ABSTRAK. Kata Kunci: Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pelaporan, Audit Kinerja, dan Akuntabilitas.

dokumen-dokumen yang mirip
10. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 19 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014;

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA / KELURAHAN DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA / KELURAHAN DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2005 TENTANG KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG LOKASI PENGELOLAAN PEMBANGUNAN WILAYAH TERPADU ( PPWT ) KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

Review PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

2 Peningkatan jalan lingkungan permukiman pavingisasi Jalan Bangbang Kembar di Desa Pecatu Rp ,00

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BADUNG

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pelaporan dan Audit Kinerja Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN ANGGARAN2013

BAB IV METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Kata Kunci : Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, SAKIP, Good Governance, Kinerja Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era Otonomi Daerah, Bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan diri

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.

PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG KETENTUAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LUMBUNG KAUH dan PERBEKEL LUMBUNG KAUH

ABSTRAK. Kata Kunci: Model DeLone & McLean, SIMDA, Kesuksesan SIA, Kinerja Individu

ABSTRAK. Kata Kunci: tekanan ketaatan, pengalaman auditor, skeptisme profesional, audit judgment.

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA KEPADA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BADUNG. b. bahwa dipandang perlu menetapkan hal tersebut huruf a diatas dengan Peraturan Bupati Badung.

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

KATA PENGANTAR. Semoga Dokumen ini bermanfaat serta dapat dijadikan bahan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Badung.

DAFTAR ISI. ABSTRAKS... i. KATA PERNGATAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... xi. A. Latar Belakang Masalah...

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

SKRIPSI. Oleh : IDA AYU DEWI WIDNYANI NIM : PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

BAB V HASIL PENELITIAN. Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

ABSTRAK. Kata kunci: profesionalisme, komitmen organisasi, etika profesi, dan pengalaman auditor

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI KARANGASEM, PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA SERTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

2.Pameran dan Lomba KUBE Jumlah KUBE yang mengikuti KUBE 1 KUBE 1 KUBE 1 KUBE APBD Disosnaker

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

LKjIP KABUPATEN BADUNG T A H U N

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

SKRIPSI. DISUSUN OLEH: Yoan Wijaya

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

ABSTRAK. Kata kunci: Anggaran, Budgetary Goal Characteristics, Self-Efficacy, Kinerja Manajerial. iii

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2006 TENTANG

BAB 3 OBYEK PENELITIAN

Transkripsi:

Judul : Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pelaporan dan Audit Kinerja Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di Kabupaten Badung Nama : I Nyoman Judarmita NIM : 1306305145 ABSTRAK Akuntabilitas merupakan alat kontrol kinerja dalam suatu organisasi. Akuntabilitas memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan tanpa terkecuali pemerintah desa. Akuntabilitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan dan audit kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan dan audit kinerja terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Badung. Sampel penelitian ini adalah 46 desa di Kabupaten Badung dengan jumlah responden sebanyak 136 orang. Metode penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan dan audit kinerja berpengaruh positif pada akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Badung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan dan audit kinerja maka akuntabilitas pengelolaan dana desa di Kabupaten Badung akan semakin baik. Kata Kunci: Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pelaporan, Audit Kinerja, dan Akuntabilitas. vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Kegunaan Penelitian... 9 1.5 Sistematika Penulisan... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS... 11 2.1 Kajian Pustaka... 11 2.1.1 Akuntabilitas... 11 2.1.2 Kejelasan Sasaran Anggaran... 15 2.1.3 Sistem Pelaporan... 21 2.1.4 Audit Kinerja... 29 2.2 Hipotesis Penelitian... 36 2.2.1 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 36 2.2.2 Pengaruh Sistem Pelaporan pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 37 2.2.3 Pengaruh Audit Kinerja pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 38 BAB III METODE PENELITIAN... 40 1.1 Desain Penelitian... 40 1.2 Lokasi Penelitian... 41 1.3 Subjek dan Objek Penelitian... 41 1.4 Identifikasi Variabel... 41 1.5 Definisi Operasional Variabel... 42 1.6 Ukuran Variabel Penelitian... 43 1.7 Jenis dan Sumber Data... 44 1.7.1 Jenis Data... 44 1.7.2 Sumber Data... 45 1.8 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 46 vii

