BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung atau biasa disebut ayam buras adalah salah satu ayam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan rekayasa genetik dari bangsa-bangsa ayam dengan produktivitas tinggi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003).

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PEREDARAN DARAH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. besar pasang gen yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominan dan

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung merupakan ayam lokal yang tersebar di seluruh wilayah

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae.

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Probiotik yang Berasal dari Mikroba Lokal. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang diaplikasikan secara oral

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I. PENDAHULUAN. keseimbangan populasi mikroba usus (Anonim 1, 2008). Kata probiotik

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

KAJIAN KEPUSTAKAAN. beriklim kering. Umumnya tumbuh liar di tempat terbuka pada tanah berpasir yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci termasuk hewan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik dan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung atau biasa disebut ayam buras adalah salah satu ayam lokal asli Indonesia yang merupakan penghasil telur dan daging yang banyak dipelihara terutama di daerah pedesaan. Ayam buras merupakan hasil domestikasi dari jenis ayam hutan merah (Gallus gallus). Akibat dari proses evolusi dan domestikasi, maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 2005). Nenek moyang ayam buras yang ada di Indonesia berasal dari ayam hutan merah yang terdiri dari dua macam yaitu ayam hutan merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus javanicus) (Mansjoer, 1981). Penyebaran ayam kampung hampir merata di seluruh pelosok tanah air. Ciri-ciri ayam kampung antara lain memiliki corak dan warna bulu yang beragam (tidak ada corak bulu khas seperti ayam lokal lainnya), bulu tipis, lebih berat, kaki panjang dan kulit berwarna kuning atau kemerahan-merahan (Krista dan Harianto, 2011). Ayam kampung mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Keunggulan ayam kampung adalah preferensi konsumen terhadap daging dan telurnya cukup tinggi karena dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat, harga relatif stabil dan 4

tinggi, pemasaran mudah dan daya adaptasinya tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan (Resnawati, 2004). Ayam kampung banyak dipelihara secara tradisional yaitu dipelihara dengan sistem ekstensif (sistem umbaran). Pemeliharaan secara ekstensif dan pemberian nutrisi tidak sesuai kebutuhan disinyalir menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya pertumbuhan dan tingginya angka mortalitas ayam (Widodo, 2010). Menurut Gunawan (2002), bahwa sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada kecukupan nutrisi dapat menyebabkan rendahnya produktivitas ayam kampung. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan produk ayam kampung (daging dan telur) dari waktu ke waktu, saat ini ayam kampung banyak dibudidayakan secara intensif sehingga produksi dan produktivitas ayam kampung dapat ditingkatkan (Salim, 2013). Pemeliharaan secara intensif ayam kampung mempunyai banyak keunggulan diantaranya meningkatkan daya tetas, menurunkan kematian dan memperbaiki konversi pakan (Suryana dan Hasbianto, 2008). Pakan merupakan faktor penting dalam budidaya ayam kampung secara intensif agar dapat berproduksi dengan optimal, pemberian pakan pada pemeliharaan sistem intensif harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi pakan ayam kampung. Kebutuhan nutrisi untuk unggas tergantung pada bangsa, umur, jenis kelamin, ukuran dan fase produksi (Sukamto, 2012). Ransum yang diberikan 5

mengandung cukup energi, protein, mineral dan vitamin dalam jumlah seimbang sesuai dengan fase dan umur ternak (Suprijatna et al., 2005). Kebutuhan ayam kampung umur 3 hari sampai dengan 8 minggu membutuhkan energi metabolis 2800 kkal/kg dengan protein kasar 20 % Kurtini (1995). Menurut (Rahayu et al., 2011) pada pemeliharaan ayam kampung umur 0-8 minggu membutuhkan EM 2850 kkal/kg, protein kasar 17 % dan lemak 3%. 2.2. Probiotik Penggunakan antibiotik kimia telah lazim digunakan dalam budidaya ayam kampung secara intensif untuk merangsang pertumbuhan, namun penggunaan antibiotik kimia dapat menyebabkan residu antibiotik pada daging unggas yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk itu alternatif pengganti sangat dibutuhkan (Sugiharto, 2014). Probiotik adalah kultur dari suatu mikroorganisme hidup yang diberikan dengan cara mencampur dalam ransum untuk menjamin ketersediaan mikroflora di dalam saluran pencernaan (Gunawan dan Sundari, 2003). Probiotik merupakan produk yang mengandung mikroorganisme hidup nonpatogen yang diberikan pada ternak yang memiliki manfaat dalam memperbaiki laju pertumbuhan, menstabilkan produksi pada ternak, efisiensi konversi ransum, meningkatkan penyerapan nutrisi, kesehatan hewan, menambah nafsu makan sehingga mempercepat peningkatan berat badan (Fuller, 1992). Penggunaan probiotik memiliki banyak keunggulan yaitu tidak menimbulkan resiko kesehatan pada konsumen seperti penggunaan antibiotik pada umumnya 6

