BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dua sisi (Sugihasti,2002 :32). Dua sisi yang dimaksud Sugihasti yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat di dalam karya sastra adalah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Kenyataan sosial ini berbentuk homologi, atau merupakan kesamaan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 2012:77) menyebutkan bahwa karya sastra dan karya seni merupakan fakta

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

CITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL RONGGENG KARYA DEWI LINGGASARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa kepada para pembaca. Karya sastra yang dihasilkan bersumber dari pengalaman kehidupan yang dipadukan dengan imajinasi pengarangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi merupakan dua elemen pokok dalam sastra (Hardjana, 1985: 45). Dalam karya sastra, seorang pengarang menuangkan imajinasi dan hasil pikirannya. Pengarang karya sastra dengan leluasa dapat menuangkan isi pikirannya yang berasal dari imajinasi atau pengalaman hidupnya dalam bentuk karya sastra. Karya sastra dengan segala kemampuannya yang merepresentasikan kehidupan seringkali dimanfaatkan pengarang untuk menyampaikan pesan. Pesanpesan yang disampaikan oleh pengarang inilah yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat pembaca. Pengarang dalam menciptakan karyanya senantiasa melibatkan daya imajinasi sehingga karya sastra bukan semata-mata kisah kehidupan nyata seharihari. Imajinasi yang hidup dan mengalir dalam proses penciptaan bergantung pada kepekaan pengarang dalam menangkap fenomena yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu, karya sastra sering dianggap sebagai potret kehidupan masyarakat di sekitar pengarang atau bahkan merupakan kenyataan sosial (Wellek dan Warren, 1993:109). 1

2 Ada tema-tema dalam kenyataan sosial yang timbul berkaitan dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan. Karya sastra yang mengangkat tema berupa masalah keinferioritasan perempuan pada laki-laki dikategorikan sebagai karya sastra feminis. Salah satu genre sastra yang mengungkap ide-ide feminis perempuan adalah novel. Melalui novel, pengarang memberikan berbagai pandangan mengenai kehidupan perempuan dan laki-laki sesuai dengan horizon harapannya. Kritik sastra feminis dapat diterapkan dalam penelitian trilogi novel ini karena pengkajian tentang feminisme pada novel dapat mengungkapkan tentang ide-ide, konsep, atau gagasan tentang feminis yang disampaikan pengarang melalui karyanya. Salah seorang pengarang yang mengangkat isu feminisme melalui karyanya adalah Fira Basuki melalui trilogi novelnya Jendela-Jendela (2001), Pintu (2002), dan Atap (2002). Selain ketiga novel tersebut, Fira Basuki juga telah menerbitkan dua novel lainnya yang berjudul Rojak (2004) dan Biru (2004). Kumpulan cerpennya berjudul Alamak! (2005), Astral Astria (2007), Paris Pandora (2008), Perempuan Hujan (2005), Kapitan Pedang Panjang (2010), serta adaptasi film: Brownies (2004), Cinta dalam Sepotong Roti (2005), dan serial Ms. B: Panggil aku B! (2004), Will U Marry Me! (2005), Jadi Mami (2005), Jangan Mati (2002), dan Cool Cucumber (2007), serta sebuah buku biografi Wimar Witoelar: Hell Yeah! (2007). Dalam penelitian ini, novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap digunakan sebagai objek material penelitian. Pemilihan novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap sebagai objek material penelitian didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap ditulis 2

3 langsung oleh perempuan sehingga diduga mampu menyuarakan aspirasi kaumnya. Kedua, trilogi novel ini memberikan pengetahuan baru cara seorang perempuan merepresentasikan keadaan kaumnya sendiri melalui karya sastra. Ketiga, trilogi novel ini menampilkan lika-liku perjuangan perempuan Indonesia bersuku Jawa yang menjalankan kehidupan sehari-hari di luar negeri dengan latar belakang yang sangat berbeda dengan kehidupan asal tokohnya. Keempat, novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap diteliti karena citra perempuan di dalamnya berpijak pada penyuaraan perempuan sehingga dapat menjadi subjek kehidupan. Penggunaan kritik sastra feminis didasarkan pada salah satu konsep bahwa novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap ini memuat ide-ide feminis. Sebagai objek formal, kritik sastra feminis yang cocok diterapkan untuk menganalisisnya ialah kritik sastra feminis perspektif Ruthven. Kritik sastra feminis ini mengandung berbagai asumsi praktik kritik feminis yang berusaha mengulas unsur perempuan di dalam karya sastra. Salah satunya ialah mengungkap peran perempuan dalam karya sastra. Peran ini akan memunculkan citra perempuan dalam karya sastra melalui pemahaman teori images of women. Adapun penggunaan teori-teori feminis lain merupakan alat bantu pemaknaan karya sastra yang berperspektif feminis. 1.2 Rumusan Masalah Terkait latar belakang penelitian, ada tiga masalah yang dikemukakan dalam penelitian berdasarkan pembacaan novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap.

