BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian yang berkaitan dengan pengkajian feminisme dan objek penelitian penulis, yaitu novel Isinga (2015) karya Dorothea Rosa Herliany. Penelitian atau jurnal mengenai feminisme yang pertama adalah jurnal yang ditulis oleh Farah Dina, Agus Nuryatin, dan Suseno pada Jurnal Sastra Indonesia No.2 Vol.1 bulan September 2013 yang berjudul Representasi Ideologi Patriarki dalam Novel Tanah Tabu Kajian Feminisme Radikal diterbitkan oleh Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Jurnal ini membicarakan mengenai tokoh-tokoh perempuan dalam novel Tanah Tabu karya Anindhita S. Thayf yang menggambarkan sikap radikal. Penelitian ini mendeskripsikan tentang representasi dan perlawanaan terhadap ideologi patriarkat dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Berdasarkan metode tersebut, kesimpulan dari penelitian ini adalah representasi ideologi patriarkat dalam novel Tanah Tabu mencakup kekerasan, diskriminasi, dan subordinasi terhadap perempuan. Perlawanan yang dilakukan adalah dengan cara meninggalkan rumah dan dengan tidak menikah lagi. Tokoh perempuan yang menjadi tokoh utama dalan novel Tanah Tabu adalah Mabel, yaitu seorang perempuan paruh baya yang menentang penindasan terhadap perempuan. Mabel 10

2 11 memperjuangkan hak sebagai perempuan untuk menyetarakan haknya dengan laki-laki dan tidak ingin selalu menjadi objek laki-laki dalam hal rumah tangga maupun politik. Mabel dianggap sebagai sosok perempuan yang kuat dan tegas, dia juga dianggap sebagai penggerak feminisme di kampungnya. Selain Mabel, tokoh lain yang pro dengan Mabel adalah Mace, Leksi, Mama Helda, dan Yosi. Setelah suami Mabel meninggal, dia memutuskan untuk tidak menikah lagi dan hidup bersama menantu dan cucunya, tanpa seorang laki-laki satupun. Mabel beranggapan bahwa tanpa seorang laki-laki pun perempuan dapat mengembangkan dirinya untuk berkarier dan mencari nafkah sendiri. Penelitian feminisme yang kedua adalah penelitian yang ditulis oleh Ferdiana Anggraini Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012 yang berjudul Citra Perempuan Papua dalam Novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf (Kajian Feminisme). Penelitian ini memfokuskan kajian pada citra perempuan yang terdapat dalam novel Tanah Tabu. Penelitian ini lebih mendeskripsikan struktur cerita dalam novel Tanah Tabu, seperti alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Selanjutnya, kajian difokuskan pada representasi citra perempuan dalam novel tersebut yang mendapat kesimpulan tentang tiga kategori citra perempuan, yaitu citra fisik, citra psikis, dan citra sosial. Penelitian feminis yang selanjutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Aulia Nurul Falah jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2014 yang berjudul Ketidakadilan Gender dalam Novel Galaksi Kinanthi Karya Tasaro GK: Tinjauan Kritik Sastra Feminis. Penelitian ini mengkaji mengenai permasalahan ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh Kinanthi dalam novel Galaksi Kinanthi. Ketidakadilan

3 12 gender merupakan salah satu permasalahan dalam ranah feminis yang saat ini banyak diperbincangkan. Membicarakan ketidakadilan gender tidak terlepas dari sistem patriarkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentukbentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh Kinanthi dan wujud perjuangan Kinanthi dalam menyetarakan gender. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang memfokuskan pada metode analisis isi. Dasar pelaksanaan metode analisis ini adalah penafsiran artinya metode ini memberikan perhatian terhadap isi pesan. Oleh karena itu, metode analisis isi dilakukan dalam dokumendokumen yang padat isi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini melalui kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respon atas berkembangnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah ketidakadilan gender yang dialami tokoh Kinanthi terjadi dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan fisik dan psikis, dan beban kerja. Wujud perjuangan tokoh Kinanthi dalam menyetarakan gender dilakukan dengan berbagai macam cara agar mendapat pengakuan dari segi pendidikan, sosial, dan ekonomi. Skripsi yang ditulis oleh Christina Diah Kumalasari (2011), Fakultas Ilmu Budaya UGM berjudul Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan Gender dalam Novel Ronggeng karya Dewi Linggasari: Analisis Kritik Sastra Feminis. Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis sosialis sebagai teori dasar untuk menganalisis objek kajiannya berupa salah satu novel karya Dewi Linggasari, yaitu novel Ronggeng. Novel Ronggeng karya Dewi Linggasari diasumsikan

