STUD1 HISTOPATOLOGI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL TEMPE SEBAGAI BAHAN PENCEGAH ATEROSKLEROSIS PADA KELINCI ANDRAW NUR RAHMAD B

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUD1 HISTOPATOLOGI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL TEMPE SEBAGAI BAHAN PENCEGAH ATEROSKLEROSIS PADA KELINCI ANDRAW NUR RAHMAD B"

Transkripsi

1 STUD1 HISTOPATOLOGI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL TEMPE SEBAGAI BAHAN PENCEGAH ATEROSKLEROSIS PADA KELINCI ANDRAW NUR RAHMAD B PAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 ABSTRAK ANDRAW NUR RAHMAD. STUD1 HISTOPATOLOGI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL TEMPE SEBAGAI BAHAN PENCEGAH ATEROSKLEROSIS PADA KELINCI. Dibawah bimbingan BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO dan I NYOMAN SUARSANA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi ekstrak metanol tempe sebagai bahan pencegah aterosklerosis secara histopatologi dengan mengamati pembentukan plak pada dinding pembuluh darah aorta. Sebanyak 18 ekor kelinci digunakan sebagai hewan coba yang dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol negatif hanya diberi pakan, kelompok kontrol positif yang diberi. pakan, kolesterol sebanyak 0,l g/kg BB/hari. Kelompok perlakuan meliputi kelompok I yang diberi kolesterol sebanyak 0,l gikg BBhari dan simvastatin sebanyak 15 mglekorhari, kelompok I1 diberi ekstrak tempe dosis 100 mg/ekor/hari, dan kolesterol 0,l g/kg BBhari, kelompok I11 diberi ekstrak tempe dosis 200 mg/ekor/hari, dan kolesterol 0,l g/kg BBIhari, kelompok N diberi ekstrak tempe dosis 400 mglekorhari, dan kolesterol 0,l g/kg BBhari. Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan pertumbuhan plak ditemukan pada kelompok kontrol positif, akan tetapi tidak ditemukan pada kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan. Berdasarkan ha1 tersebut, disimpulkan bahwa ekstrak metanol tempe mempunyai aktifitas mencegah pembentukan plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah kelinci Kata kunci : aterosklerosis, tempe, histopatologi, kolesterol, kelinci.

3 ABSTRACT ANDRAW NUR RAHMAD. HISTOPATOLOGICAL STUDY OF TEMPE METHANOL EKSTRACT AS AN ARTHEROSCLEROSIS PREVENTIVE SUBSTANCES IN RABBIT. Under direction of BAMBANG PONTJO PRIOSOERYANTO and I NYOMAN SUARSANA. The aim of the present study is to elaborate of methanol extract of tempe as atherosclerosis preventive substances by observed the histopathological findings of the plaque formation in the wall of aorta. A total of 18 rabbits were divided into 6 groups. The negative control group was only received feed and drinking water, the positive control group received feed, drinking water and 0.1 g cholesterol kg BW I day. Treatment group I was received 0.1 g cholesterol/ kg BW/ day and 15 mg simvastatinl day; group I1 was received 100 mg tempe methanol extract1 day, feed and 0.1 g cholesterol/ kg BWIday; group I11 was received 200 mg tempe methanol extracts/ day, feed and 0.1 g cholesterol/ kg BW/ day; group IV was received 400 mg tempe methanol extract1 day, feed and 0.1 g cholesterol /kg BW/day. The result of the histopathological observation shows that the plaques formation were occused only in the control positive group, while the plaque were not detected in the negative and tseatment groups. Based on all findings mention above, we concluded that the tempe methanol extract has an activity on the inhibition of atherosclerosis plaque formation in the wall of rabbit blood vessel. Keywords : atherosclerosis, histopathology, tempe, cholesterol, rabbit

4 STUD1 HISTOPATOLOGI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL TEMPE SEBAGAI BAHAN PENCEGAH ATEROSKLEROSIS PADA KELINCI ANDRAW NUR RAHMAD B Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meinperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 Judul Skripsi : Studi histopatologi aktivitas ekstrak metanol tempe sebagai bahan pencegah aterosklerosis pada kelinci Nama : Andraw Nur Rahmad NRP : B Disetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing I1 NIP : NIP : Diketahui, Tanggal Lulus : 1 5 MAY 2009

6 PRAKATA Puji serta syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh yang baik bagi umatnya untuk berusaha dengan keras. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu dan Bapak (Alm) yang senantiasa memberikan doa dan dukungan semangat yang sangat lux biasa bagi anaknya tercinta. Kepada Dr. drh. Banbang Pontjo Priosoeryanto, MS. dan drh. I Nyoman Suarsana M.Si. selaku dosen pembimbing yang sangat sabar mendampingi dan membimbing selama penulisan skripsi ini. Kepada Dr. drh. Chairun nisa' M. Si. selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan arahan selama masa kuliah dan penelitian. Kepada Prof. Dr. drh Fachryan Pasaribu dan keluarga atas dukungan, seinangat dan do'a untuk penulis. Teman sepenelitian, Dian Ganda yang selalu membantu dan selalu menyemangati disaat malas datang. Teman - teman Asteroidea 41 FKH IPB, teman- teman seperjuangan (Fikri, Muhan, Satrio, Indra, Hasan, Tresna, Matian, Nanang, Nanda, Dani), terima kasih telah memberikan warna dimasa sulit kuliah di FKH, teman-teman di Ikalum IPB dan semua pihak yang telah memberikan segala bantuan dan semangat, penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 8 November 1986 di Blora, dari Ayahanda Ismail dan Ibunda tercinta Siti Umu Hani'ah. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis bersekolah di TK Bina Patra, lulus pada tahun Kemudian melanjutkan ke SD Negeri XIV Cepu, lulus pada tahun Selanjutnya penulis melanjutkan ke SLTPN 3 Cepu dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan ke SMUN DU 2 Jombang dan lulus pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Institut Peitanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan melalui jalw USMI. Selma perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kampus. Penulis menjadi anggota Himpro Ornithologi dan Unggas periode , Pengurus IMAKAHI IPB , dan anggota BEM FKH IPB bidang pengabdian masyarakat periode

8 DAFTAR IS1 DAFTAR IS1... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... PENDAHULUAN Latar Belakang... Tujuan... Manfaat... TINJAUAN PUSTAKA. Tempe... Isoflavon... Metabolisme Kolesterol dan Lipid... Aterosklerosis dan Penyakit Jantung... Pembuluh Darah Aorta... Aterosklerosis Pembuluh Darah... Kelinci (Oryctolagus cuniculus)... BAHAN dan METODE Waktu dan Tempat... Alat dan Bahan... Metode... Pembuatan Ekstrak Tempe... Perlakuan Pada Hewan Uji... Pembuatan Preparat Histopatologi... Pengamatan Preparat Histopatologi... HASIL DAN PEMBAHASAN... IUCSIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA...