3.7.1 Populasi... 46 3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 46 1.9 Metode Pengumpulan Data... 47 1.10 Instrumen Penelitian... 48 3.9.1 Uji Validitas... 48 3.9.2 Uji Reliabilitas... 48 1.11 Teknik Analisis Data... 49 1.11.1 Uji Asumsi Klasik... 49 1.11.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)... 50 1.11.3 Koefisien Determinasi... 50 1.11.4 Uji Statistik t... 50 1.11.5 Analisis Regresi Linier Berganda... 50 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 52 4.1 Gambaran Umum Dana Desa... 52 4.1.1 Asas Pengelolaan Dana Desa... 52 4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa... 54 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 58 4.2.1 Karakteristik Responden... 58 4.2.2 Hasil Uji Validitas Instrumen... 61 4.2.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 62 4.3 Deskripsi Variabel Penelitian... 63 4.3.1 Kejelasan Sasaran Anggaran... 63 4.3.2 Sistem Pelaporan... 65 4.3.3 Audit Kinerja... 66 4.3.4 Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 67 4.4 Analisis Data... 69 4.4.1 Uji Asumsi Klasik... 69 4.4.2 Uji Kelayakan Model... 71 4.4.3 Analisis Regresi Linier Berganda... 72 4.4.4 Koefisien Determinasi... 74 4.4.5 Uji Hipotesis t... 74 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 75 4.5.1 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 76 4.5.2 Pengaruh Sistem Pelaporan pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 76 4.5.3 Pengaruh Audit Kinerja pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 77 BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 79 5.1 Simpulan... 79 5.2 Saran... 80 DAFTAR RUJUKAN... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 84 viii

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1.1 Penyaluran Dana Desa T.A 2016 di Kabupaten Badung... 4 2.1 Perbedaan Audit Kinerja dan Audit Keuangan... 40 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 67 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 68 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 68 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan... 69 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... 69 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan.. 70 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen... 70 4.8 Hasil Uji Reliabilitas... 72 4.9 Penilaian Responden Pada Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran... 73 4.10 Penilaian Responden Pada Variabel Sistem Pelaporan... 74 4.11 Penilaian Responden Pada Variabel Audit Kinerja... 75 4.12 Penilaian Responden Pada Variabel Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa... 76 4.13 Hasil Uji Normalitas... 78 4.14 Hasil Uji Multikolonearitas... 79 4.15 Hasil Uji Heterokedastisitas... 80 4.16 Rekapitulasi Hasil Olahan SPSS... 81 4.17 Hasil Uji-t... 83 ix

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Halaman 2.1 Flowcart Penyusunan APB Desa... 27 2.2 Flowcart Penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa Semesteran... 31 2.3 Flowcart Penyususnan Laporan Pertanggungjawaban... 34 3.1 Kerangka Desain Penelitian... 50 4.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa... 63 x

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1 Kuesioner Penelitian... 84 2 Tabulasi Data Kuesioner... 89 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 97 4 Hasil Deskripsi Data Penelitian... 105 5 Hasil Uji Asumsi Klasik... 111 6 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 112 xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terbentuk dari sejumlah daerah, baik itu daerah yang bersifat otonom dan daerah yang bersifat administratif. Pemerintah Indonesia memposisikan desa sebagai suatu lembaga yang otonom yang telah mendapatkan pengakuan atas status dan seluruh hak-hak yang dimilikinya. Saat ini, desa menjadi entitas yang penting dalam sebuah sistem ketatanegaran di Indonesia. Desa sudah ada sejak sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Desa menjadi garda terdepan dalam wilayah Indonesia sehingga desa tidak hanya penting namun juga strategis dalam pembangunan bangsa di bidang ekonomi dan sosial. Percepatan dan pemerataan pembangunan di seluruh pedesaan bukan hanya menjadi kebutuhan tetapi menjadi keharusan bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia mulai mengistimewakan desa sebagai pintu gerbang pembangunan nasional dengan menerbitkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014, tentang Desa. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 menjelaskan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 43 1

