BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Pada penelitian Hubungan Panjang Puntung dan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat Keseimbangan Berjalan Pada Pasien Pasca Amputasi Anggota Gerak Bawah ini peneliti menggunakan jenis penelitian Studi observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data pada waktu yang bersamaan.. X Y Z 1 Z 2 Gambar 3.1 Rancangan penelitian Keterangan gambar : X Y Z 1 Z 2 : Panjang Puntung : Indeks Massa Tubuh : Keseimbangan Berjalan : Kepercayaan Diri r 1 : Hubungan X dan Y dengan Z 1 r 2 : Hubungan X dan Y dengan Z 2 37
38 B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Klinik Kuspito Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah dan waktu penelitian adalah bulan Januari dan Februari Tahun 2015. C. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini subyek yang diikutsertakan adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : (1) Subyek berusia 20-30 tahun. (2) Subyek menggunakan unilateral prostesis anggota gerak bawah. (3) Subyek minimal menggunakan prostesis anggota gerak bawah selama 1 minggu. (4) Subyek memiliki nilai kekuatan otot stump >4. (5) Subyek memiliki lingkup gerak sendi yang normal. (6) Subyek bersedia melakukan prosedur penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : (1) Subyek mengidap penyakit. (2) Subyek merupakan ibu hamil, (3) Subyek menggunakan billateral prosthesis. (4) Subyek tidak berkenan mengikuti prosedur penelitian. Peneliti mengambil pengguna prostesis anggota gerak bawah di Klinik Kuspito dengan besar sampel ditentukan oleh total sampling. Menurut Sugiyono (2007) bahwa total sampling adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel pada waktu penelitian yang ditentukan. Pengukuran sampel menggunakan Comparative study of means pada http://sampsize.sourceforge.net/iface/ dan didapatkan sampel untuk panjang stump kategori panjang (2/3 atau lebih dari panjang tungkai), sebanyak 8 sampel, dan kategori pendek (1/3 di bawah dari panjang tungkai) ada 8 sampel. Dilihat dari IMT dikategorikan berat apabila bobotnya > 25 (overweight) ada 13 responden
39 dan IMT dikategorikan di bawah 25 (underweight) 13 responden. Jadi diputuskan bahwa sampel yang dibutuhkan adalah 1. 13 responden dengan panjang puntung kategori panjang dan IMT > 25 2. 13 responden dengan panjang puntung kategori pendek dengan IMT < 25, 3. 13 responden panjang puntung kategori panjang dan IMT < 25 4. 13 responden panjang puntung kategori pendek dengan IMT > 25. Jadi sampel keseluruhan minimal sampel ada 52 responden. D. Alat Ukur Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Timed Up Go Test. Timed Up Go Test diukur menggunakan stopwatch, dengan kelengkapan berupa kursi sandaran dengan pegangan tangan dan alat bantu berjalan Subyek berupa prostesis anggota gerak bawah. Timed Up Go Test adalah tes sederhana yang digunakan untuk menilai mobilitas seseorang dan membutuhkan keseimbangan dinamis. Pada tes ini pengukuran terhadap waktu yang diperlukan seseorang untuk bangkit dari kursi, berjalan tiga meter, berbalik, berjalan kembali ke kursi, dan duduk. Selama pengujian, orang diharapkan untuk memakai alas kaki biasa mereka dan menggunakan alat bantu mobilitas yang mereka biasanya akan membutuhkan. Salah satu sumber menunjukkan bahwa skor sepuluh detik atau kurang menunjukkan mobilitas normal, 11-20 detik berada dalam batas normal untuk pasien lanjut usia dan penyandang cacat lemah, dan lebih dari 20 detik berarti orang perlu bantuan dari luar dan menunjukkan pemeriksaan lebih
40 lanjut dan intervensi. Skor 30 detik atau lebih menunjukkan bahwa orang mungkin rentan terhadap jatuh. Alat ukur indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa dan meteran dinding. Cara kerja menentukan IMT adalah dengan sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini: Berat Badan (kilogram) IMT = Tinggi Badan 2 (meter 2 ) Instrumen lainya yang digunakan dalam penelitian ini adalah panjang stump dari pengguna prostesis anggota gerak bawah. Panjang stump diukur dengan menggunakan meteran. Alat ukur kepercayaan diri menggunakan skala E. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini yaitu (1) variabel terikat yaitu Keseimbangan jalan, (2) variabel bebas yaitu Panjang Stump dan Indeks Massa Tubuh pasien pasca amputasi anggota gerak bawah. F. Definisi Operasional 1. Panjang Puntung Panjang puntung pasien pasca amputasi anggota gerak bawah adalah panjang puntung yang diukur pada pengguna prostesis anggota gerak bawah