4 13 banyak menampilkan ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh perempuan dalam relasi terhadap tokoh laki-laki. Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis sosialis yang bertujuan untuk membongkar ketidakadilan gender yang diterima tokoh perempuan dari kungkungan budaya patriarkat. Alasan dipilihnya kritik sastra feminis sosialis untuk menganalisis novel Ronggeng karena tokoh perempuan dalam novel diperlakukan tidak adil atau tersubordinasi dan ditemukannya ide-ide feminis dalam novel tersebut. Melalui identifikasi tokoh, terdapat tokoh-tokoh yang profeminis dan kontrafeminis. Selain itu, jurnal penelitian yang ditulis oleh Hosniyeh, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia dalam NOSI Vol. 3, No. 2 berjudul Tokoh Utama dalam Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra tokoh utama perempuan dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Sejalan dengan itu, ada tiga pokok yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) untuk mengetahui citra diri tokoh utama perempuan, (2) untuk mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga, dan (3) untuk mengetahui peran sosial tokoh utama perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kegiatan analisis data dimulai dari pembacaan secara kritis terhadap sumber data, identifikasi data, penyajian data, dianalisis menggunakan teori feminisme sosialis, dan penyimpulan data. Adapun hasil penelitian tersebut adalah: pertama, citra diri tokoh utama perempuan dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany ini menunjukkan bahwa tokoh utama perempuan rela mengorbankan seluruh hidupnya untuk kepentingan perdamaian kedua perkampungan, walaupun secara fisik dan psikis

5 14 dia selalu tersiksa, dia tetap menjalankannya demi keharmonisan dan kedamaian kedua perkampungan tersebut. Citra diri direpresentasikan dengan keadaan fisik yang menggambarkan tentang perubahan fisik seorang tokoh cerita sehingga dapat dilihat dari ekspresi dan tingkah laku tokoh dalam alur cerita novel tersebut. Keadaan psikis direpresentasi oleh tokoh perempuan utama yang menggambarkan perasaan dan pikiran yang dialami seperti senang, sedih, dan kerinduan. Citra fisik yang terdiri dari anggota tubuh, sikap dan kebiasaan tokoh utama perempuan, sedangkan citra psikis terdiri dari perasaan dan ingatan dari tokoh utama perempuan. Kedua, peran sosial tokoh utama perempuan dalam keluarga dan dalam masyarakat. Dalam keluarga berperan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai ibu rumah tangga. Dalam masyarakat dia selalu aktif dalam masyarakat dan ingin memajukan tempat di mana dia tinggal, baik dari segi ekonomi, dan pendidikan. Dia juga selalu memperjuangkan nasib para perempuan, dan remaja. Hal ini menggambarkan bahwa citra peran tokoh utama perempuan dapat berperan aktif baik dalam keluarga dan dalam masyarakat. Dia dapat menjalankan kedua perannya tersebut tanpa harus mengabaikan salah satunya. Penelitian selanjutnya berjudul Ketidakadilan Gender dalam Novel Sali Karya Dewi Linggasari yang ditulis oleh Elfa Fithriyana, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah, yaitu 1) bagaimana keterjalinan unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel Sali karya Dewi Linggasari yang meliputi tema, tokoh dan perwatakan, latar, serta konflik; 2) bagaimana aspek-aspek ketidakadilan gender dalam novel Sali karya Dewi Linggasari meliputi marginalisasi, stereotip,