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa bertujuan memampukan desa dalam melakukan aksi bersama sebagai suatu kesatuan tata kelola Pemerintahan Desa, kesatuan tata kelola lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga adat, serta kesatuan tata ekonomi dan lingkungan. Terobosan ini menjadikan desa sebagai ujung tombak pembangunan yang memiliki otonomi untuk mensejahterakan rakyatnya. Dengan diberlakukannya otonomi desa ini, desa dapat menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri dengan berlandaskan dari, oleh dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan pemerintahan desa yang baik, maka prinsip akuntabilitas menjadi sangat penting guna menciptakan dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah desa. Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 pasal 1 ayat 2 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016 dijelaskan bahwa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa pada hakekatnya memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan dan percepatan pembangunan desa melalui peningkatan pelayanan, memajukan perekonomian desa, mengurangi kesenjangan perekonomian antar desa serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari 2

pembangunan. Dengan pendapatan desa yang besar, maka pemerataan ekonomi dan percepatan pembangunan akan mencapai titik yang optimal. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 8 Tahun 2015 tentang Keuangan Desa menjelaskan bahwa tata kelola keuangan Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang berlandaskan keadilan, nilai-nilai budaya dan agama. Dalam usaha mewujudkan tata kelola keuangan desa yang aspiratif dan partisipatif, bersih, keterbukaan dan bertanggung jawab yang dikehendaki oleh masyarakat desa, maka dilakukan pengaturan dengan Peraturan Daerah tentang Keuangan Desa. Dalam pengalokasian dana desa untuk Provinsi Bali, Kabupaten Badung memiliki rasio tertinggi antara jumlah desa dan dana yang diterima. Setidaknya sudah ada 46 desa di Kabupaten Badung yang tercatat memperoleh bantuan dana desa (Balipost, 2016). Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa Kabupaten Badung sesuai dengan Peraturan Bupati Badung Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Bagi Hasil Dana Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bagi Hasil Dana Perimbangan Kepada Pemerintahan Desa dan Dana Desa di Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2016, Alokasi Dana Desa kepada Pemerintahan Desa di Kabupaten Badung Tahun Anggaran (TA) 2016 disajikan pada Tabel 1.1 berikut: 3

Tabel 1.1 Penyaluran Dana Desa T.A. 2016 di Kabupaten Badung No Desa Alokasi Dana Desa di Desa 1 Pecatu 725,219,000 2 Ungasan 689,128,900 3 Kutuh 639,829,400 4 Tibubeneng 678,442,400 5 Dalung 766,605,600 6 Canggu 645,589,900 7 Kekeran 654,030,000 8 Werdi Bhuwana 678,568,400 9 Buduk 651,439,700 10 Pererenan 623,394,400 11 Tumbak Bayuh 625,376,400 12 Penarungan 696,771,300 13 Sobangan 670,006,500 14 Cemagi 629,551,800 15 Gulingan 709,861,400 16 Baha 654,426,400 17 Munggu 677,938,500 18 Mengwi 665,644,100 19 Kuwum 643,466,500 20 Mengwitani 669,119,800 21 Sembung 696,233,200 22 Abiansemal 658,893,200 23 Mekar Bhuanaa 651,515,000 24 Darmasaba 718,554,000 25 Sibang Gede 671,383,800 26 Jagapati 621,456,900 27 Angantaka 663,717,600 28 Sibang Kaja 654,817,800 29 Sangeh 673,696,600 30 Bongkasa Pertiwi 661,680,000 31 Ayunan 653,272,500 32 Blahkiuh 673,712,200 33 Punggul 679,475,000 34 Bongkasa 786,686,200 35 Selat 642,308,300 36 Dauh Yeh Cani 641,939,900 37 Taman 749,615,200 38 Mambal 633,735,400 39 Sedang 663,346,400 40 Pelaga 754,072,100 4

No Desa Alokasi Dana Desa di Desa 41 Petang 667,762,800 42 Carangsari 691,978,300 43 Getasan 645,229,800 44 Pangsan 628,960,900 45 Belok Sidan 789,980,700 46 Sulangai 678,327,800 TOTAL 31,046,783,000 Sumber: BPMD dan PemDes Kabupaten Badung Tahun 2016 Adanya perbedaan alokasi dana yang diterima oleh masing-masing desa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan goegrafis. Prioritas penggunaan dana desa dialokasikan untuk mencapai tujuan pembangunan desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup dan penganggulangan kemiskinan. Dengan besarnya dana yang dikelola oleh pemerintah desa maka prinsip akuntabilitas menjadi sangat penting untuk mengawasi penggunaan dana agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akuntabilitas merupakan alat kontrol kinerja dalam suatu organisasi. Akuntabilitas memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan tanpa terkecuali pemerintah desa. Pemerintah desa sebagai pemilik otoritas dalam suatu kebijakan publik di daerah wajib mempertanggungjawabkan setiap tindakan kepada masyarakat. Hal ini memberikan isyarat bahwa seluruh kegiatan penyelenggaraan pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik kepada masyarakat. Akuntabilitas sangat diperlukan sebagai gambaran bahwa penyelenggaraan pemerintah desa telah dilaksanakan dengan baik. 5

Afilu Hidayattullah dan Irine Herdjiono (2014) menyatakan, Pemerintah selaku pengelola dana publik agar dapat memenuhi akuntabilitas kiranya memperhatikan beberapa hal antara lain: anggaran, pengendalian akuntansi, dan sistem pelaporan. Anggaran adalah suatu bentuk rencana yang disajikan secara kuantitatif dalam satuan uang dan memiliki jangka waktu tertentu. Salah satu hal terpenting yang harus diperhatikan dalam suatu penganggaran yaitu kejelasan sasaran anggaran. Dengan adanya kejelasan sasaran anggaran, maka target-target sasaran yang ingin dicapai organisasi dapat disusun dengan baik. Dalam suatu Pemerintahan Desa, kejelasan sasaran anggaran berdampak pada pemaksimalan penggunaan anggaran yang kemudian aparatur desa akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat. Akuntabilitas dipengaruhi oleh pengetahuan aparatur desa mengenai sistem pelaporan yang baik sehingga dapat memantau dan mengendalikan kinerja dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan. Pemerintah sebagai pengelola keuangan memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi dan sosial secara transparan dan akuntabel. Harini Susilowati (2014) menyatakan sistem pelaporan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Namun hal berbeda dinyatakan oleh Wahyuni (2014) yang menyimpulkan bahwa sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sistem pelaporan yang baik dinilai dapat mengendalikan kinerja aparat dalam melaksanakan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 6

Audit kinerja menitikberatkan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Dimana audit kinerja meliputi audit atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas yang merupakan perluasan dari audit atas laporan keuangan dari segi tujuan dan prosedur dalam pelaksaannya. Salah satu bentuk pertanggungjawaban organisasi sektor publik adalah laporan keuangan. Terkait dalam pelaksanaan kewajiban pemerintah dalam memenuhi amanat rakyat dilakukan melalui penyajian laporan keuangan. Berdasarkan fenomena munculnya kebijakan dana desa, maka perlu dilaksanakan penelitian untuk mengukur apakah Pemerintah Desa sudah mampu melaksanakan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa. Penelitian ini dilakukan dengan menggali persepsi para perangkat desa di tingkat Pemerintahan Desa mengenai prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dipilih berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai pengelolaan dana desa yang baik yaitu kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan, dan pengawasan kinerja perangkat desa di wilayah Kabupaten Badung. 7

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini, adalah: 1) Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh pada tingkat akuntabilitas pengelolaan dana desa? 2) Apakah sistem pelaporan berpengaruh pada tingkat akuntabilitas pengelolaan dana desa? 3) Apakah audit kinerja berpengaruh pada tingkat akuntabilitas pengelolaan dana desa? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu. 1) Untuk membuktikan secara empiris bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh pada tingkat akuntabilitas pengelolaan dana desa. 2) Untuk membuktikan secara empiris bahwa sistem pelaporan berpengaruh pada tingkat akuntabilitas pengelolaan dana desa. 3) Untuk membuktikan secara empiris bahwa audit kinerja berpengaruh pada tingkat akuntabilitas pengelolaan dana desa. 8

1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu. 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah akuntabiltas pengelolaan dana desa. 2) Kegunaan Praktis Memberikan masukan bagi para pendamping desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, untuk mengevaluasi kebijakan serta sistem pengalokasian dana desa guna meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa dan mengatasi kemungkinan terjadinya praktik kecurangan akuntansi. 1.5 Sistematika Penulisan berikut. Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dan mendukung pembahasan masalah penelitian, yaitu teori akuntabilitas, teori 9

mengenai sitem pelaporan, dan audit kinerja, serta pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang diakhiri dengan perumusan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, ukuran variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Bergand Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum atau wilayah penelitian dan pembahasan hasil penelitian berupa pengujian statistik yang disertai dengan interpretasi dari hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian serta memuat saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. 10