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pembentukan Plak Atheroma pada Aorta Kelinci DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Lapisan Peinbuluh Darah..... Aterosklerosis Pembuluh Darah..... Skema Umum Patogenesa Aterosklerosis..... Kelinci New Zealand White.... Gambaran Histopatologis Pembuluh Darah Kelinci Kontrol Negatif..... Gambaran Histopatologis Pembuluh Darah Kelinci Kontrol.. Pos1t1f.... Gambaran Histopatologis Pembuluh Darah Kelinci Kelompok I... Gambaran Histopatologis Pembuluh Darah Kelinci Kelompok I1 (A), III(B), IV (C)

10 PENDAHULUAN Latar Betakang Pada masyarakat modem sekarang ini, kesehatan jantung merupakan masalah kesehatan yang paling mendapat perhatian serius. Di banyak negara maju inaupun negara berkembang penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang utama. Berdasarkan hasil survei kesehatan nunah tangga (SKRT) tah~m 1972, PJK masih menduduki peringkat ke -11 penyebab kematian di Indonesia. Diperkirakan pada saat itu 16,5% dari keseluruhan angka kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung. Tahun 1986 kasus kematian karena PJK naik menjadi peringkat ke-3, dan tahun 1995 menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia. Peningkatan resiko kejadian penyakit jantung di Indonesia banyak disebabkan oleh perubahan pola hidup, kondisi lingkungan, dan perilaku masyarakat. Pola konsumsi masyarakat yang cenderung mengkonsumsi pangan yang didominasi lemak dan miskin kandungan serat, peningkatan frekuensi merokok, beratnya tekanan psikis dan cekaman yang dialami menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit yang semula didominasi oleh penyakit menular dan infeksi beralih menjadi penyakit degeneratif, misalnya PJK (Krisnatuti & Yenrina 2002). Penelitian mengenai keterkaitan bahan makanan yang banyak mengandung kolestrol dengan penyakit jant~mg sudah lama dilakukan. Lemak yang kita makan terdiri dari kolestrol, lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Karbohidrat dm lemak tersebut di dalam tubuh akan diproses menjadi suatu senyawa yang disebut Asetil koenzim-a. Dari senyawa inilah dihasilkan adenosin trifosfat (ATP) yang berfungsi sebagai suplai energi. Asetil koenzim-a juga membentuk beberapa zat penting seperti peinbentukan asam lemak, trigliserida, fosfolipid dan kolestrol (Dalimartha 2002). Oleh karenanya, bila tubuh terlalu banyak kemasukan makanan maka jumlah trigleserida dan kolesterol akan semakin banyak. Bila terjadi kelebihan kolesterol dalam pembuluh darah akan menyebabkan kondisi hiperkolesterolimia. Kejadian ini bila berlangsung dalam

11 waktu yang lama dan tenls menerus akan meningkatkan resiko tersumbatnya aliran buluh darah yang disebut aterosklerosis. Kondisi aterosklerosis cenderung lebih sedikit dijumpai pada wanita dibandingkan pria (Grundy 1991). Hal ini dikarenakan adanya perlindungan dari estrogen. Hormon esterogen mempunyai fungsi diantaranya dalam menghambat perkembangan awal aterosklerosis dengan mengurangi pembentukan sel busa makrofag, yaitu dengan mengurangi penangkapan lipoprotein melalui lintas cara pembersih (Sulistiyani 1997), sehingga dapat mengurangi resiko PJK. Kedelai merupakan bahan inakanan yang mengandung isoflavon, yaitu zat aktif yang mempunyai struktur dan fungsi mirip estrogen yang dikenal dengan fitoestrogen (Miksicek 1995). Mengkonsumsi tempe yang mengandung isoflavon secara kontinyu dipercaya dapat membantu menurunkan kadar kolestrol sehingga meminimalisir teijadinya penyakit jantung akibat terhambatnya pembentukan plak atheroma pada peinbuluh darah. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan aktivitas ekstrak methanol tempe dalam inenghanlbat pembentukan plak aterosklerosis. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam upaya pencegahan aterosklerosis pada hewan dan manusia.

12 TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe merupakan makanan tradisonal yang sangat populer di Indonesia. Tempe juga merupakan makanan bergizi tinggi sehingga mempunyai arti strategis dan sangat penting untuk pemenuhan gizi. Lebih dari itu tempe mempunyai keunggulan-keunggulan lain, yaitu mempunyai kandungan senyawa aktif, teknologi pembuatannya sederhana, harganya murah, mempunyai citarasa yang enak dan mudah dimasak (Pradana 2008). Tempe kedelai mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, selain mengandung protein 19,5 %, tempe kedelai juga mengandung lemak 4 %, karbohidrat 9,4 % dm1 vitamin B12 3,9-5 mg per 100 gram (Sanvono 1994). Peneliti dari Indonesia maupun para pakar dari mancanegara seperti Jepang, Eropa dan Amerika banyak membuktikan keunggulan tempe kedelai. Namun demikian tempe juga dapat dibuat dari bahan dasar lain seperti jenis kacang-kacangan dan biji-bijian serta ampas (Koswara 1995). Tempe dibuat dengan cara fermentasi (peragian) menggunakan kapang Rhizopus oligosporus. Pembuatan tempe kedelai terdiri dari berbagai tahap yaitu pembersihan bahan, perendaman, pengupasan, perebusan, pencampuran dan pembungkusan. Lama perendaman bervariasi, biasanya berkisar 8-12 jam, balkan sampai 2-3 hari. Akibat perendaman, air yang diarbsopsi kedelai mendekati 2 kali bobot keringnya. Selama fermentasi asam oleh bakteri, ph turun hingga Hal ini memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan kapang tempe terutama Rhyzopus oligosporus, dan mencegah perkembangan bakteri lain yang dapat membusukkan kedelai (Steinkraus 1983). Tempe selain mengandung zat gizi dan mineral juga mengandung alpha dan gamma tochoperol (vitamin E) yang berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kerusakan sebagai akibat dari proses oksidasi. Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa yang berfungsi untuk menunda, mencegah dan memperlambat proses oksidasi lipid. Dalanl atti khusus antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi oleh radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochar dan Rossel 1990).

13 Radikal bebas dapat bersifat toksik di dalam sel dengan caranya memulai rangkaian reaksi peroksidasi lipid dan menghasilkan radikal bebas sehingga menyebabkan kerusakan DNA, RNA, protein dan membran sel. Perubahan dan kerusakan molekul-molekul penting ini berperan dalarn menimbukan penyakitpenyakit degeneratif seperti penuaan, diabetes melitus, aterosklerosis dan perubahan neoplastik (Asikin 2001). Di dalam tempe ditemukan zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E dan karotenoid, isoflavon merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalan kedelai terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein dan genistein. Pada tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat antioksidan faktor I1 (6,7,4-Trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai. Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat, payudara dan penuaan (aging). Studi lain yang dilakukan oleh Bintari (2008) juga menemukan bahwa isoflavon tenlpe mempunyai daya kerja sebagai zat antikanker. Pemberian isoflavon tempe sebesar 1000 mgikg diet/hari dan mgikg diet/hari pada hewan coba tikus (Mus mucuius) galw C3H dapat menghambat proliferasi sel kanker payudara dan meningkatkan kemampuan apoptosis sel kanker. Daya antikanker isoflavon tempe terletak pada potensi senyawa tersebut sebagai agensia antiproliferatif dan apoptogenik terhadap sel kanker payudara. Isoflavon Isoflavon adalah golongan senyawa isoflavonoid yaitu subkelas senyawa flavonoid yang memiliki 15 atom C dan merupakan senyawa fen01 alami terbesar (Surahadikusuma 1989). Distribusi Isoflavon terbatas pada tumbuhan kacangkacangan (leguminosae) (Harbone 1996). Isoflavon di alam ditemukan dalam bentuk glikosida berupa daidzin, genistin, glisitin, acetyldaidzin dan acetylgenistin. Selain bentuk glikosida