4 a. Identifikasi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki yang memiliki potensi bersikap profeminis dan kontrafeminis dalam trilogi novel Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap b. Peran dan citra perempuan yang terdapat dalam novel trilogi Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap. c. Ide-ide feminis yang diungkapkan oleh pengarang dalam novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yakni tujuan teoretis dan praktis. Secara teoretis penelitian ini pertama-tama bertujuan menerapkan teori feminisme Ruthven dalam menganalisis karya yang diduga mengandung unsur feminisme di dalam trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Pertama, mengidentifikasi tokoh perempuan dan tokoh laki-laki yang memiliki potensi bersikap profeminis dan kontrafeminis. Kedua, mengetahui citra dan peran perempuan yang direpresentasikan melalui tokoh-tokohnya. Ketiga, mengetahui ide-ide feminis yang dikemukakan pengarang dalam trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Selain itu, secara praktis penelitian ini bertujuan untuk, pertama sebagai bentuk apresiasi terhadap novel, khususnya trilogi novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap karya Fira Basuki. Kedua, sebagai suatu wujud sumbangan pemikiran dalam memahami novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap dengan menggunakan teori kritik sastra feminis perspektif Ruthven. Ketiga, memberikan gambaran yang komprehensif tentang identifikasi tokoh, citra perempuan, dan ide-ide feminis yang termuat dalam karya-karya Fira Basuki. Keempat, penelitian ini diharapkan dapat

5 memberikan sumbangan pemikiran mengenai studi perempuan, terutama representasi perempuan di dalam karya sastra. Kelima, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat dan pembaca untuk mengetahui pemahaman ragam kritik sastra feminis perspektif Ruthven beserta aplikasinya. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kesamaan objek material dan pengaplikasian teori atau objek formal. Untuk melengkapi, menyempurnakan, dan membuktikan keaslian penelitian ini, peneliti mengadakan peninjauan terhadap beberapa penelitian mengenai peran dan citra perempuan, serta ide-ide feminis sebelumnya. Penelitian novel trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap secara menyeluruh menggunakan kritik sastra feminis perspektif Ruthven dengan memfokuskan analisis pada identifikasi tokoh, peran, dan citra belum dilakukan. Akan tetapi, novel Jendela-Jendela dan Pintu pernah dikaji dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Penelitian pertama adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Prosa Lirik Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki Karya Toeti Heraty: Analisis Kritik Sastra Feminis Ruthven yang ditulis oleh Dwi Purwanti (2009). Penelitian ini menggunakan teori kritik sastra feminis Ruthven untuk menganalisis karya dari Toeti Heraty. Penelitian ini menunjukkan bahwa budaya patriarki masih sangat melekat dan membayangi para perempuan. Melalui prosa lirik Calon Arang, pengarang menyelipkan ide-ide mengenai perlawanan perempuan dalam menghadapi berbagai opresi yang dialaminya.

