HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat zaman sekarang terpapar oleh banyaknya makanan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh masyarakat indonesia dalam 10 tahun belakangan ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

MONASTEROL OBAT PENURUN KOLESTEROL DENGAN BAHAN ALAMI

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

UNDERSTANDING CHOLESTEROL. Djadjat Tisnadjaja Puslit Bioteknologi-LIPI

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. lemak yang seimbang adalah satu banding satu antara asupan lemak jenuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena dengan seseorang merasa sehat maka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA USIA TAHUN. E_mail:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

STUD1 HISTOPATOLOGI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL TEMPE SEBAGAI BAHAN PENCEGAH ATEROSKLEROSIS PADA KELINCI ANDRAW NUR RAHMAD B

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Diperoleh hasil yang positif dari pengamatan histopatologi kelompok perlakuan kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe, yaitu pencegahan pembentukail plak. Hal ini terlihat dengan rnembandingkan aorta kelompok perlakuan ekstrak tempe dengan simvastatin dan kontrol positif seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pembentukan plak atheroma pada aorta kelinci Perubahan HP Plak atheroma kontrol () kontrol (+) + Perlakuan I I1 111 IV Pada tabel di atas tampak pembuluh darah kelinci kelompok kontrol negatif tidak terbentuk plak (Gambar 5). Pada pemerikasaan histopatologi terlihat adanya timb~man lemak atau atheroma pada lapisan tunika intima pembulub darah (ateroskelerosis). Tunika intima normal tersusun atas selsel endotel poligonal dan pipih (Genesser 1994). Pembuluh darah aorta berhngsi sebagai jalan utarna pergerakan darah keluar dari jantung. Abnormalitas pada pembuluh darah aterosklerosis disebabkan oleh timbunan lipid pada tunika intima. Terjadinya plak atau timbunan lemak pada intima peinbuluh darah bisa juga disebabkan karena tingginya kadar LDL darah. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) kadar kolesterol normal kelinci sebesar 1080 mgtdl. Pada penelitian Ganda (2008) diperoleh kadar kolesterol darah kelinci berkisar antara 4554 mgldl.

Gambar :an histopatologis pembuluh darah kelinci kontrol negatif. pembuluh darahbomi d& tidak terbentuk plak artetoskleros&., pewamti& Hematoksilin Eosin. Bar 50 pm. Aterosklerosis adalah timbunan plak ateroma yang terdapat pada tunika intima arteri. Atheroma (bahasa Yunani yang berarti adonan tepung). Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang komplikasinya membunuh banyak orang di dunia dibanding penyakit lain, termasuk kanker (Spector and Spector 1993). Atheroma dapat mempengaruhi seinua arteri yang berdiameter lebih dari 2 mm, namun kejadian paling penting terdapat pada aorta, arteri otak, jantung, mesenterika dan femoralis. Atheroma merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke, merupakan faktor senilitas dan merupakan komplikasi utama diabetes. Penambahan kolesterol pada kelompok kelinci kontrol positif dengan dosis 0,1 gkg bbhari dimaksudkan untuk memberi gambaran pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis (Gambar 6). Pemberian kolesterol peroral pada kelinci mengakibatkan kadar kolesterol LDL meningkat sehingga mengakibatkan terbentuknya endapan berlemak pada tunika intima aorta atau aterosklerosis. Spector (1993) menyebutkan bahwa perubahan patologis esensial yang membedakan arteri atheroma dengan pembuluh darah normal adalah adanya akumulasi kolagen dan materi lipid dalam tunika intima. Lemak ini terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol serta trigliserida. Pada Gambar 6, lemak dan jaringan fibrosa berakumulasi sebagai plak yang menonjol ke dalam lumen pembuluh dan mengakibatkan penye~npitan arteri. Menurut Pate1 (2005) penyebab terjadinya aterosklerosis yang sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun dapat timbul dan meningkat kejadiannya karena beberapa faktor, diantaranya faktor keturunan (sejarah keluarga yang

pemah men~dap penyakit aterosklerosis), umur, frekuensi merokok, konsumsi makanan berlemak, tekanan darah tinggi, obesitas, kurang olahraga dan tekanan hidup (faktor stress). Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tejadi timbunan sel busa (foamy cell) pada tunika intima arteri. Sel sel busa ini berasal dari makrofag dengan gelernbung mirip busa yang berisi ester kolesterol. Tahap berikutnya adalah pembentukan garis lemak (fatty streak). Pada tahap ini terjadi penumpukan selsel busa yang dapat mendesak endotelium (Taher 2003). Gambar 6. Gambaran lustopatologis pembuluh darah kelinci kontrol positif Tampak plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah @anah), pewarnaan Hematoksilin Eosin. Bar 50 m. Sebagai akibat sumbatan lemak pada aorta memungkinkan tejadmya resiko penyakit jantung koroner (Corona~y Heart Disease). Penyakit jantung koroner secara patologi merupakan representasi dari kerusakan sirkulasi arteri koroner sebagai hasil dari deposit lemak pa& bagian &lam (intima) dari pembuluh darah (Brata dan Arbai 2001). Menurut Passmore (1986) penyakit jantung merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa kausa yang dibagi menjadi faktor tidak termodifikasi seperti umur, dan jenis kelamin (pria lebih berisiko), dan faktor yang dapat dimodifikasi seperti tingkat kolesterol darah, tekanan darah, diabetes melitus, kegemukan, stress, dan aktifitas fisik yang tidak memadai. Pada kelinci kelompok perlakuan I yang diberi preparat kolesterol dengan penambahan obat penurun kolesterol simvastatin (Gambar 7), tampak bahwa pemberian simvastatin n~empunyai efek yang positif terhadap penghan~batan

terbentuknya plak kolesterol. Simvastatin adalah obat anti aterogenik komersial yang termasuk ke dalam golongan statin. Obat ini digunakan untuk mengontrol kondisi hiperkolesterolemia dengan cara menurunkan level kolesterol. Simvastatin adalah derivat sintetis dari produk fermentasi Aspergillus terreus (Anonim 2009). Gambar 7. Histopatologi pembuluh darah kelinci kelompok I (diberi simvastatin), tampak tidak ada pembentukan plak pada dinding pembuluh darah. Pewmaan Hematoksilin dan Eosin. Bar 50 pm. Pada kelompok kelinci yang diberi preparat kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe berbagai dosis, yaitu 100, 200 dan 400 mg menunjukkan korelasi yang positif terhadap penghambatan pembentukan plak atheroma. Pemberian ekstrak metanol tempe dengan dosis 100 g/kg BB pada kelinci aterosklerosis (kelompok 11) menunjukkan efek pencegahan pembentukan plak. Pada pengamatan histopatologi dapat dilihat tidak tampaknya plak atheroina pada ttmika intima (Gambar 8a). Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak tempe mampu mencegab timbulnya plak aterosklerosis. Diduga kandungan isoflavon pada ekstrak tempe menjadi pencegah timbulnya plak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lichenstein (1998) bahwa isoflavon dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan mekanisme yang sama dengan pengaruh hormon estrogen pada kolesterol darah wanita. Aterosklerosis juga dapat terjadi dikarenakan adanya proses oksidasi LDL pada pembuluh darah. Pada konsep ini diduga oksidasi LDL terjadi di dinding pembuluh darah, yaitu di tunika intima karena LDL pada tunika intima tidak

terlindung oleh antioksidan yang melimpah di dalam plasma (Taher 2003). Kandumgan alpha dan gamma tokoferol (vitamin E) juga isoflavon pada tempe diketahui mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Mengacu pada teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu efek pencegahan aterosklerosis oleh fitoestrogen juga disebabkan oleh khasiat anti oksidasinya. Pada Gambar 8b dan 8c terlihat bahwa pemberian ekstrak tempe dengan konsentrasi lebih tinggi (200 dan 400 mglekorhari) juga memberikan efek yang baik dalam mencegah timbulnya plak. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya plak atheroma yang timbul pada tunika intima. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Esterbauer et al. (1989) dalam Sofian (2005), yang menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi suatu zat yang dapat menurunkan atau menghambat sintesis kolesterol maka akan semakin besar pula dayanya umtuk menurunkan dan menghambat pembentnkan kolesterol sehingga kadar kolesterol yang dihasilkan akan semakin sedikit. Gambaran histopatologi pembuluh darah pada kelompok perlakuan 11, 111, dan IV mengindikasikan bahwa zat aktif yang terkandung pada ekstrak telnpe mampu mencegah timbulnya plak pada tunika intima. Pada konsumsi ekstrak ternpe dengan dosis lebih besar terlihat bahwa pengaruh pemberian ekstrak tempe memberikan hasil yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan dosis 100 mgfkg BB sudah cukup untuk inenghambat pembentukan plak arterosklerosis. Namun demikian secara patologi klinik pemberian dosis yang lebih besar dapat menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar (Ganda 2008). Penum~an resiko timbulnya plak pada pembuluh darah aterosklerosis oleh telnpe dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Brata dan Arbai (2001), serat dan ragi tempe dapat menmmkan kadar kolesterol. Serat adalah bagian dari tumbuhan yang tidak dapat dicema. Di dalam usus, serat rnengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh usus dan langsung dibuang bersama feces. Anderson (1994) melaporkan bahwa aksi utama penurunan penyerapan kolesterol pada ransum berserat tinggi adalah akibat meningkatnya ekskresi lemak, asam einpedu dan kolesterol. Protein tempe juga dapat menurunkan kadar kolesterol dengan meningkatkan reseptor LDL di hati. Asam lemak tidak jenuh pada tempe dapat mengurangi jumlah kolesterol darah dengan cara menstimulasi ekskresi kolesterol

melalui asam empedu (Brata dan Arbai 2001). Menurut Lichtenstein (1998), protein temp dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara mempengaruhi pengeluaran homon tiroksin dan thyroidstimulating hormone (TSH) serta meningkatkan ekslcresi asam empedu. Gambar 8. Gambaran histopatologis pembuluh darah kelompok I1 (A), kelompok 111 (B) dan kelompok IV (C). Tampak tidak ada pembentukan plak arterosklerosis pada pembuluh darah. perbesaran, pewarnaan Hematoksilin Eosin. Bar 50 pm.