PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS SITUS SEJARAH LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SEJARAH Yudi Hartono 1, Anjar Mukti Wibowo 2 1,2) FKIP, Universitas PGRI Madiun Email: 1 cahya_nadwa@yahoo.com 2 anjarmuktiwibowo@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis situs sejarah lokal untuk di Sekolah Menengah Atas Kota Madiun dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan. Prosedur atau langkah penelitian dan pengembangan merujuk pada siklus R & D dari Borg dan Gall (1983:775). Penelitian dilakukan selama dua tahun. Hasil penelitian mengidentifikasi materi pembelajaran sejarah lokal yang masih terpancang pada buku teks, metode yang digunakan, pembelajaran masih lebih banyak di dalam kelas, kurangnya dukungan dari sekolah untuk pembelajaran di luar kelas, keterbatasan waktu jam pelajaran, perencanaan dan pelaksanaan yang kurang matang dan terkoordinasi dalam melaksanakan pembelajaran di luar kelas sehingga kurang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran sejarah dan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Berdasarkan pengumpulan informasi dan identifikasi masalah yang ditemukan, maka disusun model pembelajaran berbasis situs sejarah lokal di Sekolah Menengah Atas di Kota Madiun. Pengembangan model pembelajaran mengacu pada desain pembelajaran Dick, Carey & Carey (2009). Melalui serangkaian uji coba, penerapan model pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah lokal dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan pada interaktivitas antarsiswa, guru-siswa, serta hasil evaluasi belajar yang cukup tinggi. Kata Kunci: Model Pembelajaran, Sejarah Lokal, Situs PENDAHULUAN Madiun merupakan kota bersejarah. Berbagai peristiwa di masa lalu meninggalkan jejak-jejak sejarah yang penting, baik bagi masyarakat lokal maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Jejak-jejak sejarah tersebut diantaranya berupa tempat atau situs bersejarah dan peninggalan bendabenda bersejarah. Situs bersejarah merupakan tempat yang memiliki nilai sejarah dan biasanya berkaitan erat dengan sejarah lokal. Sejarah lokal penting sebagai sumber pembelajaran. Pemanfaatan sejarah lokal di tingkat pendidikan manapun akan memungkinkan peserta didik dalam mempelajari sejarah dapat beresonansi dengan aspek eigenwelt yang dimiliki (Kartodirdjo, 1986). Sejarah lokal memungkinkan kita untuk berhubungan secara sangat intim dengan peristiwa yang sangat lokal dan mungkin selama ini dianggap tidak besar, tetapi sesungguhnya memiliki peran penting dan berharga dalam membentuk peristiwa yang lebih besar (Abdullah, 1990:19). Kenyataannya, situs sejarah lokal belum banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Penelitian ini bertujuan ingin menghasilkan model pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah lokal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas di Kota Madiun. 227
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan. Prosedur atau langkah penelitian dan pengembangan merujuk pada siklus R & D dari Borg dan Gall (1983:755) yang kemudian disederhanakan menjadi empat tahapan; 1) tahap pendahuluan, 2) tahap pengembangan model, 3) tahap uji coba dan 4) tahap desiminasi dan oleh Sukmadinata (2007:184-187), disederhanakan lagi menjadi tiga langkah, yaitu studi pendahuluan (eksplorasi); 2) pengembangan draf model; dan 3) pengujian model. Penelitian ini dilakukan selama dua tahun. Pada tahun pertama dihasilkan draf model pengembangan pembelajaran berbasis situs sejarah lokal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas di Kota Madiun. Model tersebut selanjutnya diujicobakan untuk melihat efektivitasnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah pada tahun kedua. Model diujicobakan dalam skala kecil di 1 sekolah yang diambil secara selektif. Subjek uji coba adalah guru dan siswa. Selanjutnya diujicobakan dalam skala besar kepada 3 sekolah yang diambil dengan teknik selektif untuk menguji efektivitasnya. Diseminasi dilakukan melalui penulisan di jurnal ilmiah nasional terakreditasi sebagai hasil penelitian tahun kedua. HASIL DAN PEMBAHASAN Masalah yang muncul dalam pembelajaran sejarah lokal adalah materi sejarah lokal Madiun yang tidak ada dalam kurikulum dan waktunya yang terbatas hanya 1 jam pelajaran, serta adanya penolakan dari sekolah ketika lawatan sejarah karena bisa mengganggu kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan masalah dan analisis kebutuhan, dirancang model pembelajaran yang mengacu pada model penyajian informasi sejarah lokal dari pengajar kepada peserta didik tanpa mengharuskan peserta didik berada di lapangan dengan bantuan media pembelajaran berbasis situs sejarah lokal Madiun. Pengembangan model mengacu pada desain pembelajaran Dick, Carey & Carey (2009). Tahapan model terdiri dari 10 tahapan seperti tampak pada bagan 1. Pemanfaatan situs sejarah lokal untuk pembelajaran adalah dengan menjadikan situs sejarah sebagai bahan ajar atau lebih tepatnya dimediakan, sehingga siswa tidak harus secara langsung mengidentifikasi situs sejarah tersebut ke objeknya. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini guru dapat mengemas media pembelajaran yang menampilkan situs-situs sejarah lokal yang memiliki hubungan erat dengan materi-materi pembelajaran sejarah. 228