yang menimbulkan residu antibiotik sehingga probiotik memiliki potensi untuk digunakan sebagai pengganti Antibiotic Growth Promoters (AGPs) (Sugiharto, 2014). Mikroba yang dapat digunakan sebagai probiotik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : (1) dapat diproduksi secara masal; (2) tetap stabil dan viable dalam waktu lama dalam kondisi penyimpanan dan di lapang; (3) dapat bertahan hidup (akan lebih baik kalau dapat tumbuh) di dalam saluran pencernaan; dan (4) memberikan dampak yang menguntungkan pada inang (Kompiang, 2009). Syarat probiotik yaitu tahan terhadap pengolahan dan penyimpanan, tahan terhadap asam lambung dan getah empedu, dapat menempel pada epithelium atau mucus, dapat berasal dari inang, bertahan tinggal di usus halus, produksi senyawa toksin yang menghambat mikroba patogen, kompetisi terhadap pelekatan dan kolonisasi, memperoduksi senyawa penghambat, memodulasi respon kekebalan dan merubah aktifitas mikroba dengan mekanisme kerja seperti kompetisi terhadap substrat (Murwani, 2008) Probiotik yang lazim digunakan saat ini berupa kelompok bakteri asam laktat (BAL), namun probiotik juga dapat berasal dari spesies kapang dan fungi. Kelompok bakteri asam laktat yang banyak dimanfaatkan berasal dari Genus Lactobacillus dan Bifidobacteria misalnya L. bulgaricus, L. achidophilus, L. casei, Bifidobacterium spp, sedangkan probiotik yang berasal dari spesies kapang dan jamur antara lain Saccharomyces cereviseae, Aspergillus niger dan Rhizopus oryzae (Sugiarto, 2014). 7

2.3. Fungi Rhizopus oryzae Fungi adalah salah satu mikroorganisme yang dapat hidup di saluran pencernaan ayam. Berbeda dengan bakteri, fungi merupakan mikroorganisme yang memiliki tingkat resisten yang tinggi, mampu hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan dan mudah dikembang biakkan, serta rizoid fungi juga dapat tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk tercerna enzim (Sudarmono, 2013). Salah satu fungi yang dapat dijadikan sebagai probiotik adalah Rhizopus oryzae yang merupakan golongan fungi filamentous (Yudiarti et al., 2012). Fungi yang berfilamen dapat mensekresikan enzim-enzim hidrolitik terutama enzim protease dalam jumlah yang banyak (Redha dan Fatmawati, 2012). Probiotik Rhizopus oryzae yang tergolong fungi filamentus dapat merangsang pertumbuhan villi pada duodenum dan meningkatkan bakteri dan fungi pada duodenum yang dapat memberikan dampak baik pada pertumbuhan ayam (Yudiarti et al., 2012). Fungi Rhizopus oryzae adalah probiotik yang teridentifikasi sebagai salah satu jenis fungi yang berhasil diisolasi dari saluran pencernaan ayam kampung (Yudiarti et al., 2012). Rhizopus oryzae merupakan spesies fungi yang dapat mengubah amilum menjadi dekstrosa, dapat meningkatkan protein dan lemak yang ada di dalam sel-sel sehingga tersedia untuk dicerna (Redha dan Fatmawati, 2012). Fungi mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bakteri asam laktat yaitu mempunyai tingkat resistensi yang tinggi, dapat bertahan pada kondisi 8