14 isoflavon juga ditemukan dalam bentuk aglikonnya yaitu daidzein, genistein, dan glisetein (Wuryani 1992). Perubahan senyawa isoflavon dalam bentuk glikosida menjadi aglikon disebabkan proses perendaman dan fermentasi terutama pada pembuatan tempe. Hal ini disebabkan kemampuan kapang tempe menghasilkan enzim P-glikosidase. Enzim ini berperan dalam mengubah isoflavon dalam bentuk glikosida (genistin dan daidzin) menjadi senyawa isoflavon dalam bentuk aglikoimya (genistein dan daidzein) (Koswara 1995). Isoflavon dilaporkan memiliki khasiat farmakologi. Sifat fisiologis aktif isoflavon antara lain antifungi, antioksidan, antihemolisis dan antikanker. Konsumsi isoflavon sejumlah mg/kg bbkr berfungsi sebagai antikanker (Wang dan Murphy 1994). Isoflavon kedelai dapat menurunkan resiko penyakit jm~tung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol, karena adanya isoflavon di dalmn protein tersebut. Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah. Melalui penelitian in vifro, isoflavon kedelai juga terbukti, dapat menghanlbat enzim tirosin kinase, sehingga dapat menghambat perkembangan sel-sel kanker dan angiogenesis. Hal ini menyebabkan suatu tumor tidak dapat membentuk pembuluh darah baru, sehingga tidak dapat tumbuh (Koswara 2005). Kemampuan antikanker senyawa isoflavon terutama ganistein dan daidzein, akhir-akhir ini telah banyak dibuktikan dari beberapa penelitian di luar negeri. Studi epidemiologi di Jepang menemukan bahwa konsumsi isoflavon bermanfaat mengurangi konsentrasi kolesterol seium pada hiperkolesterolemia (Aldrecreutz 1998). Peneliti lain menemukan bahwa koinponen biokimia ini bermanfaat potensial untuk mencegah penyakit jantung (Anthony et all 1998), menghambat perkembangan aterosklerosis sehingga dapat mencegah penyakit kardiovaskular (Goldberg 1996), ineningkatkan densitas massa tulang sehingga mencegah osteoporosis (Anderson dan Carner 1997) dan mereduksi sindrom pascamenopouse pada wanita (Knight et all 1996).

15 Metabolisme Kolesterol dan Lipid Kolestrol adalah senyawa lemak kompleks yang 80% dihasilkan dari dalam tubuh (organ hati) dan sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk bermacam- macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel, vitamin D, hormon seks (testoteron dan estrogen) dan asam empedu. Kolesterol merupakan salah satu jenis lipid yang dapat dibedakan dari trigliserida atau fosfolipidnya karena tidak mengandung gliserol, melainkan terdiri atas inti steroid yang mengandung satu gugus hidroksil. Pada pembentukan kolesterol di hati (de novo sintesis) dari 3 molekul asam asetat yang akan terbentuk menjadi 1 molekul 3- hidroksi-3-metilglutaril-koenzim A (HMG-KoA) yang selanjutnya akan diubah menjadi asam mevalonat oleh enzim HMG-KoA reduktase. Setelah beberapa tahapan kondensasi selanjutnya kolesterol tersintesis (Tumbelaka 1997). Kolestrol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kadar kolestrol darah. Kolestrol tidak larut dalam cairan darah. Untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang dapat dianggap sebagai pembawa (carier) kolestrol dalam darah. Di dalam tubuh terdapat jenis-jenis kolesterol yang dibagi menurut jenis dan fungsinya, yaitu : 1. LDL (Low Density Lipoprotein) Jenis kolesterol ini berbahaya sehingga sering disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol LDL menganglcut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner sekaligus target utama dalam pengobatan. 2. HDL (High Density Lipoprotein) Kolesterol HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering diseb~~t kolesterol baik karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembul~h darah arteri untuk dikembalikan ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis.

16 3. Trigliserida Selain LDL dan HDL, yang penting mtuk diketahui juga adalah Trigliserida, yaitu satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah sepei-ti kegemukan, konsumsi alkohol, gula dan makanan berlemak. Selama terjadi keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran kolesterol maka tub& akan tetap sehat (Anonim 2008). Kolesterol dalam tubuh dikeluarkan melalui dua cara, yaitu diubah menjadi empedu sebagai gmam-garam kolesterol dan sterol netsal yang dibuang melalui feses (Mayes 1995). Awalnya asam empedu disintesa dalam hati dengan bahan dasar kolesterol. Asam empedu ini digunakan dalam proses penceinaan, khususnya lemak dengan cara pembentukan kilomikron (Lelminger 1975). Hampir 80% kolesterol diubah menjadi berbagai macam asam empedu (Campbell et a1 2003). Organ hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak kemudian membentnk trigliserida. Trigliserida ini dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL). VLDL kemudian akan mengalami metabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi intermediate density lipoprotein (IDL). Kemudian IDL melalui serangkain proses akan berubah menjadi low density lipoprotein (LDL) yang kaya kolestrol. Kira-kira % dari kolestrol dalam plasma darah noimal manusia mengandung partikel LDL. LDL mempunyai fimgsi mengantar kolestsol ke dalam tubuh, sedangkan high density lipoprotein (HDL) bertugas inembuang kelebihan kolestsol dari dalam tubuh. Karena sebab itulah muncul istilah LDL sebagai kolestrol jahat dan HDL adalah kolestsol baik, sehingga seharusnya komposisi keduanya harus seimbang. Kadar kolestsol yang berlebih dalam pembulud~ darah dapat menimbulkan peiubahan patologis yang disebut sebagai aterosklerosis. Apabila aterosklerosis terjadi pada arteri koronaria maka dapat mengakibatkan penyakit jantung yang disebut penyakit jantung koroner (PJK). Serangan ini bersifat mendadak dan bisa

