DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK AKTIVITAS ANTROPOGENIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ROADMAP PENELITIAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN DISUSUN OLEH:

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROTOTIPE PEMANFAATAN SIG UNTUK PENGELOLAAN KAWASAN TAMBAK (Studi Kasus : Kabupaten Serang) oleh: Akhmad Riqqi ST, MSi* dan Dr. Noorsalam R Nganro**

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

METODE PENELITIAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini terdapat kecenderungan berupa

PEMETAAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR KOTA MEDAN DAN KABUPATEN DELI SERDANG

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMAKASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PESISIR DAN LAUT PENYUSUNAN STATUS MUTU LAUT KOTA BATAM DAN KABUPATEN BINTAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

STUDI KESESUAIAN LAHAN TAMBAK DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan subtropis yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

III. BAHAN DAN METODE

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

Pemantauan perubahan profil pantai akibat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU- PULAU KECIL WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I. PENDAHULUAN. Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN Arif Supendi *1 dan Ujang Dindin 1 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan UMMI * arif_msp@ummi.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya korelasi antara pola penggunaan lahan di hulu yaitu pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bermuara di kawasan pesisir Lampung Selatan dengan produktivitas tambak di kawasan pesisir tersebut. Luaran dari penelitian ini yaitu model untuk menduga produktivitas tambak di perairan pesisir dengan menggunakan variabel berbagai jenis penggunaan lahan. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan Struktur Hirarki yang melahirkan suatu model ekologi yang dapat menjelaskan interaksi ekosistem dalam suatu kawasan berupa model konsepsi. Penelitian ini dilakukan di perairan pesisir Lampung Selatan pada Januari hingga Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan antara variabel pola penggunaan lahan dengan produktivitas tambak. Artinya produktivitas tambak di perairan pesisir Kabupaten Lampung Selatan yang melingkupi 6 Kecamatan tidak dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan pada DAS dalam hal ini yaitu DAS Bandar lampung-kalianda. Kata kunci: Kawasan pesisir, daerah aliran sungai, penggunaan lahan, perikanan budidaya, tambak PENDAHULUAN Keberadaan tambak udang di pesisir pantai terancam oleh ada nya desakan penggunaan lahan untuk perindustrian dan pemukiman yang menyebabkan peningkatan pencemaran sungai yang berpengaruh pada kawasan tambak (Dahuri, 2007). Supendi (2009) menyimpulkan bahwa lahan tambak di kabupaten Serang provinsi Banten terbagi menjadi tiga kawasan utama, yaitu kawasan produktivitas baik (produksi >1 Ton /Ha/Tahun) seluas 1.788 Ha, kawasan produktivitas menengah (produksi 0,5-1 Ton/Ha/Tahun) seluas 1.816 Ha, serta kawasan produktivitas rendah (produksi <0,5 Ton/Ha/Tahun) seluas 4.284 Ha. Hal ini lebih disebabkan oleh dampak pencemaran sungai-sungai yang bermuara di teluk banten baik yang berasal dari sumber pencemar organik maupun non-organik atau 423

Arif Supendi et al sintetis sebagai buangan atau limbah industri di kawasan tersebut (Supendi, 2012). Salah satu kawasan perikanan budidaya tambak yaitu kawasan perairan pesisir Lampung Selatan. Berdasarkan data statistik yang bersumber dari Lampung Selatan dalam Angka 2011 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan dapat disimpulkan bahwa terdapat tren produksi tambak yang menurun secara signifikan dari tahun ke tahun dengan penurunan terbesar yaitu pada tahun 2010 yaitu mencapai 80%. Diduga penurunan produksi tambak di perairan pesisir Kabupaten Lampung Selatan ini disebabkan oleh perubahan pola penggunaan lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai yang bermuara ke kawasan pesisir Lampung Selatan. Tujuan penelitian untuk membuktikan adanya korelasi antara pola penggunaan lahan di hulu yaitu pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bermuara di kawasan pesisir dengan produktivitas tambak di kawasan pesisir tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka hipotesis yang diajukan yaitu: H0 = Tidak ada korelasi antara pola penggunaan lahan dengan produktivitas tambak di kawasan pesisir. H1 = Ada korelasi antara pola penggunaan lahan dengan produktivitas tambak di kawasan pesisir. Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu tahapan dalam membangun model untuk instrumen analisa kelayakan tambak yang berkelanjutan. Luaran penelitian ini yaitu: model untuk menduga produktivitas tambak di perairan pesisir dengan menggunakan variabel berbagai jenis penggunaan lahan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Desember 2014. Cakupan wilayah penelitian meliputi kawasan pesisir dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bandar Lampung- Kalianda. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan Struktur Hirarki yaitu menyederhanakan suatu objek yang kompleks menjadi komponen-komponen sederhana yang terukur baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pendekatan ini melahirkan suatu model ekologi yang dapat menjelaskan interaksi ekosistem dalam suatu kawasan berupa model konsepsi. Model konsepsi adalah model yang menggambarkan cara kerja, hubungan antara entitas, dan penyajian setiap objek geografik yang diperlukan (Riqqi, 2002). Model konsepsi (Gambar 1.) ini dibuat dengan tujuan untuk mengatur dan me- lakukan klasifikasi objek/unsur dan menentukan bagaimana cara memperlihatkan objek/unsur geografik (Malczewski, 1999). Data pada penelitian (Gambar 2) ini diklasifi- kasikan menjadi data spasial dan data tabular. Data-data spasial yang diperlukan diklasifikasikan lagi menjadi data kriteria kesesuaian lahan (Tabel 1 Nomor 1-7) dan data variabel model konsepsi (Tabel 1 Nomor 8-13). 424