lingkungan yang kurang menguntungkan, dapat meningkatkan daya cerna seperti protein dan serat kasar serta mudah dikembangbiakkan (Sudarmono, 2013). Fungi dapat meningkatkan daya cerna protein dan serat dengan cara membentuk koloni pada jaringan hemiselulosa dan selulosa. Pemberian fungi Rhizopus sp mampu meningkatkan kecernaan karena dapat mensekresi enzim yang berguna seperti protease, lipase dan amilase (Harti et al., 2013). Enzim protease yang dihasilkan fungi dapat membantu proses pencernaan protein menjadi asam amino. Asam amino merupakan komponen dasar dari sintesis protein dan protein adalah salah satu substansi untuk pertumbuhan (Yudiarti et al., 2012). 2.4. Profil Darah Merah Ayam Kampung Darah merupakan jaringan cair yang berfungsi membawa nutrien dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan, membawa produk buangan dari jaringan menuju ke ginjal untuk di buang (Guyton dan Hall, 1997). Darah merupakan cairan yang berfungsi mengirimkan zat-zat nutrien dan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan mengambil limbah dari sel kembali ke jantung untuk dibuang melalui paru-paru dan ginjal (Soeharsono at al., 2010). Darah unggas terdiri atas plasma darah dan sel darah. Plasma darah terdiri atas protein (albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak darah bentuk kolesterol, fosfolipid, lemak netral, asam lemak, dan mineral anorganik terutama kalsium, 9

potassium, dan iodium. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), trombosit, dan leukosit (heterofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit) (Yuwanta, 2004). Peran utama darah adalah sebagai media transportasi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke sel-sel jaringan tubuh dan CO 2 ke paru-paru, membawa bahan makanan dari usus ke sel-sel tubuh, mengangkut zat-zat yang tidak terpakai sebagai hasil metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh, mentransfer enzimenzim dan hormon, mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan asam-basa, dan untuk pertahanan tubuh terhadap infiltrasi benda-benda asing dan mikroorganisme (Suwandi, 2002). Tubuh hewan yang mengalami gangguan fisiologis akan memberi perubahan pada gambaran profil darah. Adanya perubahan profil darah tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal misalnya kesehatan, stres, status gizi, suhu tubuh, sedangkan faktor eksternal misalnya akibat perubahan suhu lingkungan dan infeksi kuman (Ginting, 2008). Profil darah merah diantaranya total eritrosit, hemoglobin dan hematokrit. 2.4.1. Jumlah eritrosit Eritrosit pada unggas berbentuk oval, inti terletak ditengah (Rosmalawati, 2008). Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh (Isroli et al., 2009). Pembentukan eritrosit melalui sebuah proses yang disebut eritropoesis. Pembentukan eritrosit dirangsang oleh hormon glikoprotein dan eritroprotein (Guyton dan Hall, 1997). Proses pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang belakang setiap harinya memerlukan adanya prekusor untuk mendukung proses sintesis sel baru. Prekusor yang dibutuhkan 10

antara lain zat besi, vitamin, asam amino dan hormon (Hoffbrand dan Pettit, 1996). Organ lain seperti limpa turut berperan dalam pembentukan eritrosit tetapi dalam jumlah yang sedikit. Eritropoesis pada masa embrional unggas terjadi dalam kantung kuning telur (Fradson, 1993). Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritroprotein yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang, Vitamin B12 dan asam folat mempengaruhi eritropoiesis pada tahap pematangan akhir dari erirosit, sedangkan hemolisis dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yang berada dalam sirkulasi (Meyer dan Harvey, 2004). Kurangnya prekusor seperti zat besi dan asam amino yang membantu proses pembentukan eritrosit akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit secara tidak langsung diiringi dengan menurunnya laju metabolisme (Wardhana et al., 2001). Jumlah eritrosit normal pada ayam berkisar antara 2.5-3.2 juta/mm 3 (Swenson, 1970). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa jumlah eritrosit normal pada ayam yaitu 2,0 3,2 x 10 6 /mm 3. Sedangkan masa hidup eritrosit pada unggas rata-rata 28 sampai 35 hari (Sturkie, 1998). 2.4.2. Hemoglobin. Kadar hemoglobin darah menggambarkan kemampuan dalam mengangkut oksigen untuk proses oksidasi dalam metabolisme tubuh (Widjajakusuma dan Sikar, 1986; Onimisi et al., 2008). Hemoglobin mempunyai peranan penting yaitu mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel jaringan dan mengangkut karbon 11