17 berkibat sangat fatal, sehingga menjadi penyakit yang ditakuti oleh penduduk dunia sampai saat ini. Lipid adalah zat kimia esensial yang dibutuhkan oleh semua sel mahluk hidup yang berfungsi sebagai komponen struktural yang penting, yaitu sebagai sumber energi dan sebagai prekursor dari hormon-hormon steroid (Marinetti 1990). Lipid juga didefinisikan sebagai suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan dengan asam lemak, baik secara aktual maupun potensial. Lipid mempunyai sifat yang sama yaitu tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform dan benzen. Dengan demikian lipid mencakup lemak, minyak, lilin, dan senyawa yang sejenis. Lipid merupakan unsur makanan yang penting karena lipid mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan pelarut vitamin-vitamin yang larut dalam lemak dan asam asam lemak esensial. Lemak di dalam tubuh diperlukan sebagai sumber energi yang efisien baik secara langsung maupun secara potensial, bila disimpan dalam jaringan lemak. Lemak juga berfungsi sebagai pelindung terhadap kemungkinan cedera organ misalnya akibat benturan atau trauma. Lemak merupakan penyekat dalam jaringan subkutan dan sekitar organ-organ tertentu. Jumlah lemak yang harus ada di tubuh adalah 3% dari berat badan yang terletak di membran sel, sumsurn tulang, jaringan saraf, otak, sekitar jantung, paru-paru, hati, ginjal dan usus. Apabila di dalanl tubuh jumlah lemak melebihi 3% dari berat badan maka disebut sebagai timbunan lemak (Purwati, Rahayuningsih dan Salimar 2002). Lemak yang kita makan terdiri dari kolesterol, lemak jenuh dan lemak tidak jenuh (Dalimartha 2002). Oleh karena itu bila tubuh terlalu banyak deposit lemak maka otomatis deposit kolesterol juga akan semakin bertambah. AterosMerosis dan Penyakit Jantung Jantung memompa darah menuju jaringan tubuh melalui pembuluh darah arteria yang cukup panjang. Menunrt Hartono (2003) berdasarkan perbedaan diameter serta komposisi dindingnya, arteria dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Tipe besar: mencakup aorta dan cabang utama yang langsung keluar dari aorta. Kadar serabut elastiknya tinggi sehingga elastisitasnya

18 cukup memadai. Serabut elastik berfungsi meredam kekuatan denyut jantung. 2. Tipe sedang: terdiri dari arteria biasa, biasa juga disebut arteria tipe otot. Serabut elastiknya terbatas dan membentuk lamina elastika. 3. Tipe kecil: terdiri dari percabangan arteria pra kapiler yang lazim disebut arteriola. Lapis umum pembuluh darah dibag menjadi tiga bagian (Gambar I), yaitu: 1. Tunika intima (tunika intema) Adalah lapisan yang langsung membalut lumen, terdiri dari endotelia, membran basal dan jaringan ikat sub endotelia tipis di bawahnya. 2. Tunika media Lapis tengah yang mengandung otot polos dengan susunan melingkar atau mengulir, ditunjang oleh jaringan ikat yang mengandung serabut elastik. Serabut elastik di tempat tertentu dapat membentuk lamina elastika interna dan ekstema. 3. Tunika adventisia (tunika ekstema) Lapis terluar yang terdiri dari jaringan ikat longgar, mengandung otot polos, sel lemak, pembuluh darah dan syaraf. Gambar 1. Lapisan Pembuluh Darah. I : tunika intima, I1 : tunika media, III : tunika na adventitia, a : endothelium, b : lamina elastika interna, c : lamina elastika interna (Cotran et all 1994)

19 Pembuluh Darah Aorta Ateria tipe elastik mencakup aorta serta cabang utamanya, misalnya arteria subklavia, arteria femoralis, arteria pulmonalis dan arteri karotis komunis. Aorta beraspek kuning karena banyak mengandung serabut elastik untuk meredam kekuatan denyut jantung ketika darah mengalir ke kapiler. Tunika intima aorta paling tebal, endotelia pendek dan berbentuk poliginal. Jaringan subendotelia inengandung fibril kolagen, serabut elastik dan fibroblast. Pada bagian dalam terdapat otot polos dengan susunan memanjang. Lamina elastika interna tidak jelas karena banyaknya serabut elastik, bahkan sering membentuk lamel tergantung pada umur. Tunika media berbentuk jaringan serabut elastik dengan arah mengulir. Celah-celah jaringan serabut elastik kasar diisi oleh sel-sel otot polos yang ukurannya lebih kecil, pipih, relatif Iebih sedikit dengan mengikuti arah mengulir. Jalinan otot polos dikelilingi oleh fibril kolagen dan serabut retikuler. Lamina elastika eksterna tidak jelas. Tunika adventisia umumnya tipis, terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung serabut kolagen, serabut elastik sedikit dengan susunan mengulir. Sering tampak adanya otot polos, pembuluh darah dan limfe, sel lemak dan syaraf. Pada dinding arteria, aorta serta cabang-cabang utamanya terdapat bahan dasar yang bersifat homogen. Konsistensinya mirip musin yang diduga mengandung khondroitin sulfat. Jumlahnya makin meningkat dengan bertanlbahnya umur, terlebih pada arteria tipe elastik. Pada bahan dasar tersebut dapat tertimbun kalsium atau sejenis leinak (kolesterol) yang menyebabkan terjadinya sklerosis. Akibatnya, elastisitas pembuluh darall menu yang meiupakan penyebab terjadinya gejala tekanan darah tinggi (hipertensi). Untuk memahami ateroma pertama-tama perlu diketahui arsitektur normal arteri ukurail besar dan sedang. Lumen pembuluh-pembuluh ini ditutupi oleh seleinbar sel tipis, endotel. Sel-sel ini membentuk batas dalam lapisan sempit yang disebut intima yang batas luarnya adalah lamina elastika intema. Secara normal intima terdiri atas beberapa sel otot polos, serabut kolagen dan glukosaminoglikan (proteoglikan, mukopolisakarida, zat dasar) (Spector and

20 Spector 1993). Menurut Genesser (1994) tunika intima aorta tersusun atas sel-sel endotel poligonal dan gepeng kecuali di daerah yang berisi inti yang menonjol ke dalam lumen. Lamina elastika interna adalah lapisan tak sempurna serabut-serabut elastin, yakni suatu protein yang disekresesikan oleh sel otot polos arteri. Di sebelah lamina elastika interna ada media, yang terdiri atas sel otot polos terpisahkan oleh sejumlah kecil kolagen, elastin dan glukosaminoglikan. Tidak ada fibroblast pada intima atau media arteri mamalia. Adventisia adalah selubung paling luar dan dipisahkan dari media oleh penghalang elastin yang longgar, lamina elastika interna. Adventisia terdiri atas fibroblast, kolagen dan glukosaminoglikan dan arteri yang lebih besar disulai oleh pembuluh darah kecil, vasa vasorum. Aterosklerosis Pembuluh Darah Aterosklerosis (Gambar 2) adalah proses terbentuknya endapan berlemak pada pembuluh darah arteri yang disebut atheroma (Pate1 2005). Atheroma dapat mempengamhi semua arteri yang berdiameter lebih dari 2 mm, namun kejadian yang paling penting pada saat terbentuk atheroma pada aorta, arteri otak, dan jantung (Spector and Spector 1976) karena merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke. Aterosklerosis juga berarti adanya akumulasi dai plak lemak pada lapisan tunika intima dari pembuluh darah arteri (Marinetti 1990). Bertambahnya endapan lemak arteri adalah sebagi hasil dari akumulasi kolesterol, kolesterol ester, fosofolipid, sel-sel hidup maupun mati, kalsium dan juga kolnponen lain yaiht kolagen, elastin dan proteoglikan. AterosMerosis juga dapat terjadi akibat kalsifikasi pada lapisan media muskularis pembuluh arteri tanpa terlihat adanya kerusakan dan perlemakan pada intima pembuluh arteri. Penyakit, ini disebut sklerosis medial. Teori (infiltrasi) lipid menekankan peranan kolesterol dan plasma lipoprotein, tenrtama LDL sebagai pemacu aterogenesis. Dalam ha1 ini hiperlipidemia dapat terjadi karena faktor genetik, seperti familial hipercholesterolemia, familial hiperbetalipoproteinimia atau karena faktor lingkungan, misalnya oleh induksi diet tinggi lemak. Kondisi tersebut di atas dapat menyebabkan peningkatan akumulasi lemak ekstraseluler dan intra seluler serta hansportasi lipoprotein plasma ke dalam dinding arteri, selain itu dapat juga