6 15 subordinasi, kekerasan, dan beban kerja. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis dari penelitian tersebut menunjukkan keadaan atau suasana yang dialami oleh tokoh. Tokoh Liwa mengalami keadaan yang benar-benar berada pada posisi psikis paling rendah. Tema mayor adalah seorang wanita yang putus asa karena terbelenggu adat menyebabkan dirinya menyerah pada kehidupan. Sedangkan tema minor yaitu, bentuk perlawanan kepada adat, kepala keluarga yang tunduk pada adat. Analisis pragmatik yang dititikberatkan pada ketidakadilan gender meliputi: marginalisasi, subordinasi, sterotip, kekerasan, dan beban kerja. Marginalisasi dialami oleh tokoh Liwa. Marginalisasi juga dialami oleh perempuan-perempuan suku Dani. Subordinasi dilakukan oleh Ibarak kepada Liwa. Subordinasi juga dialami oleh Gayatri yang dianggap lemah. Sterotip dilakukan oleh Kugara kepada Lapina. Lapina dianggap sebagai budak setelah dibayar dengan 20 ekor babi. Sterotip juga dilakukan Ibarak kepada Liwa. Kekerasan meliputi bentuk pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk dalam rumah tangga yang dilakukan Kugara terhadap Lapina, tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi di rumah tangga yang dilakukan Ibarak terhadap Liwa. Bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ kelamin tidak terdapat bentuk penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin, kekerasan dalam bentuk pelacuran dilakukan Ibarak kepada Liwa, kekerasan dalam bentuk pornografi dilakukan Ibarak kepada Liwa. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Endah Susanti (Staff Pengajar di SMP Muhammadiyah Malang) dalam Jurnal Artikulasi Vol. 10, No. 2 yang berjudul Analisis Ketidakadilan Gender Pada Tokoh Perempuan

7 16 dalam Novel Kupu-Kupu Malam Karya Achmad Munif. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini: 1) bagaimana bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan yang dialami tokoh perempuan dalam novel Kupu-kupu Malam karya Achmad Munif? 2) bagaimana bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi yang dialami tokoh perempuan dalam novel Kupu-kupu Malam karya Achmad Munif? Kekuasaan perempuan sebagai kekuasaan inferior, memaksa perempuan melakukan apa saja yang diminta oleh kaum laki-laki sebagai kaum patriarkat. Hasil analisis menunjukkan bahwa subordinasi dan stereotip membuat perempuan mendapatkan perlakuan semena-mena, karena adanya anggapan bahwa kekuasaan terbesar ada pada kaum laki-laki dan perempuan harus tunduk terhadap laki-laki. Perempuan yang dianggap lemah dan tidak mampu melakukan segala sesuatunya sendiri, membuat perempuan selalu bergantung dan mengakibatkan anggapan bahwa perempuan tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin. Asumsi bahwa perempuan bersolek dalam rangka memancing lawan jenisnya mengakibatkan setiap kasus kekerasan seksual atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan label semakin merendahkan kedudukan perempuan. Maka, akan semakin diindahkannya kesempatan yang dimiliki perempuan di dalam masyarakat karena merasa dinomorduakan dan tidak dianggap penting. Marginalisasi membuat kedudukan perempuan inferior dan berdampak pada pekerjaan perempuan yang tidak terlalu bagus (baik dari gaji, jaminan kerja, status pekerjaaan). Dwi Purwanti (2009), Fakultas Ilmu Budaya UGM dengan penelitiannya yang berjudul Prosa Lirik Calon Arang: Kisah Perempuan Korban Patriarki karya Toeti Heraty. Berdasarkan hasil dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa dalam prosa lirik Calon Arang terdapat ide-ide feminis yang terbentuk

8 17 karena kehidupan masyarakat patriarkat yang menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai oposisi dan relasi, opresi dominasi laki-laki, dan budaya patriarkat yang menyebabkan tindak kekerasan fisik dan psikis terhadap perempuan. Dengan menggunakan kritik sastra feminis Ruthven, dapat disimpulkan bahwa masyarakat patriarkat telah menempatkan perempuan dalam pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ideologi domestikisasi telah membentuk citra perempuan sebagai penghuni rumah. Simpulan penelitian tersebut dapat diperoleh dari hasil identifikasi karakter tokoh perempuan dan tokoh laki-laki terhadap ide-ide feminis, bentuk-bentuk opresi terhadap perempuan, dan citra perempuan dalam prosa lirik. Penelitian yang berjudul Analisis Ketidakadilan Gender dalam Novel Namaku Hiroko karya N.H. Dini: Sebuah Kajian Sastra Feminis ditulis oleh Siska, Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Penelitian ini mengungkap bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam novel Namaku Hiroko karya N.H Dini yang ditinjau melalui pendekatan feminisme. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Namaku Hiroko didapatkan ketidakadilan gender yang termanisfestasikan ke dalam 5 bentuk yakni (1) marginalisasi: proses pemiskinan yang terjadi di rumah tangga yang menimpa Natsuko dan ibu oleh ayahnya, (2) streotype: menganggap bahwa perempuan mudah digoda dengan materi (materialistis), dan perempuan yang berbadan gemuk terlihat jelek, (3) subordinasi: kedudukan perempuan yang lebih lebih rendah dari laki-laki yang terjadi dalam sektor rumah tangga yang menimpa majikan Hiroko, dan keluarga Natuko, (4) kekerasan: kekerasan langsung yakni