dioksida dari sel jaringan kembali ke paru-paru (Muchtadi et al.,1993). Hemoglobin diproduksi oleh sel darah merah yang disintesis dari asam asetat (acetic acid) dan glycine menghasilkan porphyrin. Porphyrin dikombinasikan dengan zat besi menghasilkan satu molekul heme. Empat molekul heme dikombinasikan dengan molekul globin membentuk hemoglobin (Rastogi, 1977). Hemoglobin disintesis dari dua molekul asam glutarat membentuk pirol, 4 molekul pirol kemudian membentuk protoporfirin yang mengikat Fe maka terbentuk heme terjadi di mitokondria dan cytosol sel darah yang belum dewasa, sedangkan globin disintesis dalam ribosome dalam cytosol sel biasa (Soeharsono et al., 2010). Hemoglobin merupakan protein yang terdiri dari empat rantai polipeptida yang masing masing mengandung heme yaitu pigmen porphyrin merah yang di dalamnya terkandung ion besi yang berfungsi untuk mengangkut oksigen (Schalm et al., 1975). Heme merupakan turunan porfirin yang mengandung Ferrum (Fe) merupakan unsur mikro yang penting bagi pertumbuhan. Konsentrasi Fe yang tinggi terdapat pada eritrosit yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru, selain itu Fe merupakan bagian dari sistem enzim (Sitokrom oksidase, suksinat dehidrogenase, katalase dan peroksidase) serta mioglobin, sedangkan Cu (Cuprum) merupakan bagian dari beberapa sistem enzim yaitu sitokrom oksidase, tyrosinase (Muchtadi et al., 1993). Molekul hemoglobin terdiri atas heme dan globin, heme mengandung empat molekul porfirin yang masing-masisng dapat mengikat satu molekul oksigen, ikatan ini tergantung kepada tekanan partial oksigen dalam darah (Soeharsono et al., 2010) 12

Keadaan normal, jumlah eritrosit berkorelasi positif dengan kadar hemoglobin, yaitu pada saat jumlah eritrosit dalam darah meningkat maka kadar hemoglobin dalam darah juga meningkat (Schalm et al., 1975). Kadar normal hemoglobin ayam dan unggas lainnya berada pada kisaran 7,0-13,0 g/dl (Jain, 1993). Faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin adalah species, umur, jenis kelamin, hormon dan hypoksia (Sturkie, 1976). Pakan atau nutrisi yang mengandung Fe dan Cu mempengaruhi kadar hemoglobin. Unsur pakan yang mempengaruhi antara lain mikromineral diantaranya adalan Fe dan Cu (Sturkie, 1976). 2.4.3. Hematokrit Hematokrit menunjukan besarnya volume sel darah merah atau eritrosit di dalam 100 mm 3 darah (Hoffbrand dan Pettit, 1996). Hemetokrit diukur dari presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah (Soeharsono et al., 2010). Fungsi lain dari hematokrit yaitu mengukur proporsi sel darah merah (eritrosit) karena hematokrit dapat mengukur konsentrasi eritrosit (Budiman, 2007). Sedangkan untuk nilai hematokrit normal pada ayam berkisar antara 22,0%-35% dengan rata-rata 30 % (Dharmawan, 2002). Jumlah eritrosit dan nilai hematokrit berkorelasi positif (linier) (Natalia, 2008) Hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, status nutrisi, jumlah eritrosit dan ukuran eritrosit (Sturkie, 1976). Peningkatan atau penurunan hematokrit dalam darah mempengaruhi viskositas darah (Ali et 13

al., 2013). Semakin besar persentase hematokrit maka semakin banyak gesekan yang terjadi di dalam sirkulasi darah pada berbagai lapisan darah dan gesekan ini menentukan viskositas, oleh karena itu viskositas darah meningkat dengan bersamaan dengan meningkatnya nilai hematokrit (Guyton dan Hall, 1997). Peningkatan nilai hematokrit dapat menaikan viskositas (kekentalan) darah yang akan memperlambat aliran darah pada kapiler dan meningkatkan kerja jantung (Arfah, 2015) 14