BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya permintaan dilakukan perawatan ortodonsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

3 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencegah, mengubah dan memperbaiki ketidakteraturan letak gigi dan

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. terus meningkat. Perawatan ortodonsi bertujuan untuk memperbaiki oklusi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penjangkaran, akrilik, dan pasien dapat memasang atau melepas alat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

Keywords: tensile strength, Roth bracket, composite resin, glass ionomer cement

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

3 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi mempunyai banyak fungsi antara lain fonetik, mastikasi, estetis dan

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi)

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komposit terus mengalami peningkatan kualitas dengan adanya bahan filler yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi. Resin komposit banyak digunakan sebagaibahan restorasi pada gigi anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Ortodontik Ortodontik berasal dari Bahasa Yunani, ortho yang berarti lurus atau teratur, dan odons berarti gigi. Sehingga, ortodontik merupakan spesialisasi dari ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan tumbuh kembang wajah dan gigi, diagnosis, pencegahan serta memperbaiki penyimpangan gigi dan wajah (Gill, 2008). Ortodontik adalah spesialisasi dari bidang ilmu kedokteran gigi yang berkaitan dengan manajemen dan perawatan maloklusi. Dalam sebagian besar kasus maloklusi bukan merupakan penyakit, melainkan variasi normal (Cobourne & DiBiase, 2010). a. Manfaat perawatan ortodontik Perawatan ortodontik tidak hanya dilakukan untuk perawatan maloklusi, tetapi dapat dilakukan untuk perawatan restoratif, penyimpangan skeletal, celah pada bibir dan palatal, serta deformasi kraniofasial yang parah. Manfaat perawatan ortodontik selain dapat memperbaiki maloklusi, juga dapat meningkatkan psikologikal seseorang (Gill, 2008). Manfaat perawatan ortodontik adalah mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal, meningkatkan fungsi pengunyahan, mencegah atau menyembuhkan gangguan sendi temporomandibular, meningkatkan fungsi berbicara, mencegah trauma, dan manfaat psikologikal (Cobourne & DiBiase, 7

8 2010). Gigi crowded dapat menyebabkan terjebaknya sisa-sisa makanan, sehingga sulit untuk dibersihkan dan menyebabkan oral hygiene menjadi buruk. Perawatan ortodontik dapat memperbaiki gigi pada posisi yang benar, sehingga perawatan ortodontik dapat mencegah terjadinya karies dan penyakit periodontal. Perawatan ortodontik dapat meningkatkan fungsi mastikasi dan fungsi berbicara, karena pada kasus openbite gigi anterior maupun posterior dapat menyebabkan kesulitan dalam mengunyah makanan dan berbicara. Perawatan ortodontik juga dapat mengurangi komplikasi akibat pergeseran mandibula. Crossbite pada gigi posterior yang mengakibatkan pergeseran mandibula, dapat menyebabkan komplikasi pada gangguan sendi temporomandibular (Gill, 2008). b. Risiko perawatan ortodontik Risiko yang ditimbulkan pada perawatan ortodontik dapat berpengaruh pada gigi, periodonsium dan jaringan lunak, serta menyebabkan deklasifikasi enamel, fraktur enamel, resorbsi akar, kerusakan pada pulpa, gingivitis, hilangnya tulang alveolar, ulser pada mulut, reaksi alergi akibat penggunaan braket yang mengandung nikel, gangguan sendi temporomandibular, serta relapse atau berubahnya posisi gigi (Cobourne & DiBiase, 2010). Akumulasi plak disekitar braket ortodontik dan dibawah archwires dapat terjadi jika pasien tidak menjaga kebersihan mulutnya, dan dapat menyebabkan karies. Risiko resorbsi akar, umumnya terjadi pada pasien yang memakai ortodontik cekat. Sekitar 15 persen pasien mengalami kehilangan

9 panjang akar lebih dari 2.5 mm, yang mungkin dalam jangka panjang dapat menyebabkan kehilangan tulang periodontal. Selain itu, dapat menyebabkan gingivitis dan hiperplasia gingiva selama perawatan ortodontik cekat. Jika penyakit periodontal tidak ditangani, maka dapat meningkatkan risiko terjadinya kehilangan tulang alveolar dan resesi gingiva. Pada umumnya pasien merasakan sakit selama pergerakan gigi akibat perawatan ortodontik, dan mengalami ulserasi pada mukosa akibat trauma dari pemakaian alat ortodontik (Gill, 2008). c. Jenis ortodontik Berdasarkan jenis peralatannya, ortodontik diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu peralatan ortodontik lepasan dan peralatan ortodontik cekat (Bhalajhi, 2004). Ortodontik lepasan merupakan peralatan ortodontik yang dapat dilepas oleh pasien untuk pemeliharaan oral hygiene. Peralatan ortodontik lepasan bermanfaat untuk perawatan maloklusi yang sederhana (Gill, 2008). Ortodontik cekat adalah alat yang dipasang di permukaan gigi dan hanya dapat dilepaskan oleh dokter gigi. Keuntungan besar dari ortodontik cekat adalah kemampuan menggerakkan gigi lebih dari satu jenis pergerakan pada waktu yang sama, tidak seperti ortodontik lepasan yang hanya dapat melakukan pergerakan gigi yang sederhana (Bhalajhi, 2004). Perawatan ortodontik cekat dapat digunakan untuk perawatan maloklusi yang kompleks, tetapi memiliki kelemahan yaitu masalah dalam kebersihan mulut pasien (Gill, 2008).

10 Berdasarkan bahan material, braket dibedakan menjadi braket logam dan braket keramik. Braket yang paling banyak digunakan adalah braket yang terbuat dari logam. Keuntungan menggunakan braket logam adalah dapat disterilkan, serta tahan terhadap deformasi dan fraktur. Namun, kerugian braket logam seperti nilai estetik yang kurang baik, dan dapat menimbulkan korosi (Bhalajhi, 2004). Braket Roth dievolusi oleh Ronald H Roth dengan menggunakan kawat lurus yang dapat membantu membentuk fungsi oklusi yang baik dan memberikan hasil ortodontik yang baik. Braket Roth sudah memiliki torque untuk inklinasi gigi, sehingga tidak membutuhkan penekukan kawat (Trevisi, 2007). Komponen dari peralatan ortodontik cekat yaitu braket, archwires, dan auxillaries (Gill, 2008). Braket akan dilekatkan ke gigi menggunakan bahan sementasi (Bhalajhi, 2004). Macam-macam perlekatan yang digunakan untuk perawatan ortodontik cekat, metode perlekatan secara langsung pada gigi disebut bonding dan metode perlekatan pada bands disebut banding. Kelebihan memakai metode bonding antara lain aplikasi lebih cepat dan pemeliharaan oral hygiene yang lebih baik dibandingkan banding (Bhalajhi, 2004). 2. Bahan perekatan braket a. Resin komposit Resin komposit merupakan bahan sementasi braket yang paling umum digunakan (Bulnes, dkk., 2013). Komponen komposit mengandung

11 resin matrik (organik), filler (inorganik), dan bahan coupling (silane). Resin matrik berfungsi untuk mengikat filler, resin matrik yang umum digunakan adalah Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA), Urethane Dimethacrylate (UDMA), dan Trietilen Glikol Dimetakrilat (TEGDMA). Filler merupakan bahan pengisi yang berfungsi sebagai sifat mekanik resin komposit seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan, dan ketahanan abrasi. Silane digunakan untuk mengikat resin matrik dan filler sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik dari resin komposit (Powers & Wataha, 2008). Perlekatan resin komposit diperoleh dengan adanya ikatan mekanik antara bahan restorasi resin komposit dan struktur gigi. Ikatan mekanik diperoleh dengan prosedur etsa asam pada permukaan gigi. Etsa asam dapat melarutkan hidroksiapatit yang dapat menghilangkan prisma enamel (Giannini, dkk., 2014), sehingga etsa asam dapat menghasilkan mikroporositas dan membentuk resin tags yang digunakan sebagai retensi utama resin komposit. Selain etsa asam, aplikasi resin komposit juga membutuhkan dentin bonding dan primer. Dentin bonding berfungsi untuk menggeser cairan dentin sehingga resin komposit dapat berpenetrasi melalui tubulus dentin dan dapat meningkatkan kekuatan ikatan resin komposit. Primer berfungsi untuk menyatukan resin komposit (hidrofobik) dengan dentin (hidrofilik) (Apriyono, 2010). Manipulasi resin komposit dengan cara membuat ikatan antara komposit dan struktur gigi menggunakan etsa asam fosfat 37% dilakukan

12 selama 15 detik. Kemudian etsa asam dicuci dengan air dan dikeringkan. Resin komposit akan berpenetrasi pada permukaan gigi yang sudah di etsa, dan memberikan retensi mikromekanikal. Aplikasi resin pada permukaan gigi yang sudah dipreparasi menggunakan plastis instrumen (Powers & Wataha, 2008). b. Semen ionomer kaca Semen ionomer kaca dikenalkan oleh Wilson dan Kent dengan menggabungkan antara semen silikat dan seng polikarboksilat. Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk yang mengandung kaca aluminosilikat dan cairan yang mengandung polimer dan kopolimer asam akrilik (Powers & Wataha, 2008). Semen ionomer kaca digunakan untuk sementasi restorasi porselen, sementasi band ortodontik, bonding braket ortodonsi, sebagai liners kavitas, restorasi untuk kelas V, sebagai pit dan fissure sealant. Bahan sementasi menggunakan semen ionomer kaca memiliki keuntungan karena dapat menghindari proses etsa asam yang dapat menyebabkan kehilangan mineral pada enamel (Singh, 2007). Keuntungan menggunakan semen ionomer kaca adalah mudah dicampur, kekakuan dan kekuatannya tinggi, melepaskan fluorida (antikariogenik), tahan terhadap kelarutan asam, translusen dan biokompatibel. Namun semen ionomer kaca memiliki kekurangan, yaitu sensitif terhadap kelembaban, waktu kerja pendek, rapuh, dan mudah fraktur (Singh, 2007).

13 Semen ionomer kaca dikategorikan menjadi tiga tipe. Tipe I untuk luting atau bahan pelekat, tipe II untuk bahan restorasi, tipe III untuk liner dan base. Untuk sementasi braket digunakan semen ionomer kaca tipe I (Fraunhofer, 2010). Komposisi dari bubuk yang terkandung dalam semen ionomer kaca antara lain 42 persen silica (SiO2), 28.6 persen alumina (Al2O3), 1.6 persen aluminium fluoride (AlF3), 15.7 persen calciumfluoride (CaF3), 9.3 persen sodium fluoride (NaF), 3.8 persen aluminium phosphate (AlPO4). Komposisi larutan yang terkandung dalam semen ionomer kaca adalah asam poliakrilik, asam tartarik, dan air (Singh, 2007). Asam tartarik yang berfungsi untuk memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek waktu pengerasan (Anusavice, 2003). Perlekatan semen ionomer kaca pada struktur gigi membutuhkan ikatan kimia. Permukaan gigi perlu diaplikasikan dentin kondisioner untuk menghilangkan smear layer pada dentin sehingga bahan semen ionomer kaca dapat berpenetrasi melalui tubulus dentin. Gugus karboksilat (COOH) yang terkandung dalam semen ionomer kaca akan terionisasi dengan melepaskan ion H +. Lalu ion COO - akan berikatan dengan kalsium (Ca + ) yang ada pada gigi, sehingga semen ionomer kaca dapat berikatan dengan struktur gigi. Semen ionomer kaca dapat berikatan dengan dentin melalui ikatan hidrogen yang berikatan pada kolagen pada dentin (Anusavice, 2003). Manipulasi semen ionomer kaca dengan cara mempreparasi permukaan gigi dengan menggunakan bubuk pumice dan sikat polishing

14 untuk membersihkan plak yang ada pada permukaan gigi serta menghapus smear layer. Mengaplikasikan asam poliakrilat 10% selama 10 detik. Setelah itu permukaan gigi dibilas dan dikeringkan, karena jika terkontaminasi dengan air akan menurunkan kekuatan ikatan semen ionomer kaca. Pengadukan semen dengan cara bubuk semen ionomer kaca dibagi menjadi 2 bagian yang sama banyak. Bagian pertama dicampurkan ke dalam larutan dengan cepat menggunakan spatula kaku untuk menghasilkan konsistensi yang homogen. Sisa bubuk kemudian ditambahkan, pencampuran dilakukan dengan metode dilipat untuk melindungi struktur gel. Pencampuran semen ionomer kaca dilakukan sekitar 45 detik. Semen yang sudah dicampur segera aplikasi menggunakan plastis instrumen ke gigi yang sudah dipreparasi permukaannya. Sebelum mengaplikasikan semen ionomer kaca, varnish harus diaplikasikan pada permukaan enamel untuk memudahkan menghapus kelebihan semen (Singh, 2007). 3. Kekuatan tarik Pada perawatan ortodonsi akan terjadi gaya tarik dan geser dari braket yang dilekatkan pada permukaan gigi melalui bahan sementasi. Gaya tarik dan geser tersebut diartikan sebagai stress, dalam bentuk tensile (tarikan), compression (tekanan), dan shear (gesekan). Gaya tarik tersebut dapat diukur kekuatan tariknya menggunakan rumus kekuatan tarik yang didapatkan dari gaya tarik dibagi dengan luas penampang. Kekuatan tarik merupakan tegangan maksimum suatu bahan dapat menahan beban peregangan tanpa ada kerusakan (McGraw-Hill, 2003), kemampuan suatu benda untuk bertahan

15 saat menerima gaya tarik dan gaya yang berasal dari arah tegak lurus terhadap permukaan benda tersebut, contohnya saat terjadi gaya tarik ke arah labial ataupun bukal pada gigi yang digerakkan (Ekasari, dkk., 2014). B. Landasan Teori Perawatan ortodontik bertujuan untuk memperbaiki fungsi gigi dan rahang, serta memperbaiki estetik. Ortodontik dikalsifiaksikan menjadi dua, yaitu ortodontik lepasan dan ortodontik cekat. Ortodontik lepasan adalah alat yang dipasangkan ke dalam mulut dan dapat dilepas oleh pasien. Sedangkan ortodontik cekat adalah alat yang hanya dapat dipasang serta dilepaskan oleh dokter gigi. Salah satu komponen ortodontik cekat adalah braket. Braket dilekatkan pada permukaan gigi menggunakan bahan sementasi yang disebut dengan bonding. Bahan sementasi yang paling umum digunakan adalah resin komposit, dimana dalam aplikasi resin komposit membutuhkan ikatan mekanik yang diperoleh dari etsa asam yang dapat melarutkan hidroksiapatit dan menghasilkan mikroporositas. Etsa asam yang digunakan adalah asam fosfat 37% selama 15 detik. Bahan lain yang dapat digunakan sebagai bahan sementasi braket adalah semen ionomer kaca. Untuk sementasi braket ortodontik menggunakan semen ionomer kaca tipe I. Dalam aplikasi semen ionomer kaca tidak membutuhkan etsa asam, tetapi menggunakan dentin kondisioner untuk menghilangkan smear layer. Dentin kondisioner yang digunakan adalah asam poliakrilik 10% selama 10 detik. Perlekatan semen ionomer kaca

16 dengan struktur gigi dibutuhkan ikatan kimia dan berikatan dengan kalsium yang terkandung dalam struktur gigi. Pengukuran perekatan braket dapat dilakukan uji kekuatan tarik, dimana braket mendapat gaya tegak lurus seperti ke arah labial atau bukal. Uji kekuatan tarik dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM). C. Hipotesis Berdasarkan teori-teori yang sudah dibahas di atas, terdapat perbedaan kekuatan tarik antara bahan sementasi menggunakan resin komposit dengan semen ionomer kaca tipe I yang dilekatkan pada braket Roth.

17 D. Kerangka Konsep Ortodontik cekat Braket Bahan sementasi braket Resin komposit berikatan secara mekanik yang membutuhkan etsa asam untuk melarutkan hidroksiapatit dan membentuk resin tags. Semen ionomer kaca berikatan secara kimiawi yang membutuhkan dentin kondisioner untuk menghilangkan smear layer. Kekuatan tarik Universal Testing Machine

18