21 tejadi peningkatan mobilisasi monosit pada tunika intima yang kemudian akan berubah menjadi makrofag dan memfagositosis lipoprotein menjadi sel busa (Lelana 1997). Gambar 2. Aterosklerosis pembuluh daral~. asfibrous cap, bstunika media, c;pusat nekrosa (aterosklerosis) (Cotran el all 1994). Aterosklerosis tidak terjadi secara mendadak, melainkan tejadi melalui sejumlah tahapan, masing-inasing tahapan inemerlukan waktu untuk mencapai tahap berikutnya. Pada tahap awal, secara makroskopik belum terlihat perubahan pada dinding arteri, namun secara mikroskopik pada intima arteri ditemukan sekelompok sel yang dalam sitoplasmanya terlihat gelembung-gelembung mirip busa sabun, oleh karenaya disebut sel busa (foam cell). Sel busa ini berasal dari makrofag yang berisi ester kolesterol. Tahap berikutnya adalah pembentukan garis lemak Cfatty streak). Pada tahap ini terjadi penumpukan sel-sel busa sehingga mendesak endotelium. Secara makroskopik terlihat dinding arteri sedikit menonjol ke dalam lumen membentuk geligir. Selanjutnya, di samping sel busa juga terlihat tumpukan lemak ekstra sel yang terjadi karena nekrosis sel busa. Di dalam intima juga dijumpai limfosit, sel-sel otot polos dan serat kolagen. Keberadaan serat kolagen ini menimbulkan bercak berserat (fibrous plaque). Walaupun dalam keadaan terdesak, sel-sel endothelium masih telihat utuh. Secara makroskopis terlihat adanya tudung yang menonjol ke dalam lumen. Terakhir adalah tahap lesi kompleks, yaitu terjadinya nekrosis endothelium yang memicu te jadinya hombus yang disajikan pada Gambar 3.

22 ~~~ --- Sebagai akibat dari sumbatan lemak pada aorta memungkinkan terjadinya resiko penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease). Penyakit jantung koroner secara patologi merupakan representasi dari kerusakan terhadap sirkulasi arteri koroner sebagai hasil dari deposit lemak pada bagian dalam (intima) dari pembuluh darah. (Brata dan Arbai 2001). Menurut Passmore (1986), penyakit jantung merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa kausa yang dibagi menjadi faktor tidak termodifikasi seperti umur, dan jenis kelamin (pria lebih berisiko), kemudian juga karena sebab yang dapat dimodifikasi seperti tingkat kolesterol darah, tekanan darah, diabetes melitus, kegemukan, stress dan aktivitas fisik yang tidak memadai. Kejadian aterosklerosis dapat dipicu oleh hal-ha1 lain diantaranya frekuensi merokok, pola makan yang tidak teratur, juga tingkat stress yang cukup tinggi, -- - ~ ~ - - ~ Studi epidemiologi di berbagai negara telah membuktikan adanya hubungan yang nyata antara kebiasaan merokok dengan perkembangan atau percepatan terbentuknya aterosklerosis. (Diana 1990). Studi lain juga mengatakan obesitas sebagai faktor timbulnya penyakit jantung (Katzen dan Mahler 1978). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tumbelaka (1997) terdapat tiga hipotesis terjadinya aterosklerosis, yaitu : 1. Hipotesis respon terhadap perlukaan Aterosklerosis diawali dengan hilangnya Iapisan sel endotel yang diikuti dengan agregasi sel hombosit kemudian diikuti dengan pengeluaran faktor pertumbuhan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) yang dapat menstimulasi migrasi dan proliferasi sel-sel otot polos di dalam lapisan intima. Terkelupas atau menghilangnya lapisan sel endotel atau menurunya fungsi sel endotel dapat disebabkan oleh faktor mekanis seperti aliran darah yang deras dan bertekanan tinggi, faktor kimiawi akibat kekurangan oksigen (hipoksemia), faktor imunologis dan adanya infeksi virus.terjadinya disfungsi sel endotel merupakan awal pembentukan plak atheroma yang ditandai dengan meningkatnya adhesi monosit pada endotel

23 2. Hipotesis lipid Hiperlipidemia, khususnya hiperkolesterolimia merupakan penyebab utama aterosklerosis. teori infiltrasi lipid tergantung pemasukan kolesterol LDL ke dalam lapisan intima dalam jumlah yang melebihi kapsitas degradasi jaringan sehingga akan terjadi penimbunan lemak. 3. Hipotesis gabungan Hipotesis gabungan merupakan teori penyebab aterosklerosis yang dianut pada saat ini. Kerusakan pada lapisan endotel mengakibatkan timbulnya efek sitotoksik dari lipid peroksida akibat reaksi oksidasi pada lipid yang dilanjutkan dengan infiltrasi lipid yang berlebihan. Oksidasi lipoprotein kemungkinan merupakan salah satu variasi mekanisme kelainan lipoprotein pada dinding arteri. Makrofag mengeluarkan berbagai produk teimasuk enzim protease yang berikatan dengan dengan protein lain seperti imunoglobulin. Pada fase akut protein dapat menyebakan endositosis lipoprotein atau pada proses fagositosis ole11 makrofag. Makrofag juga dapat menstimulasi produk lain yang merangsang terjadinya aterosklerosis. Masuknya monosit ke dalam dinding arteri merupakan ha1 yang berguna dalam menlbantu menghilangkan endpan yang terbentuk. Pembersihan dilakukan oleh sel makrofag yang berasal dari modifikasi monosit. Akan tetapi bila prosesnya berjalan kronis, seperti pada proses inflamasi kronis maka proses penganlbilan monosit oleh lapisan endotel ini akan bersifat merusak. Sampai saat ini mekanisme yang menyebabkan terjadinya perubahan monosit menjadi makrofag belum diketahui, akan tetapi diketahui bahwa konsentrasi akumulasi lipoprotein abnormal rata-rata tinggi di dalam makrofag. Robin dan Farber (1988) di dalam Lelana (1997) menyatakan bahwa ciri utaina progesi aterosklerosis adalah hilangnya kontinuitas sel endotel sehingga berakibat peningkatan permeabilitas arteri terhadap lipoprotein yang menyebabkan akumulasi protein, peningkatan interaksi dengan keping darah

24 merangsang pelepasan lebih banyak faktor pertumbuhan dan mempercepat aterogenesis dan peningkatan kemungkinan trombosis. Hubungan antara kemungkinan terjadi aterosklerosis dengan frekuensi merokok rnenurut Mc Gill (1963) sulit dibuktikan dengan ilmu yang berkembang saat itu. Namun pengukuran yang diarnbil dari keterkaitan antara frek~~ensi merokok dengan aterosklerosis penyebab penyakit jantung telah dibuktikan berkurangnya frekuensi merokok pada orang dewasa di Amerika pada tahun 1958 berakibat kepada berkurangnya jumlah penderita penyakit jantung menjadi sepertiganya pada tahun yang sama.