9 18 tekanan fisik yang dialami oleh Hiroko berupa pemukulan yang dilakukan oleh suami majikan Hiroko kepada istrinya, pelacuran (prostitution) yang menimpa pelayan di bar, kekerasan terselubung yang menimpa Hiroko yang dilakukan oleh suami majikannya, dan kekerasan tidak langsung yang menimpa para pelayan bar yang dilakukan oleh pelanggan, dan (5) beban ganda: pekerjaan yang ditanggung oleh Hiroko sebagai pembantu, dan Emiko yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang ditulis oleh Fitria dalam jurnal ATAVISME, Vol. 17, No. 2, Desember 2014, Kantor Bahasa Provinsi Jambi. Penelitian tersebut berjudul Perspektif Gender dalam Novel Kapak Karya Dewi Linggasari. Penelitian ini mengkaji perspektif gender yang terdapat dalam novel Kapak (2005) karya Dewi Linggarsari dengan menggunakan kritik sastra feminis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel Kapak karya Dewi Linggarsari, diterbitkan pada tahun 2005 oleh penerbit Kunci Ilmu, Yogyakarta. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah perspektif gender yang terdapat dalam novel Kapak karya Dewi Linggarsari berupa ketidakadilan gender dan kesetaraan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh wanitanya Mika, Yemnen, dan dokter Astrid. Ketidakadilan gender terlihat adanya subordinasi dan tindakan kekerasan terhadap tokoh wanita Yemnen dan Mika. Wanita dianggap rendah karena tidak dapat melepaskan diri dari kesewenangan laki-laki, kecuali anak perempuan kepala perang. Di dalam budaya Asmat kedudukan wanita yang bukan anak kepala perang tidak boleh membantah apa yang dilakukan kaum pria terhadapnya, akibatnya wanita Asmat mengalami kekerasan psikologi dan fisik.

10 19 Kekerasan psikologi terlihat dalam ketidakberdayaan wanita yang dimanfaatkan kaum laki-laki dengan membawa dua sampai tiga istri dalam satu rumah. Hal ini diperlihatkan tokoh Mundus dengan membawa seorang wanita yang bernama Upra yang telah dikawininya ke rumah Mika istri pertamanya. Sementara itu, kekerasan fisik terjadi karena mereka menganggap laki-laki adalah seorang yang kuat dan perkasa, sedangkan wanit adalah kaum yang lemah. Kelemahan perempuan inilah yang telah dimanfaatkan laki-laki untuk melakukan kekerasan berupa tamparan, pukulan, tendangan, cengkeraman, dan injakan terhadap tokoh wanita yang bernama Mika. Sementara itu, kesetaraan gender yang ditemukan dalam novel Kapak menunjukkan adanya persamaan hak bagi kaum wanita yang bisa menghindarkannya dari ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender diperlihatkan dengan adanya aturan adat yang melindungi wanita dan pendidikan untuk wanita. Ada satu upacara adat khusus wanita, pada upacara adat ini wanita bebas melakukan tindak kekerasan terhadap suaminya sebagai aksi balas dendam terhadap perilaku suaminya. Dokter Astrid yang ditampilkan dalam novel ini menunjukkan bahwa wanita bukanlah makhluk lemah yang hanya bisa menjadi korban kekerasan laki-laki, tetapi wanita juga makhluk yang kuat dan pemberani. Ia ingin membantu memperbaiki nasib kaum wanita yang berada di lingkungannya dengan cara mengobati penyakit kelamin yang dialami karena kekerasan dari suaminya. Perbedaan beberapa penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada objek formal dan teori yang digunakan. Penelitian ini menggunakan kritik sastra feminis untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk ketidakadilan gender pada perempuan di pedalaman Papua yang terdapat dalam novel Isinga, serta