41 yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Panjang puntung dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) puntung panjang yang terdiri dari puntung dengan panjang lebih dari sepertiga panjang tungkai dan (2) puntung pendek yang terdiri dari puntung dengan panjang sama dengan atau kurang dari sepertiga panjang tungkai. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang puntung adalah meteran. Hasil ukur kemudian dicatat pada blangko pengukuran prostesis anggota gerak bawah. Langkah untuk mengukur panjang puntung pada pasien pasca amputasi transtibial adalah mengukur jarak antara Medial Tibial Plateau dengan End of Stump lalu membandingkannya dengan pantang tungkai pasien yang sehat. Langkah untuk mengukur panjang puntung pada pasien pasca amputasi transfemoral adalah mengukur jarak antara Tuber Ischiadicum dengan End of Stump lalu membandingkannya dengan pantang tungkai pasien yang sehat. Data yang dihasilkan dari pengukuran panjang puntung adalah berupa data angka yang kemudian dikelompokkan menjadi data kategorikal. 2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien pasca amputasi anggota gerak bawah adalah IMT yang diukur pada pengguna prostesis anggota gerak bawah yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Indeks Massa Tubuh (IMT)dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih dari 25 dan (2) Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih dari 25.
42 IMT diukur dengan timbangan berat badan dan meteran dinding. Hasil ukur kemudian dicatat pada blangko pengukuran prostesis anggota gerak bawah. Data yang dihasilkan dari pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berupa data angka yang kemudian dikelompokkan menjadi data kategorikal. 3. Keseimbangan Berjalan Keseimbangan berjalan adalah keseimbangan berjalan pada pasien pasca amputasi anggota gerak bawah yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Timed Up Go Test. Timed Up Go Test diukur menggunakan stopwatch, dengan kelengkapan berupa kursi sandaran dengan pegangan tangan dan alat bantu berjalan Subyek berupa prostesis. Dinyatakan seimbang apabila bisa melakukan Timed Up Go Test < 15 detik kategori seimbang dan apabila melakukan Timed Up Go Test > 15 detik kategori tidak seimbang. Data yang dihasilkan dari pengukuran keseimbangan berjalan adalah berupa data numerik. 4. Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah keyakinan individu bahwa ia mampu berperilaku seperti yang dikehendaki dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga tidak perlu membandingkan dengan individu lain karena ia telah cukup tahu
43 siapa dirinya dan apa yang dibutuhkannya. Pengukuran kepercayaan diri menggunakan skala kepercayaan diri dari Lauster (2006) dengan indikator kepercayaan diri terdiri dari kemampuan pribadi, rasa aman dan persepsi diri. Skala kepercayaan diri disusun dengan dua jenis aitem, aitem favorable dan aitem unfavorable. Alternatif pilihan jawaban dalam skala ini menggunakan metode Likert, setiap aitem pada kelompok pernyataan tersebut mempunyai empat pilihan jawaban yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS), skor penilaian bergerak dari 1 (satu) sampai dengan 4 (empat). Pada aitem favorable, sangat sesuai (SS) mendapat skor empat, sesuai (S) mendapat skor tiga, tidak sesuai (TS) mendapat skor dua dan sangat tidak sesuai (STS) mendapat skor satu dan pada aitem unfavorable, pemberian skor berlaku sebaliknya. Skala data kepercayaan diri adalah interval. G. Prosedur Penelitian 1. Peneliti meminta ijin kepada Klinik Kuspito untuk melakukan penelitian 2. Subyek adalah pengguna prostesis anggota gerak bawah yang memenuhi kriteria inklusi. 3. Peneliti memberikan informasi dan prosedur penelitian kepada Subyek. 4. Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed concern) kepada subyek untuk ditandatangani. 5. Peneliti melakukan pengukuran panjang puntung Subyek.