25 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Orycfolagus cuniculus biasa disebut juga europe rabbit, old world rabbit dan new zealand white rabbit. Kelinci jenis ini termasuk kedalam kelinci yang sudah didomestikasi. Menurut Tislerics (2000), Masifikasi kelinci (Gambar 4) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Philum : Chordata Subphilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Lagomorpha Famili : Leporidae Genus : Oryctolagus Species : Oryctolagus cuniculus (Linnaeus 1758) Kelinci jenis ini merupakan kelinci yang paling banyak digunakan dalam penelitian. Kelinci adalah hewan model yang banyak digunakan dalam penelitian selain mencit clan tikus, terutama pada penelitian yang bertujuan untuk mempelajari kandungan gizi suatu produk, percobaan produk medis seperti obatobatan dan stud tentang penyakit-penyakit tertentu (Cheehe et a1 1986). Penggunaan hewan coba d dalam penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya spesies, umur, jenis kelamin dan bobot badan. Pemilihan hewan model sangat bergantung pada tingkat kesamaan hewan coba dengan manusia Gambar 4. Kelinci new zealand white

26 BAHAN dan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni hingga September Penelitian dilakukan di bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahau Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, kandang pemeliharaan kelinci, alat bedah, alat-alat gelas, tabung reaksi, jaruin suntik, kandang jepit, maserator, kain saring, evaporator vacum, corong, pompa vacum, blender, mikroskop. Hewan percobaan yang digunakan adalah kelinci (Oryctolagus cuniculus) New Zealand Khite berusia 5 bulan dengan bobot gram, jenis kelamin jantan, sehat dan beraktifitas normal. Kelinci yang digunakan sebanyak 18 ekor. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: obat penurun kolesterol simvastatin, tempe, ransum kelinci jenis Rb 1 I, air mineral isi ulang, kolesterol murni dan gum arab. Metode Pembuatan Ekstrak Tempe Sebanyak 500 gram tempe yang telah ditambah 500 ml metanol dihancurkan menggunakan blender. Larutan dimaserasi dua kali sampai larutan tidak berwarna. Tahap selanjutnya adalah penyaringan dengan kain saring. Supeinatan yang diperoleh kemndian diuapkan menggunakan evaporator vacum himgga volume menjadi 1R-nya. Ekstrak methanol kemudian dimaserasi lagi dengan penambahan n-heksana sebanyak 100 ml. Fraksi metanol dipisahkan dengan fiaksi n-heksana menggunakan corong sampai n-heksana tidak berwarna lagi. Eraksi metanol selanjutnya dipekatkan dengan vacum evaporator pada suhu 50 C; 750 mmhg hingga kental dan siap digunakan untuk penelitian. Untuk memenuhi jumlah ekstrak yang diperlukan dalam penelitian, dilakukan prosedur yang sama.

27 Perlakuan Sebanyak 18 ekor kelinci New Zealand White berumur 5 bulan dengan berat 1800 gram sampai 1900 gram dan dibagi inenjadi 6 kelompok perlakuan. Sebelum perlakuan, dilakukan masa adaptasi selama 3 minggu. Hal ini dilakukan agar kelinci tidak stress sehingga tidak mempengaxhi hasil penelitian. Selama masa adaptasi kelinci hanya diberi pakan manual (Rbll) dalam bentuk pelet dan air minum, diberi obat antiparasit (IvoMexB) dan diamati kondisi kesehatannya. Rbll meiupakan ransum standar untuk kelinci yang diperoleh dari Balai Penelitian Temak (BPPT) Ciawi dengan kandungan nutrisi per 100 g yaitu lemak (7.77 g), protein (17.81 g), karbohidrat (58.35 g), serat kasar (10.42g) dan energi (347.5 kal). Setelah masa adaptasi, kelinci ditimbang dan dibagi kedalam enam kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari tiga ekor lelinci, dan masing-masing kelinci di teinpatkan dalam kandang dengan ukuran 62~40x76 cm3 yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Adapun rancangan percobaan adalah sebagai berikut: 1. Kontrol negatif : hanya diberi pakan dan air minum. 2. Kontrol positif : diberi pakan, minum dan kolesterol sebanyak 0,l glkg bblhari. 3. Kelompok I : diberi pakan, minum, kolesterol 0,l glkg bbkari dan simvastatin sebanyak 15 mglekorlhari. 4. Kelompok I1 : diberi pakan, minum, kolesterol 0,l glkg bblhari dan ekstrak tempe dosis 100 inglekorhari. 5. Kelompok I11 : diberi pakan, minum, kolesterol 0,l g/kg bblhari dan ekstrak tempe dosis 200 mglekorlhari. 6. Kelompok IV : diberi pakan, minum, kolesterol 0,l glkg bbhi dan ekstrak tempe dosis 400 mglekorlhari. Pemberian kolesterol, simvastatin dan ekstrak tempe dilakukan secara peroral selama 9 minggu. Pada akhir masa perlakuan, kelinci dimatikan untuk diambil pembuluh darah aortanya guna pengamatan histopatologis.

28 Pembuatan Preparat Histopatologi Aorta kelinci difiksasi menggunakan larutan Buffer Netral Formalin (BNF) 10% selama 3x24 jam. Setelah itu dilakukan trimming kemudian dilakukan dehidrasi secara beitahap menggunakan larutan alkohol bertingkat dimulai 70% hingga absolut lalu dilakukan clearing menggunakan xylol, kemudian embedding (pencetakan) dan akhirnya dipotong setebal 3-5 mikron dengan menggunakan mikrotom. Tahap terakhir adalah pewamaan menggunakan pewama HE (Hemoxilin Eosin). Pengamatan Histopatologi Pengamatan histopatologi dilakukan terhadap terbentuknya sel busa Voamy cell) pada tunika intiina pembuluh darah. Pengamatan preparat pembuluh darah kelinci dengan pemberian kolesterol dengan penambahan obat penurun kolesterol simvastatin dilakukan sebagai perbandingan. Selanjutnya dilakukan perbandingan lesio yang timbul antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Diperoleh hasil yang positif dari pengamatan histopatologi kelompok perlakuan kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe, yaitu pencegahan pembentukail plak. Hal ini terlihat dengan rnembandingkan aorta kelompok perlakuan ekstrak tempe dengan simvastatin dan kontrol positif seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pembentukan plak atheroma pada aorta kelinci Perubahan HP Plak atheroma kontrol (-) - kontrol (+) + Perlakuan I - I IV - Pada tabel di atas tampak pembuluh darah kelinci kelompok kontrol negatif tidak terbentuk plak (Gambar 5). Pada pemerikasaan histopatologi terlihat adanya timb~man lemak atau atheroma pada lapisan tunika intima pembulub darah (ateroskelerosis). Tunika intima normal tersusun atas sel-sel endotel poligonal dan pipih (Genesser 1994). Pembuluh darah aorta berhngsi sebagai jalan utarna pergerakan darah keluar dari jantung. Abnormalitas pada pembuluh darah aterosklerosis disebabkan oleh timbunan lipid pada tunika intima. Terjadinya plak atau timbunan lemak pada intima peinbuluh darah bisa juga disebabkan karena tingginya kadar LDL darah. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) kadar kolesterol normal kelinci sebesar mgtdl. Pada penelitian Ganda (2008) diperoleh kadar kolesterol darah kelinci berkisar antara mgldl.