11 20 mendeskripsikan penolakan perempuan Papua terhadap sistem patriarkat yang masih terjadi di Papua. 2. Landasan Teori Feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada usaha untuk mengakhiri penindasan dan pengeksploitasian tersebut (Fakih, 1996: 79). Selanjutnya Fakih (1996: ) menambahkan bahwa hakikat perjuangan feminis adalah demi kesamaan martabat dan kebebasan mengontrol raga dan kehidupan, baik di dalam maupun di luar rumah. Gerakan feminisme merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem struktur yang tidak adil bagi perempuan dan kaum laki laki. Melalui sudut pandang feminisme dapat diasumsikan bahwa karya sastra merupakan sebuah situs budaya yang memuat berbagai macam bentuk ketimpangan sosial yang terjadi antara laki-laki dengan perempuan. Hakikat feminisme merupakan gerakan transformasi sosial dalam arti tidak memperjuangkan soal perempuan belaka. Feminisme merupakan sebuah gerakan yang berusaha memperjuangkan dan merebut kembali kepentingan serta hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh perempuan karena ketimpangan gender yang terjadi pada dirinya (Fakih, 1996: 79). Kajian feminisme harus mampu mengungkap aspek-aspek ketertindasan atau ketidakadilan perempuan dari laki-laki. Sebelum melakukan kajian terhadap feminisme dan yang berhubungan dengan perempuan, konsep utama yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah membedakan antara konsep patriarkat, konsep seks, dan konsep gender. Patriarkat menurut Bhasin (1995: 25) merupakan sebuah

12 21 sistem dominasi dan superioritas laki-laki, sistem kontrol terhadap perempuan, yang perempuan dikuasai. Dalam budaya patriarkat melekat ideologi yang menyatakan bahwa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan; perempuan merupakan bagian dari milik laki-laki. Patriarkat membentuk laki-laki sebagai superordinat dan perempuan sebagai subordinat. Kata patriarkat mengacu pada sistem budaya di mana sistem kehidupan diatur oleh sistem kebapakan. Patriarkat merujuk pada susunan masyarakat menurut garis Bapak. Kemunculan ideologi patriarkat sering dihubungkan dengan ketidakadilan gender. Patriarkat merupakan sistem pengelompokan sosial yang sangat mementingkan garis keturunan bapak, dunia dibangun dengan cara berpikir dan dalam dunia laki-laki. Walby (dalam diakses pada 8 Agustus 2015) menggarisbawahi patriarkat sebagai sebuah sistem tempat di mana laki-laki mendominasi, melakukan opresi, dan melakukan eksploitasi atas perempuan. Konsep penting lain yang harus dipahami adalah konsep seks dan konsep gender. Seks merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, jakala, dan memproduksi sperma. Dengan kata lain, seks merupakan pemberian yang diberikan Tuhan kepada manusia dengan perbedaan bentuk atau wujud masing-masing atau ciri khas sesuai ketentuan Tuhan (Fakih, 1996: 8). Gender membedakan laki-laki (maskulin) dengan perempuan (feminin) secara sosial, mengacu pada unsur emosional, kejiwaan, bukan kodrat, tetapi sebagai proses belajar.

13 22 Fakih (1996: 12-13) mengungkapkan bahwa perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan berbagai ketidakadilan gender. Namun, dalam perkembangannya banyak menjadi persoalan sosial yang serius karena dalam penerapannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama bagi kaum perempuan. Dalam hal ini, ketidakadilan gender dan sistem patriarkat mendorong lahirnya feminisme yang mengupayakan peningkatan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan laki-laki. Hal yang menjadi faktor penting dari adanya ketidakadilan gender adalah perbedaan gender yang dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu, seperti golongan tertentu, agama, ras, dan lain sebagainya. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam beberapa bentuk: 1) Marginalisasi perempuan Menurut Fakih (1996: 13), marginalisasi merupakan proses pengabaian hak-hak yang seharusnya didapat oleh pihak yang termarginalkan. Namun, hak tersebut diabaikan dengan berbagai alasan dan tujuan tertentu. Marginalisasi adalah bentuk pemiskinan yang terjadi pada jenis kelamin tertentu, dalam hal ini adalah perempuan. Marginalisasi disebabkan oleh perbedaan pendapat mengenai gender. Beberapa faktor yang menyebabkan adanya marginalisasi perempuan, yaitu kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi, dan kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan. 2) Gender dan subordinasi Subordinasi adalah anggapan atau penilaian bahwa suatu peran yang dilakukan salah satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain, khususnya