44 6. Peneliti melakukan pengukuran berat badan tanpa menggunakan prostesis dan tinggi badan Subyek. 7. Peneliti melakukan pengukuran keseimbangan dengan menggunakan TUG Test dengan menggunakan prostesis. 8. Peneliti melakukan pengukuran kepercaaandiri dengan menggunakan quesioner kepercayaandiri. 9. Peneliti melakukan pengolahan data panjang puntung dan dicatat sebagai hasil observasi 1. 10. Peneliti melakukan pengolahan data IMT sesuai rumus dan dicatat sebagai hasil observasi 2. 11. Peneliti melakukan pengolahan data TUG Test dan dicatat sebagai hasil observasi 3. 12. Peneliti melakukan pengolahan data panjang puntung dan dicatat sebagai hasil observasi 4. 13. Peneliti melakukan interpretasi data dan analisis data yang kemudian melakukan penarikan kesimpulan. H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas a. Validitas isi Validitas isi dari kuesioner dinilai dengan cara memeriksa apakah item-item pertanyaan di dalam kuesioner memang sudah sesuai dengan
45 isi (content) dari variabel yang diteliti yaitu kepercayaan diri. Isi masing-masing variabel tersebut dinilai kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang relevan, yang umumnya digunakan oleh peneliti dalam penelitian serupa sebelumnya dan pakar di bidang penelitian tersebut. Berdasarkan dari sintesis teori, penggunaan definisi variabel menurut peneliti sebelumnya dan pakar, selanjutnya isi dari masingmasing variabel dijabarkan dalam sejumlah kisi-kisi. Selanjutnya kisikisi tersebut dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Sebuah kuesioner memiliki validitas isi yang tinggi jika semua item pertanyaan kuesioner relevan dan meliputi semua aspek isi variabel yang akan diukur. b. Validitas muka Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner, dengan memperhatikan tata-bahasa, susunan item-item pertanyaan, sehingga masing-masing item pertanyaan dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar. Pada prinsipnya untuk memastikan validitas muka, peneliti mengkaji sejauh mana item-item pertanyaan dalam kuesioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas, tidak terlalu panjang, dan setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan. Dengan demikian masing-masing item pertanyaan tidak menimbulkan multi-tafsir dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sesungguhnya.
46 c. Validitas konstruk Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan teori yang relevan (concurrent validity), dan tidak sesuai dengan teori-teori yang tidak relevan (discriminant validity). d. Validitas kriteria Validitas kriteria suatu pengukuran sebuah alat ukur dengan membandingkannya secara kuantitatif dengan alat ukur standard emas. Karena dalam penelitian ini tidak ada standard emasnya, maka dibuatkan instrumen baru dengan cara menjadikan sintesis-sintesis dari kajian teori sebagai patokan dalam penuangan dalam pembuatan kuesioner. 2. Uji Reliabilitas Pengukuran variabel yang konsisten harus menunjukkan 2 aspek reliabilitas: (1) Konsistensi internal dan (2) Stabilitas. Aspek konsistensi internal merujuk kepada korelasi antar item-item pertanyaan yang masingmasing bertujuan untuk mengukur suatu variabel komposit yang sama. Konsistensi internal yang akan diukur secara kuantitatif dalam penelitian ini dari masing-masing variabel komposit meliputi: (1) Item-Total Correlation; (2) Split-Half Reliability. a. Konsistensi Internal 1) Korelasi Item-Total
47 Dalam penelitian ini akan dinilai korelasi item-total (itemtotal correlation), yaitu suatu indikator yang menunjukkan kekuatan korelasi antara masing-masing item dan total pengukuran dikurangi dengan item yang bersangkutan. Karena dikurangi dengan item yang bersangkutan, maka korelasi item-total disebut juga korelasi item-sisa (item-rest correlation). Suatu item dapat digunakan dalam alat ukur jika memiliki korelasi item-total 0.20. Item yang berkorelasi lebih rendah tidak akan digunakan, jika perlu diganti dengan membuat item baru. 2) Reliabilitas Belah-Paroh Dalam penelitian ini akan dinilai reliabilitas belah-paroh (split-half reliability) yaitu penilaian konsistensi internal (homogenitas) alat ukur dengan cara membagi item-item secara random ke dalam dua bagian alat ukur, lalu mengorelasikan kedua bagian tersebut. Jika alat ukur memiliki konsistensi internal, maka kedua bagian akan berkorelasi tinggi. Reliabilitas Belah-Paroh yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah Alpha ( ) Cronbach. Alat ukur menunjukkan konsistensi internal jika memiliki alpha Cronbach 0.60. Makin tinggi alpha Cronbach, makin baik (konsisten) alat ukur. Tetapi ada beberapa keadaan di mana alpha Cronbach tinggi tidak menunjukkan alat ukur yang baik. Pertama, nilai alpha Cronbach tergantung dari besarnya korelasi antar item dan jumlah item di dalam alat ukur. Jika jumlah item pertanyaan
