BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

BAB III METODOLOGI. Penetapan kadar minyak atsiri kayu manis dan pemeriksaan mutu minyak

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan Kadar Sari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

apakah memenuhi syarat SNI atau tidak - Untuk dapat mengetahui mutu minyak sereh yang di uji. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Judul: Isolasi Minyak Jahe Dari Rimpang Jahe (Zinger Officinale) II. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013 III. Tanggal selesai Percobaan: 6 Maret 2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Ekstraksi Biji Karet

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Pengeringan Untuk Pengawetan

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian mengenalnya sebagai tanaman beraroma. Bau khas dari tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupaka pelarut yang kuat, melarutkan banyak zat kimia. Zat-zat yang larut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro adalah tanaman dengan nama ilmiah Cerbera odallam G. Bintaro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Waktu yang dibutuhkan untuk menggoreng makanan tergantung pada:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cengkeh dengan nama ilmiah Eugenia caryophyllata berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standard of Operation Procedure (SOP) Kegiatan : Good Development Practice Sub Kegiatan : Metoda Pengujian Kualitas Minyak Nilam

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Jeringau Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak dapat lepas dari membahas masalah bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Tidak begitu banyak atau hanya beberapa jenis minyak atsiri yang populer digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau yang lebih dikenal dengan istilah terapi aroma. ( Andria Agusta, 2000 ). Salah satunya adalah dari tumbuhan jeringau yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Nama daerah Sumatera : Jeurunger (Aceh) Jerango (Gayo) Jerango (Batak) Jarianggu (Minangkabau), Jawa : Daringo (Sunda) Klasifikasi Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocoiyledonae Bangsa : Arales Suku : Araceae Warga : Acorus Jenis : Acorus calamus L ( http://www.artikel_bali/detail/194.htm ).

Gambar 2.1 Tanaman Jeringau Tumbuhan berasal dari Eropa. Mudah ditanam di rawa, empang, sawah atau tanah yang digemburkan. Memperbanyak tanaman dengan menanam ujung akar tinggal yang bertunas, setelah dibersihkan akar serabutnya dan dipangkas daun tunasnya. Bila ditanam ditanah darat, pengolahan tanah mirip padi, namun menjelang panen tanah harus diairi agar memudahkan penghasilan akar ( Ruslan Haris,1990 ). Komponen kimia utama minyak jeringau adalh Hidrokarbon, acorin, trimetilamin, asarone (www.a1b2c3.com/drugs/ hak cipta). Menurut trubus ( 2009 ) minyak jeringau banyak diaplikasikan karena menjadi sumber utama sequisterpena teroksigenasi dengan struktur yang berbeda-beda tiap hasil sulingannya. Komponen utamanya antara lain fenilpropana, monoterpen, termobile sequisterpen. Sebanyak 250 unsur menguap terdapat pada minyak jeringau antara lain beta-asaron, metileuenol, cis-metilsoeugenol, geranilasetat. Beta-asaron memiliki efek psikoaktif karena memiliki struktur yang mirip ampetamin. Asaron memiliki efek relaksasi dalam merenggangkan jaringan otot dan anti kejang. 2.2 Manfaat Minyak Jeringau Minyak jeringau dikenal juga sebagai calamus oil. Biasanya digunakan sebagai obat berbagai penyakit. Penyakit yang diobati dengan jeringau antara lain maag, diare, disentri, asma dan cacingan. Selain sebagai obat, minyaknya digunakan sebagai sampo dan bahan sabun karena dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, pemberi citarasa pada industri minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Sebagai insektisida, minyak jeringau digunakan sebagai pengemulsi. Ekstrak alkohol jeringau

sangat berguna sebagai bahan antibakteri. Manfaat lainnya sebagai anti sekresi dan dapat menekan pertumbuhan jaringan perusak pada tubuh ( Trubus,2009 ). 2.3 Cara Pengolahan Minyak Jeringau Dalam tanaman terdapat kelenjer minyak atau pada bulu-bulu kelenjer. Biasanya proses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong-potong atau digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi. Peningkatan difusi akan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri ( Hardjono Sastrohamidjojo,2004 ). Kemudian dilakukan proses pengeringan, dimana pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas (Winarno,1980). Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Pengurangan air baik secara pengeringan atau penambahan bahan penguap air bertujuan mengawetkan bahan pangan dan dapat menjaga mutu bahan pangan tersebut ( Hari Purnomo,1995 ). Pengerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Minyak atsiri akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Pengambilan ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1. Penyulingan Air 2. Penyulingan Uap dan Air 3. Penyulingan Uap Langsung

Penyulingan Air Dengan cara, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang disuling akan mengembang atau menguap di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung. Penyulingan Uap dan Air Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi dengan sedikit air dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih ( Hardjono Sastrohamidjojo,2004 ). Penyulingan Uap Dalam penilitian ini, penulis menggunakan cara ketiga yang dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan ( Hardjono Sastrohamidjojo,2004 ). Menurut G. Bernasconi ( 1995 ) penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemishan stu tahap. Pada proses destilasi ini, campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap ( umumnya alat penguap labu ) dan dididihkan. Pendidihkan terus dilangsungkan hingga sejumlah komponen tertentu yang mudah menguap terpisahkan. Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah besar sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah terus.

2.4 Standart Mutu Minyak Jeringau Standart mutu minyak jeringau ditentukan dengan menguji sifat fisika dan kimia ( karakteristik ) minyak sesuai dengan standart mutu minyak jeringau yang berlaku. Tabel 2.1 Batas Mutu Minyak Jeringau Yang di Kutipan Dari Majalah Trubus Volume 7 Tentang Minyak Atsiri No Karakterisasi Mutu 1 Bobot Jenis 25 0 C/25 0 C 1,060 1,080 2 Indeks Bias 25 0 C 1,547 1,549 3 Putaran Optik ( -2 0 ) ( + 6,5 0 ) 4 Kelarutan ( dalam etanol 90 % ) 1 : 5 Jernih 5 Bilangan Asam Maximal 4 2.4.1 Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara output dengan input yang dinyatakan dalam persen. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama dengan air ditentukan oleh tiga faktor yaitu : besarnya tekanan uap yang dipakai, berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan. Rendemen minyak juga dipengaruhi oleh kondisi bahan, cara pengolahan atau perlakuan terhadap bahan dan metode penyulingan yang digunakan. Metode penyulingan uap dan penyulingan air dan uap menghasilkan rendemen yang relatif tinggi dibandingkan metode penyulingan air karena dalam penyulingan air komponen minyak yang titik didih tinggi dan bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna sehingga banyak minyak yang hilang atau tersuling (Rahmayati dan Lutony, 1999) 2.4.2 Penentuan Bobot Jenis Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume minyak atau lemak pada suhu 25 0 C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Alat yang digunakan untuk menentukan bobot jenis adalah piknometer.

2.4.3 Penentuan Indeks Bias Pengujian indeks bias ini digunakan untuk mengetahui kemurnian minyak. Alat yang digunakan untuk menentukan indeks bias minyak adalah refraktometer. Penentuan indeks bias minyak dilakukan pada suhu 25 0 C. 2.4.4 Penentuan Bilangan Asam Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak. Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya ( Slamet Sudarmadji,1989 ). 2.4.5 Kelarutan Minyak atsiri kebanyakan larut dalam alkohol dan jarang larut dalam air, maka kelarutannya dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Kelarutan alkohol dapat sebagai banyaknya alkohol yang ditambahkan pada minyak atsiri (Guenther, 1987 dalam Dorna, 2009). 2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengeringan Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimum. Berbagai cara dilakukan untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa selama proses pengeringan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pindah panas dan pindah massa tersebut adalah : 1. Luas Permukaan Pada umumnya, bahan pangan yang akan dikeringkan mengalami pengecilan ukuran baik dengan cara diiris, dipotong atau digiling. Pengecilan ukuran memperluas permukaan bahan. Luas permukaan bahan yang tinggi atau ukuran yang semakin kecil menyebabkan permukaan yang dapat kontak dengan medium pemanas menjadi lebih banyak.

2. Suhu Pada umumnya semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan semakin cepat pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula pengaupan air dari bahan pangan. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung oleh udara tersebut. Udara bersuhu tinggi lebih cepat mengambil air dari bahan pangan sehingga proses pengeringan lebih cepat. Faktor lain yang mempengaruhi adalah volume udara, semakin tinggi volume udara semakin cepat proses pengeringan. 3. Lama Pengeringan Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas. Karena sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap panas waktu pengeringan yang digunakan harus maksimum yaitu kadar air bahan akhir yang diinginkan telah tercapai dengan lama pengeringan yang pendek. 4. Penguapan Air Penguapan atau evaporasi merupakan proses penghilangan ir dari bahan pangan yang dikeringkan sampai diperoleh produk kering stabil. Pada proses penguapan air dari permukaan bahan terjadi proses pengambilan energi dari bahan tersebut sehingga permukaan bahan menjadi dingin. Proses pendinginan tersebut disebabkan oleh penyerapan panas laten, perubahan fase cair menjadi uap, gas atau panas penguapan yang mengubah air menjadi uap. Sumber panas yang digunakan adalah udara pengeringan atau bahan pangan yang panas sehingga bahan pangan tersebut menjadi dingin. 5. Kelembaban Udara Kelembaban udara juga menentukan kadar air akhir bahan pangan setelah dikeringkan bersifat igroskopis yang dapat menyerap air dari udara disekitarnya. Jika udara disekitar bahan kering tersebut mengandung uap air tinggi atau lembab, maka kecepatan penyerapan uap air oleh bahan pangan tersebut akan semakin cepat.proses penyerapan akan berhenti sampai kesetimbangan kelembaban nisbi bahan pangan

tercapai. Kesetimbangan kelembaban nisbi bahan pangan adalah kelembaban pada suhu tertentu dimana tidak terjadi penguapan air dari bahan pangan ke udara dan tidak terjadi penyerapan uap air dari udara ole bahan pangan (Dr.Teti Estiasih, 2009) 2.6 Pengaruh Pengeringan Terhadap Mikrobia Oleh karena mikrobia tersebar luas di alam, dn bahan pangan pada suatu ketika kontak dengan tanah atau debu maka diantisipasikan bahwa mikrobia akan menjadi aktif bila kondisi pertumbuhan mengizinkan. Salah satu metode pengendaliannya ialah pembatasan air untuk pertumbuhannya. Karena mikrobia hidup memerlukan air. Jumlah air dalam bahan pangan menentukan jenis mikrobia yang memiliki kesempatan untuk tumbu. Parameter tertentu bagi pertumbuhan mikrobia perlu ditetapkan. Cendawan dapat tumbuh pada substrat bahan pangan berkadar air serendah-rendahnya 12 persen, dan beberapa cendawan telah diketahui dapat tumbuh dalam bahan pangan yang berkadar air kurang dari 5 persen. Bakteri dan khamir memerlukan kadar air yang lebih tinggi, biasanya lebih dari 30 persen. Diatas kadar air 2 persen maka pertumbuhan cendawan dapat diantisipasikan jika kondisi lingkungan memadai. Di atas kadar air 30 persen bakteri dan cendawan diantisipasikan dapat tumbuh dalam bahan pangan jika kondisi lingkungannya memadai. Pengaruh pengeringan terhadap lemak dapat menyebabkan ketengikan yang merupakan masalah yang penting pada bahan pangan kering. Pada suhu pengeringan yang tinggi, oksidasi lemak dalam bahan pangan lebih besar daripada suhu yang rendah. Melindungi lemak dengan antioksidasi merupakan suatu pengendalian yang efektif (Norman W.D, 2008).