14 23 perempuan. Salah satu contohnya adalah saat seorang laki-laki diperbolehkan untuk sekolah tinggi, sedangkan perempuan pada akhirnya hanya di dapur. Kedudukan laki-laki yang dianggap lebih tinggi juga akan berimbas pada pendidikan yang rendah untuk perempuan (Fakih, 1996: 15). 3) Gender dan stereotip Stereotip dimaknai dengan pelabelan atau penandaan terhadap kelompok tertentu yang menimbulkan ketidakadilan, dalam hal ini adalah perempuan. Salah satu jenis stereotip itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan yang bersumber dari penandaan (stereotip) yang diberikan kepada mereka. Oleh karena itu, stereotip juga diartikan sebagai pandangan negatif masyarakat yang dilekatkan terhadap perempuan sehingga sangat merugikan kaum perempuan (Fakih, 1996: 16). Adanya stereotip perempuan dan laki-laki disebabkan oleh pandangan yang salah kaprah terhadap jenis kelamin dan gender. Jenis kelamin adalah pembagian jenis laki-laki dan perempuan berdasarkan perbedaan biologis, misalnya laki-laki mempunyai penis, kalamenjing (jakala), dan memproduksi sperma, sedangkan perempuan mempunyai vagina, rahim, alat menyusui, serta memproduksi sel telur. Adapun gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial budaya, misalnya laki-laki dianggap kuat, jantan, perkasa, dan rasional, sedangkan perempuan dianggap lembut, cantik, keibuan, dan irasional. Penyifatan gender tersebut dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan tempat dan pergeseran waktu. Namun dewasa ini terjadi peneguhan yang tidak pada tempatnya, apa yang disebut gender

15 24 dianggap sebagai kodrat sehingga muncul anggapan bahwa kodrat perempuan adalah mendidik anak dan mengelola rumah tangga (Fakih, 1996: 7-11). 4) Gender dan kekerasan Kekerasan gender adalah kekerasan yang diterima oleh jenis kelamin tertentu, yaitu perempuan. Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan dalam masyararakat. Adapun dalam hal kekerasan gender, dibedakan atas dua jenis, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Kekerasan fisik dibagi menjadi dua hal, yaitu seksual dan nonseksual. Kekerasan fisik seksual adalah kekerasan yang terkait mengenai masalah seksual, seperti pemerkosaan dan pelecehan seksual, sedangkan kekerasan nonseksual adalah kekerasan yang dilakukan dengan cara memukul, menampar, meninju, dan sebagainya. Kekerasan psikis adalah kekerasan yang menyangkut mental seseorang (Fakih, 1996: 17). 5) Gender dan beban kerja Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan. Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari mengepel, mencuci, memasak, mencari air, hingga merawat anak. Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut sering kali diperkuat dengan adanya pandangan masyarakat bahwa pekerjaan domestik yang dilakukan perempuan adalah lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan yang dikerjakan laki-laki (Fakih, 1996: 21).

16 25 Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respons atas berkembangnya feminisme di berbagai penjuru dunia. Kritik sastra feminisme merupakan aliran baru dalam sosiologi sastra. Kritik sastra feminisme berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulispenulis perempuan di masa silam dan untuk menunjukkan citra perempuan dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan perempuan sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkat yang dominan (Djajanegara, 2000: 27). Kritik sastra feminis yang paling banyak diterapkan adalah kritik ideologis. Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita, khususnya kaum feminis, sebagai pembaca dan yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra serta stereotip wanita dalam karya sastra. Kritik ini juga meneliti kesalahpahaman wanita dan sebab-sebab mengapa wanita sering tidak diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan sama sekali dalam kritik sastra (Djajanegara, 2000: 28). Kritik sastra feminis ragam lain adalah kritik yang mengkaji penulispenulis wanita. Dalam ragam ini termasuk penelitian tentang sejarah karya sastra wanita, gaya penulisan, tema, genre, dan struktur tulisan wanita. Jenis kritik sastra ini dinamakan ginokritik dan berbeda dari kritik ideologis, karena yang dikaji di sini adalah masalah perbedaan. Ginokritik mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti: apakah penulis-penulis wanita merupakan kelompok khusus, dan apa perbedaan antara tulisan wanita dan tulisan laki-laki (Djajanegara, 2000: 29-30). Pada dasarnya, dominasi merupakan penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah. Dalam kaitannya dengan relasi antara laki-laki

