HASIL DAN PEMBAHASAN Diperoleh hasil yang positif dari pengamatan histopatologi kelompok perlakuan kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe, yaitu pencegahan pembentukail plak. Hal ini terlihat dengan rnembandingkan aorta kelompok perlakuan ekstrak tempe dengan simvastatin dan kontrol positif seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pembentukan plak atheroma pada aorta kelinci Perubahan HP Plak atheroma kontrol () kontrol (+) + Perlakuan I I1 111 IV Pada tabel di atas tampak pembuluh darah kelinci kelompok kontrol negatif tidak terbentuk plak (Gambar 5). Pada pemerikasaan histopatologi terlihat adanya timb~man lemak atau atheroma pada lapisan tunika intima pembulub darah (ateroskelerosis). Tunika intima normal tersusun atas selsel endotel poligonal dan pipih (Genesser 1994). Pembuluh darah aorta berhngsi sebagai jalan utarna pergerakan darah keluar dari jantung. Abnormalitas pada pembuluh darah aterosklerosis disebabkan oleh timbunan lipid pada tunika intima. Terjadinya plak atau timbunan lemak pada intima peinbuluh darah bisa juga disebabkan karena tingginya kadar LDL darah. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) kadar kolesterol normal kelinci sebesar 1080 mgtdl. Pada penelitian Ganda (2008) diperoleh kadar kolesterol darah kelinci berkisar antara 4554 mgldl.
Gambar :an histopatologis pembuluh darah kelinci kontrol negatif. pembuluh darahbomi d& tidak terbentuk plak artetoskleros&., pewamti& Hematoksilin Eosin. Bar 50 pm. Aterosklerosis adalah timbunan plak ateroma yang terdapat pada tunika intima arteri. Atheroma (bahasa Yunani yang berarti adonan tepung). Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang komplikasinya membunuh banyak orang di dunia dibanding penyakit lain, termasuk kanker (Spector and Spector 1993). Atheroma dapat mempengaruhi seinua arteri yang berdiameter lebih dari 2 mm, namun kejadian paling penting terdapat pada aorta, arteri otak, jantung, mesenterika dan femoralis. Atheroma merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke, merupakan faktor senilitas dan merupakan komplikasi utama diabetes. Penambahan kolesterol pada kelompok kelinci kontrol positif dengan dosis 0,1 gkg bbhari dimaksudkan untuk memberi gambaran pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis (Gambar 6). Pemberian kolesterol peroral pada kelinci mengakibatkan kadar kolesterol LDL meningkat sehingga mengakibatkan terbentuknya endapan berlemak pada tunika intima aorta atau aterosklerosis. Spector (1993) menyebutkan bahwa perubahan patologis esensial yang membedakan arteri atheroma dengan pembuluh darah normal adalah adanya akumulasi kolagen dan materi lipid dalam tunika intima. Lemak ini terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol serta trigliserida. Pada Gambar 6, lemak dan jaringan fibrosa berakumulasi sebagai plak yang menonjol ke dalam lumen pembuluh dan mengakibatkan penye~npitan arteri. Menurut Pate1 (2005) penyebab terjadinya aterosklerosis yang sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun dapat timbul dan meningkat kejadiannya karena beberapa faktor, diantaranya faktor keturunan (sejarah keluarga yang
pemah men~dap penyakit aterosklerosis), umur, frekuensi merokok, konsumsi makanan berlemak, tekanan darah tinggi, obesitas, kurang olahraga dan tekanan hidup (faktor stress). Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tejadi timbunan sel busa (foamy cell) pada tunika intima arteri. Sel sel busa ini berasal dari makrofag dengan gelernbung mirip busa yang berisi ester kolesterol. Tahap berikutnya adalah pembentukan garis lemak (fatty streak). Pada tahap ini terjadi penumpukan selsel busa yang dapat mendesak endotelium (Taher 2003). Gambar 6. Gambaran lustopatologis pembuluh darah kelinci kontrol positif Tampak plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah @anah), pewarnaan Hematoksilin Eosin. Bar 50 m. Sebagai akibat sumbatan lemak pada aorta memungkinkan tejadmya resiko penyakit jantung koroner (Corona~y Heart Disease). Penyakit jantung koroner secara patologi merupakan representasi dari kerusakan sirkulasi arteri koroner sebagai hasil dari deposit lemak pa& bagian &lam (intima) dari pembuluh darah (Brata dan Arbai 2001). Menurut Passmore (1986) penyakit jantung merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa kausa yang dibagi menjadi faktor tidak termodifikasi seperti umur, dan jenis kelamin (pria lebih berisiko), dan faktor yang dapat dimodifikasi seperti tingkat kolesterol darah, tekanan darah, diabetes melitus, kegemukan, stress, dan aktifitas fisik yang tidak memadai. Pada kelinci kelompok perlakuan I yang diberi preparat kolesterol dengan penambahan obat penurun kolesterol simvastatin (Gambar 7), tampak bahwa pemberian simvastatin n~empunyai efek yang positif terhadap penghan~batan
terbentuknya plak kolesterol. Simvastatin adalah obat anti aterogenik komersial yang termasuk ke dalam golongan statin. Obat ini digunakan untuk mengontrol kondisi hiperkolesterolemia dengan cara menurunkan level kolesterol. Simvastatin adalah derivat sintetis dari produk fermentasi Aspergillus terreus (Anonim 2009). Gambar 7. Histopatologi pembuluh darah kelinci kelompok I (diberi simvastatin), tampak tidak ada pembentukan plak pada dinding pembuluh darah. Pewmaan Hematoksilin dan Eosin. Bar 50 pm. Pada kelompok kelinci yang diberi preparat kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe berbagai dosis, yaitu 100, 200 dan 400 mg menunjukkan korelasi yang positif terhadap penghambatan pembentukan plak atheroma. Pemberian ekstrak metanol tempe dengan dosis 100 g/kg BB pada kelinci aterosklerosis (kelompok 11) menunjukkan efek pencegahan pembentukan plak. Pada pengamatan histopatologi dapat dilihat tidak tampaknya plak atheroina pada ttmika intima (Gambar 8a). Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak tempe mampu mencegab timbulnya plak aterosklerosis. Diduga kandungan isoflavon pada ekstrak tempe menjadi pencegah timbulnya plak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lichenstein (1998) bahwa isoflavon dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan mekanisme yang sama dengan pengaruh hormon estrogen pada kolesterol darah wanita. Aterosklerosis juga dapat terjadi dikarenakan adanya proses oksidasi LDL pada pembuluh darah. Pada konsep ini diduga oksidasi LDL terjadi di dinding pembuluh darah, yaitu di tunika intima karena LDL pada tunika intima tidak
terlindung oleh antioksidan yang melimpah di dalam plasma (Taher 2003). Kandumgan alpha dan gamma tokoferol (vitamin E) juga isoflavon pada tempe diketahui mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Mengacu pada teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu efek pencegahan aterosklerosis oleh fitoestrogen juga disebabkan oleh khasiat anti oksidasinya. Pada Gambar 8b dan 8c terlihat bahwa pemberian ekstrak tempe dengan konsentrasi lebih tinggi (200 dan 400 mglekorhari) juga memberikan efek yang baik dalam mencegah timbulnya plak. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya plak atheroma yang timbul pada tunika intima. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Esterbauer et al. (1989) dalam Sofian (2005), yang menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi suatu zat yang dapat menurunkan atau menghambat sintesis kolesterol maka akan semakin besar pula dayanya umtuk menurunkan dan menghambat pembentnkan kolesterol sehingga kadar kolesterol yang dihasilkan akan semakin sedikit. Gambaran histopatologi pembuluh darah pada kelompok perlakuan 11, 111, dan IV mengindikasikan bahwa zat aktif yang terkandung pada ekstrak telnpe mampu mencegah timbulnya plak pada tunika intima. Pada konsumsi ekstrak ternpe dengan dosis lebih besar terlihat bahwa pengaruh pemberian ekstrak tempe memberikan hasil yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan dosis 100 mgfkg BB sudah cukup untuk inenghambat pembentukan plak arterosklerosis. Namun demikian secara patologi klinik pemberian dosis yang lebih besar dapat menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar (Ganda 2008). Penum~an resiko timbulnya plak pada pembuluh darah aterosklerosis oleh telnpe dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Brata dan Arbai (2001), serat dan ragi tempe dapat menmmkan kadar kolesterol. Serat adalah bagian dari tumbuhan yang tidak dapat dicema. Di dalam usus, serat rnengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh usus dan langsung dibuang bersama feces. Anderson (1994) melaporkan bahwa aksi utama penurunan penyerapan kolesterol pada ransum berserat tinggi adalah akibat meningkatnya ekskresi lemak, asam einpedu dan kolesterol. Protein tempe juga dapat menurunkan kadar kolesterol dengan meningkatkan reseptor LDL di hati. Asam lemak tidak jenuh pada tempe dapat mengurangi jumlah kolesterol darah dengan cara menstimulasi ekskresi kolesterol
melalui asam empedu (Brata dan Arbai 2001). Menurut Lichtenstein (1998), protein temp dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara mempengaruhi pengeluaran homon tiroksin dan thyroidstimulating hormone (TSH) serta meningkatkan ekslcresi asam empedu. Gambar 8. Gambaran histopatologis pembuluh darah kelompok I1 (A), kelompok 111 (B) dan kelompok IV (C). Tampak tidak ada pembentukan plak arterosklerosis pada pembuluh darah. perbesaran, pewarnaan Hematoksilin Eosin. Bar 50 pm.