6 Melalui peran-peran yang dimunculkan, perempuan dicitrakan sebagai sosok yang mampu melakukan perlawanan terhadap budaya patriarki yang membelenggunya. Penelitian kedua adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Citra Perempuan Suku Dani dalam Novel Etnografi Sali, Kisah Seorang Wanita Suku Dani Karya Dewi Linggasari: Analisis Kritik Sastra Feminis Ruthven yang ditulis oleh Devita Hermawati (2014). Sama seperti penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan teori kritik sastra feminis Ruthven. Akan tetapi, objek material yang digunakan berbeda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa novel etnografi SKSWSD mengangkat problematika hidup perempuan di tengah sistem patriarki. Tokoh perempuan dalam novel telah bergerak melakukan tindakan yang memprotes ketidakadilan gender yang diterimanya, tidak hanya sebatas ide atau wacana feminisme. Penelitian ketiga adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Analisis Struktural Novel Pintu Karya Fira Basuki yang ditulis oleh M. Hafiz Musli (2005). Penelitian ini menggunakan teori struktural menurut Robert Stanton. Penelitian keempat adalah skripsi Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada berjudul Tema dan Fakta Cerita dalam Novel Jendela-Jendela Karya Fira Basuki. Penelitian ini ditulis oleh Debora Manja Joy (2007). Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh M. Hafiz Musli, penelitian dalam skripsi ini menggunakan teori struktural Robert Stanton.

7 Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penelitian dengan menggunakan analisis kritik sastra feminis pada trilogi novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap dan memfokuskan kepada analisis pada identifikasi tokoh, citra, dan ide-ide feminisme belum pernah dilakukan. 1.5 Landasan Teori Kritik sastra menurut Pradopo (2007: 185) memiliki tiga kegunaan yaitu untuk perkembangan sastra, untuk penerangan pembaca, dan untuk keilmuan sastra sendiri. Kritik sastra feminis merupakan kritik yang berusaha mencari jejak representasi perempuan di dalam karya sastra. Dalam hal ini, kritik sastra feminis tentu berguna untuk diterangkan kepada pembaca yang membutuhkan pencerahan terhadap praktik-praktik bias gender di dalam kehidupan masyarakat atau bahkan kehidupan pribadinya sendiri. Secara leksikal, feminisme merupakan gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki (KBBI, 2008:410). Fakih (2003:79) mendefinisikan feminisme sebagai gerakan yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitas, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut. Feminisme menurut Geofe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2002:18) ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan sosial atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Feminisme menurut Fakih (2003:13) merupakan gerakan

8 yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran tentang adanya ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan dan diharapkan perwujudan dalam tindakan yang dilakukan baik oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut (Sofia dan Sugihastuti, 2003:13). Feminisme berbeda dengan emansipasi. Emansipasi lebih menekankan kepada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan hak serta kepentingan mereka yang dinilai tidak adil, sedangkan feminisme memandang bahwa perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam berbagai gerakan (Sofia dan Sugihastuti, 2003:24). Gerakan feminisme berangkat dari ketimpangan gender antara perempuan dan laki-laki. Gender dipahami berbeda dengan seks. Gender didefinisikan sebagai perbedaan tingkah laku antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk melalui proses sosial dan kultural yang panjang (Fakih, 2003:71 72), sedangkan seks adalah perbedaan biologis atau jenis kelamin. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta sederajat dengan lakilaki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari

9 lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga (Djajanegara, 2000:4) Sesuai dengan perkembangannya, feminisme mempunyai beberapa aliran pemikiran. Empat aliran pemikiran yang utama adalah feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme marxis, dan feminisme sosialis. Feminisme liberal merupakan gerakan feminisme yang bergerak melalui kerangka berpikir kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu, termasuk kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu, termasuk kesempatan dan hak kaum perempuan (Fakih, 2006:81). Feminisme radikal merupakan gerakan feminisme yang bergerak melalui pemahaman bahwa sistem seks/gender yang dibentuk melalui ideologi patriarki adalah penyebab fundamental dari penindasan terhadap perempuan (Tong, 2006:48). Konsepsi seks dan gender memiliki pemahaman yang berbeda. Feminisme menjelaskan bahwa seks atau jenis kelamin merupakan kategori biologis, sedangkan gender merupakan makna kultural yang dihubungkan dengan identitas jenis kelamin (Ruthven, 1984:8). Feminisme radikal cenderung melihat keadaan perempuan melalui sistem seks. Sistem seks adalah suatu rangkaian pengaturan yang digunakan oleh masyarakat untuk mentransformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia. Sistem seks dalam masyarakat patriarki juga berfungsi menanamkan ideologi domestikisasi. Domestikisasi merupakan usaha penanaman pola pikir tradisional yang menyatakan bahwa tempat perempuan adalah di dalam rumah (Ruthven, 1984:32).