48 alat ukur banyak, alpha Cronbach akan meningkat, meskipun tidak berarti alat ukur tersebut baik. b. Stabilitas Alat ukur yang reliabel menunjukkan konsistensi internal dan stabilitas ketika digunakan untuk mengukur variabel subjek penelitian pada kondisi yang identik. Stabilitas (disebut juga reprodusibilitas) alat ukur yang akan dinilai dalam penelitian ini adalah stabilitas pengukuran pada dua kesempatan yang dipisahkan oleh interval waktu yang berbeda (test-retest reliability). Stabilitas pengukuran dikatakan cukup jika hasil pengukuran dari dua waktu menghasilkan korelasi Pearson (r) 0.50.Dengan program statistik seperti SPSS dan Stata dapat dihitung korelasi item-total, alpha Cronbach, dan korelasi Pearson untuk test-retest reliability. 2. Uji Prasyarat Penelitian Uji pesyaratan analisis dimaksudkan untuk menguji apakah data yang terkumpul memenuhi persyaratan untuk analisis. Untuk uji persyaratan analisis terhadap data penelitian, maka digunakan uji normalitas, uji multikolinearitas (independensi) dan linieritas. Pengujian ini dilakukan sebelum dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis. a. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini digunakan kolmogorov smirnov. Jika kolmogorov-smirnov hitung lebih besar dari 0,05, maka sebaran data dikatakan mendekati dsitribusi normal atau normal. Sebaliknya, jika
49 kolmogrov-smirnov lebih kecil dari 0,05 maka sebaran data dikatakan tidak mendekati distribusi normal atau tidak normal. (Ghozali, 2009). b. Uji Independensi (multikolinearitas) Uji Multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi ada korelasi antar variabel bebas, dengan memperhatikan nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Sebagai prasyarat model regresi harus mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas, sebaliknya jika nilai tolerance 0,10 dan VIF 10, maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2009). c. Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel bebas x terhadap variabel terikat y. Berdasarkan garis regresi yang telah dibuat, selanjutnya diuji keberartian koefisien garis regresi serta linieritasnya. Apabila p value > 0,05, maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah linier sedangkan apabila p value < 0,05 0,05 maka hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah linier (Ghozali, 2009). 3. Uji Hipotesis a. Analisis Univariat Analisis univariat yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel panjang stump, Indeks Massa Tubuh dan panjang stump. Data penelitian yang diperoleh
50 merupakan data kontinu (continous data). Data kontinu dideskripsikan dalam parameter mean, median, modus dan standar deviasi, minimal dan maksimal. b. Analisis Bivariat Analisis Bivariat yaitu dilakukan untuk melihat hubungan kedua variabel, anatara variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini analisis bivariate sesuai dengan hipotesis adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Analisis Bivariat Berdasarkan Hipotesis Hipotesis Ada hubungan panjang puntung dengan Analisis Product moment pearson tingkat keseimbangan berjalan Ada hubungan indeks massa tubuh dengan Product moment pearson tingkat keseimbangan berjalan Ada hubungan panjang puntung dan indeks Regresi linear berganda masssa tubuh dengan keseimbangan berjalan Ada hubungan panjang puntung dengan Product moment pearson kepercayaan diri Ada hubungan indek massa tubuh dengan Product moment pearson kepercayaan diri Ada hubungan panjang puntung dan indeks Regresi linear berganda massa tubuh dengan kepercayaan diri
51 c. Analisis mulitivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan lagi dengan melakukan analisis multivariat. Analisis multivariat dalam penelitian ini akan digunakan untuk mengukur hubungan panjang stump dan Indeks Massa Tubuh terhadap tingkat keseimbangan berjalan pada pasien pasca amputasi anggota gerak bawah. Pengujian hipotesis menggunakan persamaan garis regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut: Y 1 = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Y 2 = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Keterangan : Y 1 Y 2 a X 1 X 2 b 1,2 = Keseimbangan jalan = Kepercayaan diri = Konstanta = Panjang stump = Indeks Massa Tubuh = Koefisien regresi Koefisien determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa besar sumbangan pengaruh variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai
52 dengan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti sumbangan atau pengaruh variabel independen dalam menjelaskan variasi model dependen amat kecil.