17 26 dan perempuan, laki-laki diposisikan sebagai pihak yang kuat, sedangkan perempuan sebagai pihak yang lemah. Akibatnya, perempuan sering sekali menerima ketidakadilan. Ketidakadilan gender yang diterima perempuan dan budaya patriarkat yang tumbuh di masyarakat menimbulkan sikap dan pemikiran perempuan-perempuan yang ingin membela dan mempertahankan haknya. Berawal dari pemikiran ingin membela dan mempertahankan hak perempuan, muncul berbagai cara untuk mengkritisi ketidakadilan gender. Masalah-masalah mengenai perempuan pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi gerakan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun gerakan sosial budaya. Kondisi fisik perempuan yang lemah secara alamiah hendaknya tidak digunakan sebagai alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisinya yang lebih rendah. Pekerjaan perempuan selalu dikaitkan dengan memelihara, laki-laki selalu dikaitkan dengan bekerja (Ratna, 2007: ). Menurut ideologi Marx-Engels para feminis yang berorientasi sosialisme. Mereka mencoba membebaskan para wanita melalui perubahan struktur patriarkat, perubahan ini bertujuan agar kesetaraan gender dapat terwujud. Gerakan feiminis ini menganut teori penyadaran pada kelompok tertindas agar para wanita sadar bahwa mereka merupakan kelas yang tidak diuntungkan. Proses penyadaran ini adalah upaya untuk membangkitkan rasa emosi pada para wanita agar mereka bangkit untuk mengubah keadaannya (Nugroho, 2008: 75). Rasa emosi yang bangkit dalam diri perempuan akan memunculkan suatu konflik langsung dengan kelompok dominan (pria). Semakin tinggi tingkat konflik antara kelas wanita dengan kelas dominan diharapkan dapat meruntuhkan sistem

18 27 patriarkat dan menciptakan masyarakat yang egaliter. Aksi perempuan dalam menentang tradisi patriarkat dapat diartikan sebagai gerakan atau tindakan yang dilakukan oleh perempuan untuk melawan tradisi, adat, atau kebiasaan yang cenderung berpihak kepada laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi inferior. B. Kerangka Pikir Deskripsi penelitian ini dapat dijelaskan dalam kerangka berpikir sebagai berikut. 1. Pada tahap awal penulis menentukan objek material dan objek formal sebagai bahan penelitian. Karya sastra sebagai hasil refleksi manusia dapat menjadi media yang strategis untuk dijadikan alat kritik sistem patriarkat. Novel Isinga dapat dipandang sebagai suatu gerakan emansipasi dari pembebasan perbudakan dan perjuangan persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Melalui novel ini pengarang mewakili suara perempuanperempuan Papua dengan menarasikan kisah hidup Irewa. 2. Tahap kedua penulis mulai menentukan latar belakang masalah dan perumusan masalah. Penulis menemukan permasalahan mengenai ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan-perempuan Papua dalam novel Isinga. Ketidakadilan gender yang dialami perempuan suku Aitubu menggambarkan realitas kehidupan masyarakat suku Aitubu yang menilai perempuan sebagai jenis kelamin kedua setelah jenis kelamin laki-laki (the second sex). 3. Tahap ketiga adalah menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut. Penelitian mengenai ketidakadilan gender yang

19 28 dialami oleh Irewa dalam novel Isinga dikaji menggunakan teori kritik sastra feminis. 4. Tahap keempat penulis menentukan metode dan teknik analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis wacana, yaitu mengungkap bagaimana kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan dipraktikkan, direproduksi atau dilawan oleh teks tertulis maupun perbincangan dalam konteks sosial dan politis. 5. Tahap kelima analisis permasalahan dengan cara mendeskripsikan bentukbentuk ketidakadilan gender, yaitu marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan fisik dan psikis, dan beban kerja. Kemudian, mendeskripsikan perlawanan perempuan terhadap sistem patriarkat yang masih berlaku di pedalaman Papua. 6. Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil analisis permasalahan dari penelitian ini. Berikut disajikan bagan kerangka pikir.