30 Gambar :an histopatologis pembuluh darah kelinci kontrol negatif. pembuluh darahbomi d& tidak terbentuk plak artetoskleros&., pewamti& Hematoksilin Eosin. Bar 50 pm. Aterosklerosis adalah timbunan plak ateroma yang terdapat pada tunika intima arteri. Atheroma (bahasa Yunani yang berarti adonan tepung). Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang komplikasinya membunuh banyak orang di dunia dibanding penyakit lain, termasuk kanker (Spector and Spector 1993). Atheroma dapat mempengaruhi seinua arteri yang berdiameter lebih dari 2 mm, namun kejadian paling penting terdapat pada aorta, arteri otak, jantung, mesenterika dan femoralis. Atheroma merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke, merupakan faktor senilitas dan merupakan komplikasi utama diabetes. Penambahan kolesterol pada kelompok kelinci kontrol positif dengan dosis 0,1 gkg bbhari dimaksudkan untuk memberi gambaran pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis (Gambar 6). Pemberian kolesterol peroral pada kelinci mengakibatkan kadar kolesterol LDL meningkat sehingga mengakibatkan terbentuknya endapan berlemak pada tunika intima aorta atau aterosklerosis. Spector (1993) menyebutkan bahwa perubahan patologis esensial yang membedakan arteri atheroma dengan pembuluh darah normal adalah adanya akumulasi kolagen dan materi lipid dalam tunika intima. Lemak ini terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol serta trigliserida. Pada Gambar 6, lemak dan jaringan fibrosa berakumulasi sebagai plak yang menonjol ke dalam lumen pembuluh dan mengakibatkan penye~npitan arteri. Menurut Pate1 (2005) penyebab terjadinya aterosklerosis yang sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun dapat timbul dan meningkat kejadiannya karena beberapa faktor, diantaranya faktor keturunan (sejarah keluarga yang

31 pemah men~dap penyakit aterosklerosis), umur, frekuensi merokok, konsumsi makanan berlemak, tekanan darah tinggi, obesitas, kurang olahraga dan tekanan hidup (faktor stress). Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa tejadi timbunan sel busa (foamy cell) pada tunika intima arteri. Sel- sel busa ini berasal dari makrofag dengan gelernbung mirip busa yang berisi ester kolesterol. Tahap berikutnya adalah pembentukan garis lemak (fatty streak). Pada tahap ini terjadi penumpukan sel-sel busa yang dapat mendesak endotelium (Taher 2003). Gambar 6. Gambaran lustopatologis pembuluh darah kelinci kontrol positif Tampak plak aterosklerosis pada dinding pembuluh pewarnaan Hematoksilin Eosin. Bar 50 m. Sebagai akibat sumbatan lemak pada aorta memungkinkan tejadmya resiko penyakit jantung koroner (Corona~y Heart Disease). Penyakit jantung koroner secara patologi merupakan representasi dari kerusakan sirkulasi arteri koroner sebagai hasil dari deposit lemak pa& bagian &lam (intima) dari pembuluh darah (Brata dan Arbai 2001). Menurut Passmore (1986) penyakit jantung merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa kausa yang dibagi menjadi faktor tidak termodifikasi seperti umur, dan jenis kelamin (pria lebih berisiko), dan faktor yang dapat dimodifikasi seperti tingkat kolesterol darah, tekanan darah, diabetes melitus, kegemukan, stress, dan aktifitas fisik yang tidak memadai. Pada kelinci kelompok perlakuan I yang diberi preparat kolesterol dengan penambahan obat penurun kolesterol simvastatin (Gambar 7), tampak bahwa pemberian simvastatin n~empunyai efek yang positif terhadap penghan~batan

32 terbentuknya plak kolesterol. Simvastatin adalah obat anti aterogenik komersial yang termasuk ke dalam golongan statin. Obat ini digunakan untuk mengontrol kondisi hiperkolesterolemia dengan cara menurunkan level kolesterol. Simvastatin adalah derivat sintetis dari produk fermentasi Aspergillus terreus (Anonim 2009). Gambar 7. Histopatologi pembuluh darah kelinci kelompok I (diberi simvastatin), tampak tidak ada pembentukan plak pada dinding pembuluh darah. Pewmaan Hematoksilin dan Eosin. Bar 50 pm. Pada kelompok kelinci yang diberi preparat kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe berbagai dosis, yaitu 100, 200 dan 400 mg menunjukkan korelasi yang positif terhadap penghambatan pembentukan plak atheroma. Pemberian ekstrak metanol tempe dengan dosis 100 g/kg BB pada kelinci aterosklerosis (kelompok 11) menunjukkan efek pencegahan pembentukan plak. Pada pengamatan histopatologi dapat dilihat tidak tampaknya plak atheroina pada ttmika intima (Gambar 8a). Hal ini mengindikasikan bahwa ekstrak tempe mampu mencegab timbulnya plak aterosklerosis. Diduga kandungan isoflavon pada ekstrak tempe menjadi pencegah timbulnya plak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lichenstein (1998) bahwa isoflavon dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan mekanisme yang sama dengan pengaruh hormon estrogen pada kolesterol darah wanita. Aterosklerosis juga dapat terjadi dikarenakan adanya proses oksidasi LDL pada pembuluh darah. Pada konsep ini diduga oksidasi LDL terjadi di dinding pembuluh darah, yaitu di tunika intima karena LDL pada tunika intima tidak

33 terlindung oleh antioksidan yang melimpah di dalam plasma (Taher 2003). Kandumgan alpha dan gamma tokoferol (vitamin E) juga isoflavon pada tempe diketahui mempunyai khasiat sebagai antioksidan. Mengacu pada teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu efek pencegahan aterosklerosis oleh fitoestrogen juga disebabkan oleh khasiat anti oksidasinya. Pada Gambar 8b dan 8c terlihat bahwa pemberian ekstrak tempe dengan konsentrasi lebih tinggi (200 dan 400 mglekorhari) juga memberikan efek yang baik dalam mencegah timbulnya plak. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya plak atheroma yang timbul pada tunika intima. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Esterbauer et al. (1989) dalam Sofian (2005), yang menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi suatu zat yang dapat menurunkan atau menghambat sintesis kolesterol maka akan semakin besar pula dayanya umtuk menurunkan dan menghambat pembentnkan kolesterol sehingga kadar kolesterol yang dihasilkan akan semakin sedikit. Gambaran histopatologi pembuluh darah pada kelompok perlakuan 11, 111, dan IV mengindikasikan bahwa zat aktif yang terkandung pada ekstrak telnpe mampu mencegah timbulnya plak pada tunika intima. Pada konsumsi ekstrak ternpe dengan dosis lebih besar terlihat bahwa pengaruh pemberian ekstrak tempe memberikan hasil yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan dosis 100 mgfkg BB sudah cukup untuk inenghambat pembentukan plak arterosklerosis. Namun demikian secara patologi klinik pemberian dosis yang lebih besar dapat menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar (Ganda 2008). Penum~an resiko timbulnya plak pada pembuluh darah aterosklerosis oleh telnpe dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Brata dan Arbai (2001), serat dan ragi tempe dapat menmmkan kadar kolesterol. Serat adalah bagian dari tumbuhan yang tidak dapat dicema. Di dalam usus, serat rnengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh usus dan langsung dibuang bersama feces. Anderson (1994) melaporkan bahwa aksi utama penurunan penyerapan kolesterol pada ransum berserat tinggi adalah akibat meningkatnya ekskresi lemak, asam einpedu dan kolesterol. Protein tempe juga dapat menurunkan kadar kolesterol dengan meningkatkan reseptor LDL di hati. Asam lemak tidak jenuh pada tempe dapat mengurangi jumlah kolesterol darah dengan cara menstimulasi ekskresi kolesterol

34 melalui asam empedu (Brata dan Arbai 2001). Menurut Lichtenstein (1998), protein temp dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara mempengaruhi pengeluaran homon tiroksin dan thyroid-stimulating hormone (TSH) serta meningkatkan ekslcresi asam empedu. Gambar 8. Gambaran histopatologis pembuluh darah kelompok I1 (A), kelompok 111 (B) dan kelompok IV (C). Tampak tidak ada pembentukan plak arterosklerosis pada pembuluh darah. perbesaran, pewarnaan Hematoksilin Eosin. Bar 50 pm.