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN Tabel 1. Data yang Diperlukan pada Penelitian Gambar 1. Model Konsepsi yang Digunakan pada Penelitian ini. Data tabular yang diperlukan yaitu data produksi tambak di perairan pesisir Lampung Selatan berdasarkan desa, tahun dan jenis komoditi. Jenis data yaitu data sekunder yang kemudian akan divalidasi melalui survey lapangan. Data kriteria kesesuaian lahan akan diolah dengan metode Weight Liniear Combination (WLC) (Cusi, 2002) yang diaplikasikan pada model analisa kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Soebiantoro dan Notohadiprawiro (1982). Data produksi tambak akan diolah dengan metode ANOVA untuk membuktikan ada atau tidak-nya perbedaan yang signifikan pada data produksi berdasarkan desa. Model konsepsi dan data produksi tambak akan dianalisa dengan menggunakan uji korelasi untuk membuktikan adanya korelasi diantara keduanya. No. Kriteria Atribut 1 Topografi Kontur Ketinggian Kelas Ketinggian 2 Iklim Curah Hujan 3 Jenis Tanah Type tanah Bahan Induk PH 4 Kualitas air Pengamatan 5 Administra Nama Administrasi si 6 Kondisi aquifer Kedalaman Salinitas Potensi sumber air 7 Citra Satelit Sedimentasi Daerah pasang-surut 8 Tata Guna Lahan (Land use) Pemukiman, bangunan, sawah, kebun, tegalan, badan perairan, semak, 9 Daerah Aliran Sungai (DAS) hutan Nama DAS, daerah cakupan DAS, luas daerah cakupan 10 Jaringan air Nama segmen, panjang segmen 11 Hutan Mangrove 12 Terumbu Karang 13 Lokasi Industri Gambar 2. penelitian Nama area, luas area Nama area, luas area Nama lokasi, luas lokasi industri Tahapan pelaksanaan 425

Arif Supendi et al HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Kesesuaian Lahan Berdasarkan hasil analisa kesesuaian lahan, luas lahan yang sesuai secara fisik untuk tambak di sepanjang garis pantai Lampung Selatan yaitu mencapai 12.432 Ha, sedangkan lahan yang memiliki kesesuaian marjinal yaitu sebanyak 976 Ha. Secara spasial sebaran lahan yang sesuai untuk tambak dapat dilihat pada Gambar 3. Sesuai Marjinal Gambar 3. Sebaran Spasial Lahan yang Sesuai untuk Tambak Pola Penggunaan Lahan pada DAS Keseluruhan kawasan tambak di Kabupaten Lampung Selatan berada dalam kawasan DAS Bandar Lampung Kalianda. Sebagian besar kawasan DAS Bandar Lampung Kalianda merupakan kawasan kebun campuran dengan luasan mencapai 23.341 Ha yang memanjang mulai dari Kecamatan Katibung Sidomulyo Kalianda, semak belukar dan tegalan mencapai 9.237 Ha serta hutan lahan kering mencapai 6.087 Ha. 426

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan pada DAS Bandar Lampung Kalianda Data Produksi Tambak Berdasarkan data produksi tambak di setiap Kecamatan antara tahun 2006 s.d. tahun 2010 maka diperoleh rata-rata produktivitas tambak tiap tahunnya untuk setiap kecamatan. Data Produktivitas tambak di setiap Kecamatan yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produktivitas Tambak di Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan Kecamatan (Ton/ Ha) Kecamatan Produktivitas (Ton/Ha) per Tahun Katibung 7,38 Sidomulyo 11,29 Kalianda 4,34 Sragi 1,02 Ketapang 1,29 Bakauheni 0,95 Data produktivitas tambak tersebut kemudian dianalisis secara statistik dan terbukti adanya perbedaan data produktivitas yang cukup signifikan. Produktivitas tambak Kecamatan Katibung, Sidomulyo dan Kecamatan Kalianda yaitu 7,67 + 3,48 Ton/ Ha per Tahun berbeda nyata dengan produktivitas tambak Kecamatan Sragi, Ketapang dan Bakauheni yaitu 1,09 + 0,18 Ton/Ha per Tahun. Korelasi Model Konsepsi dengan Data Produksi Tambak Uji korelasi antara seluruh variabel (penggunaan lahan pada DAS) dengan nilai produktvitas tambak yang sudah ditransformasi tidak menunjukkan adanya korelasi yang signifikan. Artinya bahwa produktivitas tambak di perairan pesisir Kabupaten Lampung Selatan yang melingkupi 6 Kecamatan tidak dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan pada DAS dalam hal ini yaitu DAS Bandarlampung-Kalianda. Secara fisik profil pesisir pantai Lampung Selatan terutama kawasan pesisir timur memiliki kawasan DAS yang sangat sempit dengan area hulu tidak jauh dari pesisir pantai. Dengan demikian tidak ada pengaruh langsung maupun tidak 427

Arif Supendi et al langsung dari daratan yang signifikan terhadap kondisi di kawasan pesisir barat tersebut. Namun profil fisik kawasan pesisir sebelah timur relatif lebih landai dan melingkupi area DAS yang lebih luas namun terbatas terutama kawasan pesisir Kecamatan Sragi dan sebagian kawasan pesisir Kecamatan Ketapang. Sebagian besar kawasan DAS Bandar Lampung Kalianda merupakan kawasan kebun campuran dengan luasan mencapai 19 ribu Ha, hutan alam mencapai 16 ribu hektar dan tegalan/ladang mencapai 15 ribu hektar. Penggunaan lahan sebagai tambak dan sawah masing-masing tidak lebih dari 6 ribu hektar. Penggunaan lahan selain tersebut tidak memiliki luas yang cukup signifikan. Pola penggunaan lahan pada DAS Bandar lampung - Kalianda relatif masih alami sehingga pola penggunaan lahan pada DAS tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tambak di kawasan pesisir baik kawasan pesisir barat maupun timur. Pada tabel 3 terlihat bahwa terdapat korelasi yang cukup signi- fikan (alpha=0,05) antara variabel pola penggunaan lahan dengan jumlah produksi dan luas lahan yang dimanfaatkan. Produksi dan luas lahan berkorelasi positif dengan variabel hutan alami, mangrove, pemukiman, tegalan dan badan air. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lahan-lahan tambak yang diminati untuk bisnis tambak adalah lahan yang berasosiasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kelima variabel lahan tersebut. Tabel 3. Luas Penggunaan Lahan yang Berpengaruh Signifikan pada Produktivitas Tambak Variabel Produktivitas (Ton/H a/thn) Produksi (Ton/ Thn) Luas Lahan yang Dimanfaatkan (Ha) Hutan 0,063 0,012 0,012 Alam Mangrove 0,746 0,243 0,423 Pemukiman 0,217 0,006 0,002 Tegalan 0,294 0,160 0,259 Badan Air 0,293 0,189 0,076 Nilai dengan huruf tebal berkorelasi dengan level signifikansi alpha=0.05 Selain lahan sawah, keberadaan luasan pemukiman dan luasan tambak juga berpengaruh terhadap produktivitas tambak di setiap Kecamatan. Namun secara statistik tingkat kepercayaan korelasi antara luasan pemukiman dan luasan tambak terhadap produktivitas tambak hanya mencapai 55 %. SIMPULAN Tidak ada korelasi yang signifikan antara variabel pola penggunaan lahan dengan produktivitas tambak. Artinya produktivitas tambak di perairan pesisir Kabupaten Lampung Selatan yang melingkupi 6 Kecamatan tidak dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan pada DAS dalam hal ini yaitu DAS Bandar lampung- Kalianda. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu melihat besaran pengaruh dari setiap penggunaan lahan pada DAS terhadap produktivitas tambak baik di pesisir Lampung Selatan mau pun di Teluk Banten. 428

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini Dibiayai Oleh DIPA Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Dosen Pemula nomor 2011 /K4/KM/2014 Tanggal 2 Juni 2014. Peneliti mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang sebesarbesarnya kepada pihak yang telah membiayai sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar. BPS Kabupaten Lampung Selatan. 2011. Lampung Selatan dalam Angka 2011. Lampung Selatan Supendi, Arif. 2012. Dampak Pencemaran Sungai-Sungai yang Bermuara di Teluk Banten terhadap Hasil Produksi Tambak Tradisional Setempat. Jurnal Pertanian UMMI Tahun 2012. DAFTAR PUSTAKA Dahuri, R., 1996, Ekosistem Pesisir, Makalah/Materi Kuliah, IPB, Bogor Dahuri, Rokhmin (2007) : Daya Dukung Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan With Special Reference to Coastal and Small Island Development, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Malczewski, J. 1999. GIS And Multicriteria Decission Analysis. John Wiley & Sons, New York, USA. Riqqi, A. (2002) : Pemanfaatan Sistem Informasi Geografik untuk Pengelolaan Kawasan Tambak, Tesis, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung. Supendi, Arif. 2009. Pola Distribusi Produksi Tambak Tradisional Skala Kawasan di Kabupaten Serang, Banten dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis. Tesis. ITB Bandung 429

Arif Supendi et al 430