20 29 Bagan Kerangka Pikir Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany Ketidakadilan Gender pada Tokoh Irewa Kritik Sastra Feminis Ketidakadilan Gender: 1. Marginalisasi 2. Subordinasi Upaya Penolakan Perempuan Papua terhadap Budaya Patriarkat 3. Stereotip 4. Kekerasan Fisik dan Psikis 5. Beban Kerja Simpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Kajian terdahulu dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian yang berkaitan terhadap pengkajian feminis dan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan 324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Penciptaan karya sastra digunakan untuk mengekspresikan

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL SALIKARYA DEWI LINGGASARI SKRIPSI

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL SALIKARYA DEWI LINGGASARI SKRIPSI ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL SALIKARYA DEWI LINGGASARI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sastra Indonesia (S1) dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka. penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu dalam penelitian dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu, khususnya penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab satu ini, dibahas mengenai (1) latar belakang masalah, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 1.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut. digilib.uns.ac.id 84 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif seorang pengarang. Hal ini sesuai dengan ungkapan Wallek dan Austin Warren (1989:3) bahwa karya sastra adalah

Lebih terperinci

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin Pemahaman Analisis Gender Oleh: Dr. Alimin 1 2 ALASAN MENGAPA MENGIKUTI KELAS GENDER Isu partisipasi perempuan dalam politik (banyak caleg perempuan) Mengetahui konsep gender Bisa menulis isu terkait gender

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seksualitas adalah sebuah proses sosial-budaya yang mengarahkan hasrat atau berahi manusia. Seksualitas berhubungan erat dengan tatanan nilai, norma, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

REPRESENTASI STEREOTIP PEREMPUAN PAPUA DALAM ROMAN PAPUA ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)

REPRESENTASI STEREOTIP PEREMPUAN PAPUA DALAM ROMAN PAPUA ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) REPRESENTASI STEREOTIP PEREMPUAN PAPUA DALAM ROMAN PAPUA ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) Rahmi Rahmayati Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unesa rahmi.rahmayati@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, semakin beragam pula persoalan yang muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak pernah habis dibahas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang ekspresif. Di dunia ini banyak sekali cara mengekspresikan perasaan, pikiran dan lain-lain. Cara mengungkapkan ekspresi ini dapat lewat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pemberdayaan Perempuan a. Pengertian Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan berasal dari kata empowerment merupakan konsep yang lahir dari perkembangan

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. KAJIAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. KAJIAN PUSTAKA 1. Penelitian Terdahulu Kajian terdahulu dalam penelitan ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu,

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO KARYA N.H DINI (SEBUAH KAJIAN SASTRA FEMINISME)

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO KARYA N.H DINI (SEBUAH KAJIAN SASTRA FEMINISME) ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL NAMAKU HIROKO KARYA N.H DINI (SEBUAH KAJIAN SASTRA FEMINISME) Oleh S I S K A Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Tadulako violetsiska@ymail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: Kajian Kritik Sastra Feminis

KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: Kajian Kritik Sastra Feminis KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL ISINGA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY: Kajian Kritik Sastra Feminis SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER By : Basyariah L, SST, MKes Kesehatan Reproduksi Dalam Persfektif Gender A. Seksualitas dan gender 1. Seksualitas Seks : Jenis kelamin Seksualitas : Menyangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. PenelitianTerdahulu Peneliti melakukan studi pustaka guna mengetahui kajian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelusuran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

KETIDAKADILAN GENDER NOVEL SALI KARYA DEWI LINGGASARI Gender Injustice Novel SALI Author by Dewi Linggasari

KETIDAKADILAN GENDER NOVEL SALI KARYA DEWI LINGGASARI Gender Injustice Novel SALI Author by Dewi Linggasari KETIDAKADILAN GENDER NOVEL SALI KARYA DEWI LINGGASARI Gender Injustice Novel SALI Author by Dewi Linggasari Elfa Fithriyana, Sri Mariati, Titik Maslikatin Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut fakih (1996) dalam memahami konsep gender maka harus dibedakan pada kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan

Lebih terperinci

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh : Rahmah Marsinah, SH, MM ----------------------------------------- Abstract : Perbedaan jender pada dasarnya merupakan hal yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii ABSTRAKSI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah. 1 1.2.

Lebih terperinci

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Resma Anggraini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Resmaanggraini89@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan

BAB II LANDASAN TEORI. novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan pendekatan struktural untuk mengkaji novel memang telah banyak dilakukan. Pendekatan struktural sebagai pendekatan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL KUPU-KUPU MALAM KARYA ACHMAD MUNIF

ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL KUPU-KUPU MALAM KARYA ACHMAD MUNIF ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL KUPU-KUPU MALAM KARYA ACHMAD MUNIF Endah Susanti SMP Muhammadiyah Malang Abstrak Masalah yang diteliti dalam penelitian ini: 1)bagaimana bentuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci