yaitu 89.56% untuk isoterm Langmuir dan 97.51% untuk isoterm Freundlich. Dengan melihat linieritas kedua tipe isoterm adsorpsi tersebut, ternyata linieritas isoterm Freundlich lebih tinggi dibandingkan dengan isoterm Langmuir c 3 (Gambar 7 dan 8). Oleh karena itu, isoterm adsorpsi cibacron red tipe Freundlich lebih baik digunakan untuk mencirikan mekanisme adsorpsi cibacron red (Lampiran 11). m x/ log x/m 5 4 3 2 1 2. 1.5 1..5 y = 1.8683x - 1.9935 R 2 =.9433 1 2 3 Gambar 9 Isoterm Langmuir adsorpsi cibacron red oleh arang aktif. c y = 1.522x -.5878 R 2 =.969...5 1. 1.5 2. log c Gambar 1 Isoterm Freundlich adsorpsi cibacron red oleh arang aktif. Isoterm adsorpsi oleh arang aktif juga mengikuti isoterm Freundlich berdasarkan linieritasnya, yaitu 96.9% untuk isoterm freundlich dan 94.33% untuk isoterm Langmuir (Gambar 9 dan 1). Berdasarkan hasil tersebut, diduga adsorpsi ATM, AMA, dan arang aktif mengikuti tipe isoterm Freundlich. Pendekatan Freundlich mengasumsikan bahwa permukaannya bersifat heterogen, membentuk banyak lapisan, terdapat sisi aktif adsorpsi yang memiliki afinitas tinggi, dan bagian lainnya memiliki afinitas yang rendah. Adsorpsi Limbah Industri Kemampuan penjerapan adsorben kulit kacang tanah juga diujicobakan pada limbah industri tekstil (Lampiran 13). Adsorpsi limbah industri yang diukur hanyalah intensitas warna dan persen penurunan warna dari total warna yang terkandung di dalam limbah, sedangkan nilai kapasitas adsorpsi tidak dapat diketahui dari zat warna tunggal yang diinginkan. Hal ini diduga terjadi karena adanya persaingan antara zat yang satu dan lainnya untuk mendapatkan tapak aktif (Notodarmojo 24). Metode yang digunakan adalah spektrofotometer single wavelength. Parameter warna diukur mengunakan spektronik DR/2 dalam unit Pt-Co, yaitu satuan nilai untuk intensitas warna yang

1 didapat. Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang terbaik untuk pengukuran warna dalam limbah, yaitu 455 nm. Intensitas warna limbah awal yang diukur adalah 788 unit Pt-Co. Setelah dijerap dengan masing-masing adsorben ATM, AMA, dan arang aktif ternyata didapat intensitas warnanya berkurang berturut-turut sebesar 772, 23, dan 381 unit Pt-Co terlihat pada Gambar 11. Persen penurunan warna dari intensitas awal limbah setelah dijerap masingmasing adsorben adalah 2.3, 97.8, dan 51.65% (Gambar 12). Persen penurunan warna AMA, yaitu sebesar 97.8% ini jauh lebih besar dibandingkan dengan ATM dan arang aktif. Terbukti bahwa AMA lebih efektif menjerap warna limbah industri dibandingkan ATM dan arang aktif. Intensitas warna (unit Pt-Co) 8 6 4 2 788 772 23 381 Limbah ATM AMA Arang aktif Gambar 11 Intensitas warna limbah tekstil setelah dijerap oleh masingmasing adsorben. Penurunan warna (%) 1 8 6 4 2 2.3 97.8 51.65 ATM AMA Arang aktif Gambar 12 Persen penurunan warna limbah tekstil setelah dijerap oleh masing-masing adsorben. Berdasarkan standar baku mutu air bersih Permenkes No. 416/Men.Kes/Per./IX/199 untuk intensitas warna yang dapat diterima pada umumnya sebesar 5 unit Pt-Co. Setelah limbah industri dijerap oleh masing-masing adsorben terbukti hanya intensitas warna AMA yang dapat diterima umumnya untuk air bersih karena lebih kecil intensitasnya jika dibandingkan dengan standar baku mutu air bersih untuk warna. Intensitas warna setelah dijerap ATM dan arang aktif masih jauh dari nilai standar baku mutu air bersih sehingga dapat dikatakan adsorpsi terhadap limbah industri kurang baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Modifikasi asam terhadap kulit kacang tanah terbukti mampu meningkatkan kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan cibacron red. Kapasitas adsorpsi dan efisiensi penjerapan cibacron red oleh adsorben modifikasi asam lebih besar dibandingkan dengan adsorben tanpa modifikasi dan arang aktif. Persen penurunan warna limbah industri oleh adsorben modifikasi asam juga lebih besar dibandingkan adsorben tanpa modifikasi dan arang aktif. Proses adsorpsi cibacron red dan limbah industri tekstil menggunakan adsorben modifikasi asam lebih efektif dibandingkan adsorben tanpa modifikasi dan arang aktif. Hal ini membuktikan bahwa adsorben modifikasi asam dapat menggantikan arang aktif sebagai adsorben komersial. Tipe isoterm yang dianut oleh ketiga jenis adsorben adalah isoterm Freundlich. Isoterm ini mengasumsikan bahwa permukaannya bersifat heterogen, membentuk banyak lapisan, terdapat sisi aktif adsorpsi memiliki afinitas yang tinggi, dan bagian lainnya memiliki afinitas yang rendah. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memperluas kisaran taraf yang digunakan sebagai faktor kondisi optimum karena masih teramati pada ujung-ujung taraf. Pencirian lebih lanjut adsorben modifikasi asam dari kulit kacang tanah, yaitu dengan Scanning electron microscopy (SEM) dan spektrofotometri inframerah. Adsorpsi terhadap limbah sendiri perlu dilakukan uji lanjut untuk mengukur parameter selain warna, yaitu COD dan BOD. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah Z. 27. Biosorpsi Biru Metilena Oleh Kulit Buah Kakao [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor. Aldrich S. 27. Cibacron brilliant red 3G-A. [terhubung berkala]. http: //www.sigmaaldrich.com [2 Apr 28]. Atkins PW. 1999. Kimia Fisika jilid II. Kartohadiprodjo II, penerjemah;