10 Feminisme marxis berpendapat bahwa penindasan perempuan merupakan bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Persoalan perempuan diletakkan dalam kerangka pemikiran kapitalisme (Fakih, 2006:170). Penindas pertama perempuan sebagai pekerja adalah modal dan laki-laki adalah penindas sekunder terhadap perempuan. Feminisme marxis bertujuan menjadikan kemandirian dan kesejahteraan ekonomi perempuan sebagai pusat perhatian, dan memfokuskan pada persilangan antara perempuan sebagai pekerja dan posisi perempuan di dalam keluarga (Tong, 2006:168). Feminisme sosialis merupakan hasil dari ketidakpuasan dari feminis marxis yang tidak mengikutsertakan gender dan ideologi patriarki sebagai penyebab penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu, feminisme sosialis hadir sebagai gerakan feminisme yang bergerak melalui pencampuran analisis patriarki dan analisis kelas guna melawan penindasan terhadap perempuan. Feminis sosialis mulai dikenal pada tahun 1970-an. Feminis sosialis merupakan aliran yang menganggap bahwa ketidakadilan gender yang dialami perempuan merupakan gabungan antara patriarki dan kapitalisme. Feminisme sosialis mengklaim bahwa kehancuran kapitalisme harus diiringi oleh kehancuran patriarki dan hubungan material, serta ekonomi manusia tidak dapat berubah kecuali diikuti perubahan sosial (Tong, 2006:175). Teori sosial feminis memberikan perhatian dalam memahami ketidaksetaraan yang mendasar antara laki-laki dan perempuan, serta memahami kekuasaan laki-laki atas perempuan (Jackson, 2009: 21). Hal inilah yang menjadikan perempuan inferior dalam semua kelas.

11 Aliran feminis sosialis beranggapan bahwa kunci utama pembebasan perempuan adalah penghancuran budaya patriarki serta sistem kapitalisme yang mendominasi perempuan (Fakih, 2003: 91). Cara pandang kritik feminis sosialis adalah analisis sosial, yang memandang bahwa sistem sosial harus diubah. Pengkritik feminis sosialis mencoba mengungkapkan bahwa kaum wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas (Djajanegara, 2000:30). Kaum feminis harus memperhatikan dua hal penting ketika menghadapi teks-teks sastra (Ruthven, 1984:90). Pertama, terkait dengan proses pembacaan. Kedua, terkait dengan kecenderungan ideologis pada proses pembacaan. Makna tidak tertanam begitu saja dalam teks. Akan tetapi, makna merupakan produk yang dihasilkan dari pembacaan teks. Kebenaran interpretasi bersifat tidak pasti karena terbatas pada komunitas pembaca tertentu. Feminisme sepakat dengan alur pemikiran ini. Dalam kritik sastra feminis, tugas peneliti bukanlah mencari makna teks sesuai dengan kondisi teks tersebut lahir, melainkan mencari makna baru sesuai dengan zaman ketika teks-teks tersebut dibaca (Ruthven, 1984:91). Analisis kritik sastra feminis dalam trilogi Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap tidak terlepas dari konsep feminisme sebagai pendekatan analisis. Konsep feminisme digunakan sebagai alat bantu pemahaman kritik feminis terhadap karya sastra yang dijadikan objek kajian. Dalam usaha mengkritisi karya sastra bernilai feminis diperlukan usaha kritik lain yaitu kritik sastra feminis perspektif Ruthven. Kritik sastra feminis perspektif Ruthven memberikan alternatif lain dalam menelaah label perjuangan perempuan dalam karya sastra. Kritik sastra feminis menurut Ruthven (1984:4) berasal dari istilah kritik sastra feminis yang dipahami

12 dengan pembagian istilah ke dalam tiga frasa kritik sastra feminis. Kritik merupakan praktik diskursif yang bertujuan untuk menjelaskan dan mengevaluasi karya sastra. Sastra merupakan kumpulan teks yang memiliki nilai kesastraan. Oleh karena itu, istilah kritik sastra feminis yang dijelaskan melalui kritik sastra feminis lebih terang karena mengandung makna sebagai bentuk sekunder yang mengevaluasi dan menilai bentuk primer berlandaskan suatu teori. Praktik kritik sastra feminis menurut perspektif Ruthven (1984:19) memiliki berbagai ragam pendekatan, salah satunya adalah sosiofeminis. Sosiofeminis adalah praktik feminis yang mengulas peran perempuan di masyarakat dengan pijakan teks-teks sastra atau diulas sebagai citra perempuan. Pendekatan sosiofeminis meneliti praktik signifikasi yang mengodifikasikan dan mengklasifikasikan perempuan dengan berpegang pada semiotika atau ilmu tandatanda sehingga perempuan sampai dibebani peran-peran tertentu dalam masyatakat. Berbagai kritik feminis pada intinya tetap memiliki persamaan tujuan untuk mengakhiri dominasi laki-laki. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Andrea Dworkin (Ruthven, 1984:6) bahwa pekerjaan utama feminis adalah mengakhiri dominasi laki-laki, meskipun untuk melakukannya diperlukan usaha yang tidak mudah. Hal tersebut terjadi karena feminisme harus merobohkan bangunan budaya yang sudah ada dan mengakar di tengah-tengah masyarakat. Feminisme juga harus merobohkan seluruh pencitraan, institusi, tradisi, dan kebiasaan yang menempatkan perempuan sebagai korban yang tidak berharga dan tidak disadari. Keragaman pandangan feminisme dan praktik kritik sastra feminis juga merupakan upaya membongkar androsentrisme dalam masyarakat. Androsentrisme

13 merupakan pandangan yang menilai bahwa laki-laki adalah jenis kelamin pertama dan perempuan adalah jenis kelamin kedua (Ruthven, 1984:50). Andro berasal dari bahasa Yunani yang berarti laki-laki. Dalam hal ini juga terkandung pandangan yang terpusat pada laki-laki (Ruthven, 1984:1 2). Salah satu cara untuk melihat bias androsentrisme dalam budaya patriarki adalah karya sastra (Ruthven, 1984:71). Ruthven (1984:24) juga mengemukakan bahwa teori feminis diharapkan mampu membuka pandangan-pandangan baru dengan jalan mengungkap komponen gender, terutama yang berkaitan dengan karakter-karekter perempuan dalam karya sastra. Pandangan-pandangan tersebut diharapkan menghasilkan pengetahuan baru yang mempertautkan sastra dengan kondisi dan situasi masyarakat tempat lingkungan sastra tersebut lahir. Sesuai dengan pengertian tersebut, kritik sastra feminis adalah usaha untuk melihat bagaimana perempuan memandang dirinya di masyarakat dan budaya tempat ia lahir, bagaimana teks terwujud melalui relasi gender dan perbedaan sosial. Selain menunjukkan bagaimana wujud representrasi perempuan, kritik juga berusaha menggali bagaimana potensi perempuan dilukiskan di tengah kekuasaan dominasi budaya patriarki dalam karya sastra (Ruthven, 1984:40 50). Kerja kritik ini adalah meneliti karya sastra dengan melacak ideologi yang membentuknya dan menunjukkan perbedaan antara yang dikatakan oleh karya dengan yang tampak dari sebuah pembacaan yang teliti (Ruthven, 1984:32). Lebih lanjut, Ruthven (1984:55) menggunakan tingkatan graphireader dalam melakukan pembacaan terhadap karya sastra. Tingkatan graphireader adalah pembacaan yang tidak menghubungkan sang pengarang dengan teks karena setiap kata dalam teks diyakini sebagai sumber makna.

14 Salah satu bentuk kritik sastra feminis yang fokus terhadap masalah tersebut adalah images of women. Kritik ini dianggap sebagai salah satu jenis sosiologi. Lebih lanjut, Ruthven (1984:70 71) menjelaskan hal itu sebagai pendekatan praktik sosio-feminis. Konsep tersebut menjelaskan bahwa teks sastra dapat digunakan sebagai bukti untuk melihat jenis dan bentuk peran yang disediakan untuk perempuan. Ada tujuan yang berlawanan dan berkaitan dengan pemberian peran tersebut. Di satu sisi, ada keinginan untuk mengungkapkan sifat representasi stereotip yang menindas. Di sisi lain, peran tersebut memberikan peluang untuk berpikir tentang perempuan dengan membandingkan bagaimana perempuan sebenarnya dan perempuan yang direpresentasikan oleh produk-produk budaya. Keberatan-keberatan yang menyatakan bahwa kritik images of women adalah membosankan merupakan suatu hal yang mudah dipatahkan karena sebuah kualitas kritik ditentukan oleh banyaknya bacaan yang melatarbelakanginya (Ruthven, 1984:74). Perempuan dalam images of women tidak hanya dibicarakan sebagai subjek, tetapi juga dalam hubungannya dengan dunia medis, hukum, biologi, psikoanalisis, dan sebagainya. Dengan demikian, penelitian images of women ini merupakan usaha transdisipliner yang menempatkan perempuan sebagai jenis interteks yang ditulis dalam hubungan dengan berbagai hal. Oleh karena itu, pembicaraan yang baik dalam mencitrakan perempuan tergantung pada representasi yang dipilih untuk mewakilinya. Pembicaraan ini menggunakan bantuan ideologi feminis yang mengklasifikasikan beberapa citra perempuan (Ruthven, 1984:75). Selanjutnya, dalam kritik sastra feminis dilakukan eksplorasi terhadap aspek kebahasaan pengarang sebagai hal penting untuk menemukan bias gender dalam bahasa yang

15 sering merugikan kaum perempuan. Hal tersebut juga dipertegas oleh Showalter (1985:255), menurutnya tugas kritik sastra feminis adalah mengonsentrasikan pada penggunaan bahasa yang terdapat dalam susunan leksikal dari kata-kata yang dipilih atau hal yang menentukan nilai ideologis atau kultural pada ekspresi yang digunakan. 1.6 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja untuk memahami objek kajian penelitian. Melalui metode penelitian, diharapkan masalah-masalah yang diirumuskan dapat terselesaikan. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2008:53). Melalui metode ini dihasilkan data-data deskriptif yang tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Secara keseluruhan dalam penelitian ini dilakukan dalam langkah-langkah sebagai berikut. a. Menentukan novel yang dijadikan objek material penelitian yaitu trilogi Jendela-Jendela (2001), Pintu (2002), dan Atap (2002) karya Fira Basuki, masing-masing novel merupakan cetakan ke-10. b. Menentukan objek formal penelitian, yaitu kritik sastra feminis perspektif Ruthven. c. Merumuskan dan menetapkan masalah pokok penelitian. d. Melakukan studi pustaka dengan mencari referensi yang mendukung penelitian.

16 e. Menemukan dan menganalisis identitas tokoh dalam trilogi novel Jendela- Jendela, Pintu, dan Atap. f. Menemukan dan menganalisis peran dan citra perempuan yang digambarkan di dalam trilogi novel tersebut. g. Menemukan dan menganalisis ide-ide feminis yang diungkapkan pengarang. h. Menyimpulkan hasil penelitian. Dalam hal mencermati pemikiran Ruthven (1984:70 75) mengenai citra perempuan, langkah penelitian sastra dengan pendekatan feminis adalah sebagai berikut. Mengidentifikasi tokoh perempuan di dalam sebuah karya sastra. Selanjutnya mencari kedudukan tokoh-tokoh tersebut dalam berbagai hubungan, tidak harus dengan laki-laki, melainkan menekankan pada identitasnya dalam lingkungan, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian, penelitian ini juga memperhatikan pendirian serta ucapan para tokoh perempuan lain. Apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dikatakan oleh tokoh perempuan akan banyak memberikan keterangan tentang tokoh tersebut. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Sistematika laporan penelitian ini disusun dalam lima bab. Pembagian bahasan tiap-tiap bab tersebut adalah sebagai berikut. Bab I berisi pengantar yang memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab II berisi deskripsi dan identifikasi tokoh yang memuat identifikasi tokoh dalam

17 novel Jendela-Jendela, identifikasi tokoh dalam novel Pintu, dan identifikasi tokoh dalam novel Atap. Bab III berisi citra dan peran perempuan dalam novel yang diungkapkan oleh pengarang dalam novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Bab IV memuat ide-ide feminis dalam novel Jendela-Jendela, Pintu, dan Atap. Bab V kesimpulan.