2 Menentukan KI dan KD Pendekatan: student centered Metode: ceramah, diskusi kelompok, diskusi kelas 1 Melakukan analisis awal pembelajaran sejarah lokal 3 Mengembangkan indikator model 4 Merumuskan tujuan (Kognitif, afektif, psikomotorik) 5 Mengembangkan instrumen penilaian (tes, angket, pedoman observasi) 6 Mengembangkan strategi pembelajaran 7 Memilih dan menyusun narasi situs sejarah lokal yang relevan dengan tujuan pembelajaran 9 Revisi 8 Desain dan melakukan evaluasi formatif (tes objektif, check list 10 Desain dan melakukan evaluasi sumatif Bagan 1. Alur mendesain model pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah lokal Hal yang bisa dilakukan adalah dengan mendokumentasikan situs-situs sejarah dengan video shooting untuk dirancang menjadi media audio visual dalam berbagai bentuk. Bisa berupa film dokumenter atau CD interaktif, yang menyajikan suatu materi pokok atau Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan. Setelah pemanfaatan situs sejarah lokal menjadi bahan ajar guru dapat memadukan berbagai metode mengajar seperti ceramah bervariasi, diskusi kelompok, atau metode pembelajaran kooperatif lain seperti jigsaw, STAD, dan lain-lain yang melibatkan siswa untuk belajar secara aktif dan menguasai kelas dalam pembelajaran sebagaimana dalam pandangan Suprijono (2009) tentang pembelajaran kooperatif. Sintak dalam penerapan model pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah lokal ini memadukan beberapa metode. Tahap Pendahuluan, Guru memberikan apersepsi terkait dengan SK, KD dan Materi Pokok yang akan dikaji pada pertemuan tersebut, sambil menyampaikan beberapa informasi, stimulus serta pertanyaan awal mengenai materi yang akan disampaikan. Dilanjutkan dengan pembagian kelompok (satu kelompok 4-5 siswa secara heterogen, disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas), serta pembagian kuis. Kegiatan inti, penyampaian media pembelajaran tentang situs sejarah lokal sebagai sajian materi pelajaran. Dilanjutkan dengan pemberian tugas kepada kelompok yang sudah dibentuk. Dalam keanggotaan kelompok tersebut jika ada salah satu anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggotanya yang lain sampai semua anggota dalam kelompok tersebut mengerti. Langkah selanjutnya guru memberikan kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa dan pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. Kesimpulan, pengambilan kesimpulan oleh guru bersama siswa secara umum di dalam kelas sebagai refleksi atas materi yang telah dipelajari. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan mampu memberikan makna yang mendalam bagi siswa. Skenario pembelajaran yang disusun guru semestinya mampu membawa siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Penerapan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat berdampak pada pemerolehan pengalaman belajar siswa yang lebih bermakna, karena siswa 229
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNIPMA tidak hanya mendengar tetapi melakukan sendiri melalui berbagai kegiatan,misalnya melakukan wawancara, mengamati, menggambar peta, membuat tabel, membuat hipotesis, dan sebagainya. Siswa tidak hanya belajar secara auditif (dengar dan baca), tetapi juga belajar secara visual (melihat), dan bahkan belajar secara kinestetik (gerakan). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pembelajaran sejarah masih lebih banyak di dalam kelas, kurangnya dukungan dari sekolah untuk pembelajaran di luar kelas, keterbatasan waktu jam pelajaran, perencanaan dan pelaksanaan yang kurang matang dan terkoordinasi dalam melaksanakan pembelajaran di luar kelas kurang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran sejarah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah. Berdasarkan berbagai model yang sudah ada, peneliti mengembangkan model penyajian informasi dalam pembelajaran sejarah yang digabungkan dengan narasi situs sejarah lokal dalam bentuk media audio visual. Penerapan model pembelajaran sejarah berbasis situs sejarah lokal dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan pada interaktivitas antarsiswa, guru-siswa, serta hasil evaluasi belajar yang cukup tinggi. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut: (1) Bagi para guru sejarah, para guru perlu lebih meningkatkan penggunaan strategi pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa, misalnya penggunaan strategi pembelajaran yang lebih kontekstual, kooperatif dan kolaboratif, inkuiri, dan pembelajaran yang berbasis masalah; (2) Bagi para kepala sekolah, diharapkan mampu memberikan penekanan kepada guru-guru sejarah agar mampu menerapkan berbagai strategi, metode, dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan standar proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Achmad Ali. 2004. Merangkul Cahaya Menata Mutiara Madiun. Madiun: Pemerintah Kota Madiun. Agus Wibowo. 2010. Pentingnya Narasi Sejarah Lokal, dalam Harian Umum SOLOPOS Edisi Senin, 18 Januari 2010. Charles, Anderson David. 2003. Peristiwa Madiun 1948. Yogyakarta: Media Pressindo. Garraghan, Gilbert J. 1957. A Guide to Historical Method. New York: Fordham University Press. Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya. Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah. Bandung : Alfabeta. Joyce, Bruce, Marsha Weil, & Emily Calhoun. 2011. Model-model Pembelajaran. Edisi Kedelapan. Terjemah Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Pemkab Madiun. 1980. Sejarah Madiun. Madiun: Pemerintah Kabupaten Madiun Sartono Kartodirdjo. Suatu Tinjauan Fenomenologis tentang Folklore Jawa, dalam Soedarsono, ed.1986. Kesenian, Bahasa, dan Folklore Jawa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 230
Soe Hok Gie. 1999. Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan. Yogyakarta: Bentang Budaya. Suratmin. 2012. Kronik Peristiwa Madiun PKI 1948. Yogyakarta: Mata Padi Presindo. Taufik Abdullah. 1990. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Tim. 2003. Sejarah Berdirinya Kota Madiun. Madiun: Panitia Penelitian Hari Jadi Kota Madiun. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasi-Nya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. 231