35 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian ekstrak metanol tempe pada kelinci dapat mencegah pembentukan plak aterosklerosis pada dinding pembuluh darah Pemberian ekstrak metanol tempe dengan dosis 100 mgkg BB sudah dapat memberikan efek pencegahan pertumbuhan plak atheroma. Dosis ekstrak metanol tempe 100 mglkg BB merupakan dosis optimal dalam menghambat pembentukan plak aterosklerosis Ekstrak metanol ternpe dapat dijadikan sebagai bahan pencegah aterosklerosis. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan ~mtuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak metanol tempe dalam menghambat pembentukan plak arterosklerosis.

36 DAFTAR PUSTAKA Anderson H Effects of cabohydrates on the excretion of bile acids, cholesterol, and fat from the small bowel. Am JClin Nutr. 59 : 785. Anderson JJB, Carner SC The Effect Of Phytoestrogens on bone. Nutr. Res. 17 : Asikin N Antiohidan dan Penilaian Status Antioksidan. Di dalam Proseding Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan: Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Anonim Definisi kolesterol. [ Juli Aldecreutz H Epidemiology of Phytoestrogens. Bailieres Clin. Endocrinol. Metab. 12: Anthony MS, Clarkson TB, William JK Effect of soy isoflavones on atherosklerosis: potential mechanism. Am J. Clin. Nutr. 68 (suppl): 1390s- 1393s. Bintari SH Daya Antikanker Isoflavon Tempe. Semarang. Departement Biologi Universitas Negeri Semarang. Brata-Arbai, A.M Cholesterol Lowering Effect of Tempe di dalam The Complete Handbook oftemnpe. Jakarta : American soybean Association. Cambell JR, Kenealy MD and Cambell KL Animal Science. The Biology, Care and Produktion of Domestic Animals. McGraw Hill Company, Inc. New York. Hlm : Cheehe PR, Pathon NM, Templeton GS Rabbit Productions. Illionois: The Interstate Printers & Publishers. Dalimai-tha S resep tumbuhan obat untuk menurunkan kolesterol. Jakarta : Penebar Swadaya. Diana JN Tobacco, Smoking and Atherosclerosis. Tobacco and Health Research Institute University Of Kentucky. Genesser F Text Book OfHistology. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Goldberg I Functional Food : designer foods, pharmafoods, nutmceuticals. London : Chapman & Hall, Inc. Grundy SM Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention coronary heart disease. Ateriosclerosis and Trombosis 11:

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Diperoleh hasil yang positif dari pengamatan histopatologi kelompok perlakuan kolesterol dengan penambahan ekstrak metanol tempe, yaitu pencegahan pembentukail plak. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan kapang tempe terutama

TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan kapang tempe terutama TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe merupakan makanan tradisonal yang sangat populer di Indonesia. Tempe juga merupakan makanan bergizi tinggi sehingga mempunyai arti strategis dan sangat penting untuk pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap tahun, dimana

Lebih terperinci

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan

RINGKASAN. melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan 95 RINGKASAN Aterosklerosis merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang dan melalui proses yang kompleks, melibatkan faktor genetik, faktor lingkungan dan berbagai tipe sel yang saling berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Arteri karotid merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang terdapat pada ke dua sisi leher yaitu sisi kiri yang disebut arteri karotid kiri dan sisi kanan yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL

BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL BAR I PENDAHULUAN PENGARUH SERAT MAKANAN TERHADAP PENURUNAN KOLESTEROL 1.1.LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi pangan, yang ditujukan untuk memenuhi selera agar orang lebih menikmati konsumsi makanannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia (WHO, 2009). Hal tersebut tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Senyawa sulfida merupakan senyawa yang banyak jumlahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi epidemik dalam dunia kesehatan. Cara hidup modern memicu faktor risiko PJK. PJK merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Gunawan,Lany, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh darah. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipoprotein merupakan gabungan dari lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesteril) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) serta protein yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan modernisasi yang terus terjadi saat ini menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di daerah perkotaan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat di masyarakat. Semua makanan

Lebih terperinci

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan BAB 6 PEMBAHASAN Pare (Momordica charantia) mempunyai efek menurunkan kadar gula darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan kadar glukosa, sebagai anti inflamasi dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem yang tumbuh di daerah Asia, dan Afrika bagian timur, Pasific. Di Indonesia sendiri, Buah pinang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan era dimana teknologi berkembang sangat pesat yang disebut pula sebagai era digital. Kemajuan teknologi membuat perubahan besar bagi peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instan seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aterosklerosis adalah suatu respon akibat peradangan pada pembuluh darah yang bersifat progresif dan ditandai dengan deposit masa kolagen, lemak, kolesterol, dan disertai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data epidemiologi, fenomena peningkatan kadar lipid terjadi di sebagian besar populasi masyarakat. Hal tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limut (Hydrilla verticillata L.) 2.1.1. Deskripsi dan Klasifikasi Limut (Hydrilla verticillata L.) Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang merupakan bagian dari ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperlipidemia merupakan penyakit yang banyak terjadi saat ini. Ada hubungan erat antara hiperlipidemia dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat sekarang sudah mulai menyadari pentingnya nilai kesehatan, hal ini terjadi seiring dengan banyaknya penyakit mematikan yang menyerang usia muda, usia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan fungsi penting, diantaranya adalah sebagai komponen struktural semua sel membran, prekursor dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN Masalah kegemukan (obesitas) dan penurunan berat badan sangat menarik untuk diteliti. Apalagi obesitas merupakan masalah yang serius bagi para pria dan wanita, oleh karena tidak hanya

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol Lecithin softgel mengandung 60% atau sekitar 720mg natural sari kedelai konsentrat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia telah makan kedelai sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pola dan gaya hidup modern semakin menggejala di dalam masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan pembangunan dan perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak bisa bertugas dengan baik. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling ditakuti di dunia karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik

OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik OPC plus tablet adalah herbal berbahan biji anggur yang kaya akan bahan kimia oligomeric proanthocyanidin complexes (OPC). OPC adalah bahan kimia nabati alami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit Sindrom Metabolik Upaya pemeliharaan kesehatan meliputi aspekaspek promotif, preventif, kuratif, serta rehabilitatif secara tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci